Termuda, Kiki Adi Kurnia Peringkat Kedua Peneliti Terbaik UNAIR Versi Google Cendekia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
KIKI Adi Kurnia S.Si., M.Sc., Ph.D dosen Departemen Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR, saat berada di Massachusetts Institute of Technology Amerika Serikat. (Foto: Istimewa)
KIKI Adi Kurnia S.Si., M.Sc., Ph.D dosen Departemen Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR, saat berada di Massachusetts Institute of Technology Amerika Serikat. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Pada pengujung 2020, Lembaga Inovasi, Pengembangan Jurnal, Penerbitan dan Hak Kekayaan Intelektual (LIPJPHKI) Universitas Airlangga resmi merilis TOP 210 Peneliti Terbaik UNAIR Versi Google Cendekia. Salah seorang Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNAIR Kiki Adi Kurnia S.Si., M.Sc., Ph.D. menduduki peringkat 2 di antara 210 peneliti UNAIR.

Capaian tersebut sangat mengejutkan. Pasalnya, dosen yang akrab disapa Kiki itu merupakan dosen paling muda di antara dosen-dosen dalam peringkat 5 besar tersebut. Berdasar data Google Cendekia, dari tahun 2010 hingga 2021, total kutipan jurnal yang dipublikasikan Kiki mencapai 1873 kutipan. Lalu, jumlah publikasi jurnal Kiki yang memperoleh setidaknya 10 kutipan (nilai indeks-i10) sebesar 41.

Terdapat jurnal Kiki yang rilis tahun 2013 berjudul Systematic study of the thermophysical properties of imidazolium-based ionic liquids with cyano-functionalized anions memperoleh kutipan yang paling banyak sebesar 144 kutipan. Jumlah kutipan tersebutlah yang mengantar Dosen Departemen Kelautan tersebut menduduki peringkat kedua.

Meski demikian, Dosen yang berusia 38 tahun itu tidak terlalu mengindahkan peringkat tersebut. Sebab, tujuan utama Kiki adalah melakukan penelitian dan menyebarkan hasil penelitian tersebut kepada masyarakat. Tujuan tersebut ada karena Kiki ketika menempuh S1 Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) sangat ingin menjadi dosen yang cenderung melakukan penelitian.

“Saya melakukan hal yang saya suka. Saya suka meneliti, melakukan research dan menulis hasil penelitian saya,” tuturnya.

Kiki menempuh PhD di bidang Teknik Kimia Universiti Teknologi Petronas, Malaysia, dan menjadi dosen senior di sana. Ia juga membimbing 45 mahasiswa, bahkan tiap bimbingannya selalu mempublikasi hasil penelitiannya. Kondisi itu berbanding terbalik dengan di Indonesia. Rata-rata jumlah mahasiswa yang dibimbing dosen Indonesia bisa publikasi sekitar 10 penelitian per tahun.

“Ada yang missing dari situ, bisa saja mahasiswanya gak rajin penelitian. Saran saya hasil penelitian yang dikerjakan itu ditulis dan dipublikasikan,” katanya.

Di Departemen Kelautan, penelitiannya tertuju pada eksplorasi hasil-hasil kelautan. Beberapa penelitian yang sedang dikerjakan bersama tim dan mahasiswanya adalah isolasi bahan aktif dari teripang, dan pengolahan limbah udang menjadi biosorbent. Bukan hanya itu, Kiki juga terlibat penelitian kolaborasi tentang sensor deteksi glukosa dalam darah.

Riwayat pendidikan Kiki tak hanya sampai di Malaysia. Ia melanjutkan karirnya di Portugal sebagai Post-doctoral Universidade De Aveiro. Beragam berbagai prestasi Internasional Kiki sabet. Di antaranya, menjadi dosen terbaik, meraih penghargaan perak dalam hal pengajaran dan inovasi, serta menjadi Pembina Kemahasiswaan AIChE (Organisasi Besar Teknik Kimia) di Amerika Serikat. Di sana pula, Ia memacu mahasiswa Teknik Kimia untuk berinovasi dan memenangkan sejumlah kompetisi.

“Hasil perjalanan panjang 10 tahun hingga sampai saat ini merupakan hasil saya belajar sabar. Kesabaran saya diuji habis-habisan,” pungkasnya. (*)

Penulis: Dimar Herfano

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).