Analisis Peran Petugas Kesehatan Dalam Pengendalian Malaria Impor

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kendari Pos

World Malaria Report menyebutkan bahwa Malaria telah menginvasi 106 negara di dunia. WHO memperkirakan kejadian malaria. Wilayah yang menduduki peringkat pertama kejadian malaria adalah Afrika. Penyebab penyakit malaria di berbagai wilayah di dunia diperkirakan 4% adalah Plasmodium vivax yang tersebar di berbagai negara di dunia termasuk India, Ethiopia, Pakistan, Indonesia. Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu daerah endemis malaria di Provinsi Jawa Timur menempati urutan pertama kasus malaria tahun 2014-2015. Tren kasus malaria di Kabupaten Trenggalek dari tahun 2012-2015 mengalami penurunan namun masih menjadi kabupaten dengan kasus malaria tertinggi di Provinsi Jawa Timur. Untuk kasus malaria di Kabupaten Trenggalek, Puskesmas penyumbang terbesar adalah Puskesmas Pandean.

Kasus malaria di Kabupaten Trenggalek khususnya wilayah kerja Puskesmas Pandean merupakan kasus terbanyak malaria impor. Malaria impor merupakan salah satu klasifikasi malaria positif yang penularannya berasal dari luar daerah. Tingginya faktor kasus malaria adalah mobilitas penduduk yang semakin tinggi, perubahan lingkungan yang mengakibatkan meluasnya lahan nyamuk Anopheles, perubahan iklim, perilaku masyarakat, dan terbatasnya akses terhadap pelayanan Kesehatan. 

Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Di Indonesia, malaria merupakan salah satu penyebab KLB di Provinsi Jawa Timur. Puskesmas Pandean merupakan Puskesmas yang menyumbang angka besar dalam kasus malaria di Kabupaten Trenggalek. Meskipun Puskesmas Pandean telah melakukan penemuan dan pengobatan malaria penting, kasus malaria masih tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis peran petugas dalam pelaksanaan program penemuan dan pengobatan malaria termasuk sumber Daya Manusia (SDM), pengetahuan, pelatihan dan pemahaman tupoksi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Ada 8 responden dalam penelitian ini yaitu 1 pengelola program malaria, 2 orang Mikroskopis, dan 5 orang JMD wilayah Puskesmas Pandean. Pengambilan data dilaksanakan dengan wawancara terhadap responden dan penelusuran data sekunder di Puskesmas Pandean. 

Puskesmas Pandean termasuk dalam wilayah Low Case Incidence (LCI) sehingga standar dalam program malaria terdiri dari 1 orang pengelola program, mikroskopis 1 orang, dan kader sebanyak 2 orang / desa. Hasil penelitian menunjukkan program penyakit malaria di Puskesmas Pandean terdiri dari 1 orang koordinator program, mikroskopis 2 orang, dan Juru Malaria Desa (JMD) yang berjumlah 5 orang tetapi Puskesmas Pandean tidak memilikiKepala Juru Malaria Desa (KJMD). Hal ini menunjukkan bahwa program malaria di Puskesmas Pandean sudah baik karena telah memenuhi standar minimal Program Malaria yang disyaratkan oleh Dirjen PP dan PL Kemenkes RI, walaupun tidak memiliki KJMD. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas 62,5% usia petugas kesehatan berkisar antara  28 sampai dengan 37 tahun. Tingkat pengetahuan dan keahlian dalam kategori 100% baik. Keikutsertaan dalam pelatihan masih 25% kurang. Secara mayoritas kunjungan rumah ke penderita malaria baik, tetapi 20% petugas belum baik. Petugas pengendalian malaria telah memiliki pengetahuan yang baik, telah mendapatkan pelatihan, dan juga memiliki pemahaman tugas pokok dan fungsi kerja yang baik. Di Puskesmas Pandean sudah ada pokok tugas dan fungsi dengan nomor SK 043/MENKES/SK/1/2007. 

Namun mereka masih perlu melakukan beberapa perbaikan dalam beberapa aspek, seperti Puskesmas Pandean perlu merekrut kepala JMD untuk membantu   melaksanakan pengendalian malaria impor, sehingga kinerja JMD dan pengelola program dapat dimaksimalkan dan pelaksanaan program pengendalian malaria Impor dapat berjalan lebih optimal. Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur perlu  meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang Tupoksi tentang petugas program Malaria melalui kegiatan pelatihan dan pengembangan serta Memastikan seluruh petugas program Puskesmas Malaria mengikuti. 

Puskesmas Pandean mayoritas sudah baik karena telah memenuhi standar minimal Program Malaria yang disyaratkan oleh Dirjen PP dan PL Kemenkes RI, tetapi perlu memiliki Kepala Juru Malaria Desa (KJMD ) agar lebih terarahkan. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi tugas rangkap sehingga program malaria dapat berjalan optimal. Keikutsertaan petugas pelatihan perlu dioptimalkan mengingat 25% masih dalam kategori kurang, begitu juga dengan kunjungan rumah  petugas malaria ke penderita malaria perlu dimaksimalkan karena  20% petugas malaria belum maksimal. Pelatihan petugas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. 

Penulis: R. Azizah

Link jurnal terkiat tulisan di atas: ANALYSIS OF THE ROLE OF OFFICERS IN IMPOR MALARIA CONTROL IN PANDEAN PUSKESMAS DISTRICT TRENGGALEK https://e-journal.unair.ac.id/IJPH/article/view/8257

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).