Perspektif Mahasiswa International terhadap Pemikiran Kritis dalam Penulisan Akademis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Mahasiswa internasional di UNAIR. (Sumber: UNAIR NEWS)

Pemikiran kritis dinilai sebagai hasil yang diharapkan dari lulusan universitas terutama di negara-negara barat. Mahasiswa diwajibkan untuk menampilkannya dalam tulisan akademis yang merupakan kriteria sentral dari esai yang baik yang merupakan bentuk penilaian umum bagi mahasiswa terutama dalam ilmu sosial seperti pendidikan, hukum, komunikasi dan jurusan lainnya. Mahasiswa internasional dengan demikian dituntut untuk dapat beradaptasi dengan konvensi akademik ‘Barat’ ini yang mungkin berbeda dari apa yang telah mereka kenal agar dapat memenuhi persyaratan penulisan akademis di pendidikan tinggi dan untuk berbaur dan menjadi bagian dari komunitas tersebut. Namun, mahasiswa internasional yang berlatar belakang ‘non-Barat’ seringkali mengalami kesulitan dalam menunjukkan ekspresi kritis dalam teks tertulis mereka.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan ini sudah banyak di analisis oleh ahli pendidikan. Di satu sisi, ahli menyatakan bahwa latar belakang budaya mahasiswa internasional berkontribusi pada hambatan pengembangan analitis dan pemikiran kritis. Namun, pendapat lain menyatakan bahwa kegagalan pengintegrasian pemikiran kritis yang dialami oleh mahasiswa internasional antara lain karena institusi termasuk tutor dan stafnya tidak memberikan penjelasan yang eksplisit dan memadai mengenai harapan mereka terhadap tulisan akademis siswa sehubungan dengan praktik wacana dan konvensi.

Pendapat-pendapat di atas dapat memberikan perspektif yang berguna dalam pembahasan tentang konsep dan praktik pemikiran kritis di universitas. Namun, perspektif dari mahasiswa itu sendiri perlu diinvestigasi untuk menangkap gambaran keseluruhan dari pengalaman menulis akademis termasuk kesulitan dalam mengembangkan dan menerapkan pemikiran kritis. Hal itu juga dapat memberikan solusi yang memungkinkan untuk mendukung siswa dalam mengintegrasikan dan mengembangkan pemikiran kritis dalam penulisan akademis dengan menekankan pada tantangan utama dan realitas tertentu dari sudut pandang mahasiswa internasional.

Dalam penelitian terbaru kami yang menganalisis perspektif mahasiswa magister Indonesia di salah satu universitas di Inggris terhadap pemikiran kritis dalam tulisan akademis, kami mengungkap beberapa penemuan yang signifikan. Para peserta ternyata sudah cukup beradaptasi dengan sistem akademik baru dan konvensi tertulis, melalui sinkronisasi, akulturasi, dan transformasi konvensi tertulis akademik baru. Meskipun mereka mengalami kesulitan dan kecemasan, mereka bersedia dan sangat tertarik untuk belajar dan menggunakan pemikiran kritis di dalam dan di luar konteks akademis.

Temuan ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang seberapa kuat budaya serta latar belakang peserta dalam mempengaruhi cara mereka mengekspresikan pemikiran kritis dalam esai mereka. Tampak dalam tanggapan mereka bahwa kurangnya paparan praktik berpikir kritis selama pendidikan sebelumnya dapat mengganggu penyerapan evaluasi kritis mereka. Hal ini menunjukkan keprihatinan yang berkembang tentang pentingnya pergeseran prioritas dan pendekatan dalam sistem pendidikan Indonesia untuk menanamkan pemikiran kritis dalam semua mata pelajaran di seluruh jenjang pendidikan.

Terkait tantangan yang dirasakan dalam menerapkan pendekatan kritis, salah satu peserta menemukan adanya kebingungan dalam menggunakan tata bahasa yang benar sebagai kendala yang kemungkinan dapat mengganggu ekspresi kritis. Namun, beberapa aspek yang dianggap lebih menantang oleh peserta adalah mensintesis dan mengevaluasi berbagai sumber dan menyusun ide.

Dari temuan tersebut, kami ingin menawarkan beberapa saran untuk mengakomodasi ekspresi kritis yang muncul. Pertama, siswa membutuhkan pedoman eksplisit baik dalam bentuk lokakarya menulis atau konsultasi individu dalam hal bagaimana mengevaluasi dan mensintesis sumber dan untuk membangun argumen. Kedua, kami menyarankan bahwa instruksi berpikir kritis dalam penulisan akademis akan lebih baik untuk diintegrasikan dengan disiplin akademis siswa. Ini akan membantu dalam dua hal. Pertama, siswa dapat meningkatkan pengetahuan mata pelajaran mereka yang diperlukan untuk kemampuan analisis kritis pada saat yang sama mereka belajar bagaimana mengungkapkan tujuan kritis. Kedua, siswa akan mendapatkan keuntungan dari pemahaman persyaratan khusus dari tugas menulis yang diperlukan untuk departemen mereka.

Perlu dicatat bahwa penelitian ini didasarkan pada penelitian skala kecil yang melibatkan empat partisipan dalam konteks tertentu. Namun, temuan penelitian ini menunjukkan pertimbangan yang signifikan dalam memfasilitasi siswa internasional untuk mendapatkan manfaat maksimal dari pengalaman belajar mereka.

Penulis: Muchamad Sholakhuddin Al Fajri

Informasi detail dari artikel ini dapat dibaca lebih lengkap pada tautan publikasi ilmiah berikut:

https://nsuworks.nova.edu/tqr/vol25/iss12/12/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).