Teknik Perekrutan untuk Turisme Seks Anak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Merdeka com

Industri pariwisata bukan hanya salah satu industri yang tumbuh paling cepat di dunia tetapi salah satu pemberi kerja terbesar yang menghasilkan miliaran dolar setiap tahun dengan mengantar dan menghibur banyak wisatawan.Namun, terlepas dari semua ini, menurut penelitian industri hiburan ini memiliki beberapa dampak negatif sosial-ekonomi, budaya, lingkungan, dan menjengkelkan untuk masyarakat (Jennings, 2010).Meski jumlah pasti korban pariwisata seks tidak diketahui, yang tidak bisa disangkal adalah jumlahnya sangat banyak dengan mayoritas korbannya adalah perempuan 49% dan anak-anak33% (Sandy & Perrins, 2017).

Kesalahpahaman yang umum di benak masyarakat adalah bahwa pariwisata seks anak adalah kejadian langka dan biasanya dilakukan oleh orang asing.Namun kenyataannya, hal itu telah menjadi fenomena di banyakkalangantanpa memandang kedudukan sosial ekonomi dan politik dan tidak hanya dilakukan oleh orang asing tetapi juga mungkin oleh lapisan masyarakat yang ada di sekitar kita (Murray, 1998).Sementara itukorban dan pelaku pariwisata seks anak sangat sulit untuk diidentifikasi baik untuk dukungan maupun penuntutan.Sangat penting bahwa penelitian dilakukan untuk menentukan penyebab, dampak dan teknik yang dilakukan germo kepada anak-anak yang direkrut, untuk mengembangkan program pencegahan dan kuratif yang efektif dan efisien.Kurangnya dokumentasi sistematis telah menjadi tantangan besar bagi akademisi, pembela hak asasi manusia, lembaga pemerintah dan LSM untuk mengembangkan strategi dan memobilisasi sumber daya dalam memerangi terjadinya turisme seksual yang melibatkan anak-anak sebagai korban (Perry & Potgieter, 2013).

Di dunia yang sangat konsumeris, miskin, dan serba kekurangan, tidak jarang warga terlibat dalam jenis-jenis aktivitas termasuk aktivitas ilegal yang terkadang untuk mempertahankan kebiasaan mewah, atau hanya untuk bertahan hidup. Untuk mempertahankan gaya hidup ini, dalam banyak kasus, beberapa orang harus membayar dengan harga tinggi, dengan berbagai cara, termasuk kehilangan harta benda dan bahkan nyawa.

Anak-anak, karena kerentanan dan ketidakdewasaan mereka, menjadi mudah terpikat pada aktivitas-aktivitas yang tidak seharusnya, termasuk seks komersial untuk mendanai pleonexia ini. Untuk memikat anak-anak ke dalam industri seksual, mucikari, turis, dan rekan menggunakan teknik yang berbeda-beda, termasuk cara “grooming”, seperti yang diungkapkan oleh penelitian baru-baru ini. Jadi, untuk melindungi anak-anak secara efektif dan efisien dan melindungi masa depan mereka, sangat penting bagi kita untuk memiliki pengetahuan yang mendalam tentang berbagai strategi yang digunakan untuk memasukkan anak-anak ke dalam perdagangan yang terkenal kejam ini. Oleh karena itu, pemahaman dan deteksi teknik “grooming” sangat penting dalam melindungi anak-anak, namun ini bukanlah tugas yang mudah (Craven et al., 2006).

 “Grooming” merupakan manipulasi yang dilakukan secara terampil oleh pelaku itu sendiri terhadap si anak, orang tua, dan orang lain yang signifikan; dan bahkan lingkungannya,sehingga kemudian mudah untuk melakukan pelecehan seksual terhadap si anak dengan tanpa terdeteksi (Pusat Perlindungan Anak Kanada, 2018).Saat ini ada dua jenis “grooming”: daring (online) dan luring (offline).“Grooming online” adalah ketika seseorang, lebih khusus lagi, predator seksual dewasa, berusaha untuk melecehkan seseorang yang masih di bawah umur, sering dengan cara meningkatkan keingintahuan mereka tentang seks, dengan tujuan akhir bertemu dengannya secara langsung untuk tujuan aktivitas seksual.

“Grooming offline” adalah komunikasi langsung dengan si anak dengan tujuan akhir bertemu dengannya untuk melakukan pelecehan seksual terhadapnya.Ini adalah metode tertua dan biasanya terjadi di masyarakat yang “paling tertinggal dan terpencil”. Namun, tampaknya memiliki beberapa ciri umum yang sama dengan  metode“Grooming online”, yang mana yang terakhir ini lebih cepat berkembang dan cukup canggih.

Dalam tinjauan pustaka sistematis ini, kami meninjau secara kritis artikel-artikel yang direviu oleh sejawat, yang diterbitkan setelah tahun 2000, (kecuali kutipan yang dianggap sangat penting untuk penelitian ini).Singkatnya, banyak teknik yang digunakan untuk merekrut anak-anak ke dalam pariwisata seks-anak. Kami membuat katalog teknik-teknik tersebut, beberapa di antaranya adalah ikatan hutang, pelecehan emosional, pemberian dukungan secara fisik (sehingga ketergantungan), cinta palsu, membuat kecanduan narkoba, pelecehan fisik, pemberian hadiah dan bantuan, kekuasaan dan otoritas, janji palsu, dan teknik “grooming”.

Penulis: Yahya Muhammed Bahdan Myrtati Dyah Artaria

Link jurnal terkait tulisan di atas: CHILD SEX TOURISM RECRUITMENT TECHNIQUES_ Terbit di: JOURNAL OF EDUCATIONAL, HEALTH, COMMUNITY PSYCHOLOGY http://journal.uad.ac.id/index.php/Psychology/article/view/17802

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).