Analisis Faktor Eksploratorium untuk Nilai-Nilai Wirausaha Berbasis Kemampuan Interaksi Pembangunan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: Mbizmarket

Pengetahuan terbagi menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan eksplisit dan pengetahuan tacit. Pengetahuan eksplisit atau terkadang disebut pengetahuan formal, dapat disampaikan dalam bahasa, termasuk juga angka dan kata, tanda matematika, spesifikasi, manual, dan lain-lain. Pengetahuan eksplisit juga siap disebarkan kepada orang lain. Selain itu, pengetahuan eksplisit dapat diproses dengan cepat oleh komputer, perangkat elektronik, atau database penyimpanan. Pengetahuan tacit disimpan dalam pengalaman individu dan faktor tak berwujud, seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan sistem nilai. Pengetahuan tacit sulit untuk mengartikulasikan bahasa informal. Isinya meliputi pemahaman, intuisi, dan firasat mereka. Sebelum mengkomunikasikan tacit knowledge harus diubah dalam bentuk kata, model, atau angka yang dapat dipahami (Polanyi, 1966).

Ada empat gaya konversi atau penciptaan pengetahuan yang diperoleh dari kedua jenis pengetahuan tersebut (Nonaka, 2007):

a. Sosialisasi: mencakup kegiatan berbagi pengetahuan secara diam-diam antar individu. Istilah sosialisasi digunakan karena tacit knowledge disebarkan melalui kegiatan bersama, seperti tinggal bersama, menghabiskan waktu bersama – bukan melalui tulisan atau instruksi lisan. Jadi, dalam beberapa kasus, tacit knowledge hanya dapat disebarluaskan jika seseorang merasa bebas menjadi seseorang yang memiliki tacit knowledge yang lebih unggul dari yang lain. Dalam prakteknya sosialisasi dilakukan melalui kegiatan knowledge capture melalui kedekatan fisik seperti interaksi antara leader dan follower, leader dan leader, follower, dan followers.

b. Eksternalisasi: membutuhkan penyajian tacit knowledge dalam bentuk yang lebih umum agar dapat dipahami oleh orang lain. Pada tahap eksternalisasi ini, individu berkomitmen pada kelompok dan menjadi satu dengan kelompok. Dalam praktiknya, eksternalisasi didukung oleh dua faktor kunci. (i) artikulasi pengetahuan tacit, yaitu konversi dari tacit menjadi eksplisit, seperti dalam dialog. (ii) menerjemahkan tacit knowledge dari para ahli ke dalam bentuk yang dapat dipahami, seperti dokumen, manual, dan sebagainya.

c. Kombinasi mencakup konversi pengetahuan eksplisit menjadi bentuk yang lebih kompleks dari kumpulan pengetahuan eksplisit. Dalam praktiknya, fase kombinasi bergantung pada tiga proses berikut: (1) menangkap dan mengintegrasikan pengetahuan eksplisit baru, termasuk pengumpulan data eksternal dari dalam atau luar institusi, dan kemudian menggabungkan data. (2) penyebaran pengetahuan eksplisit melalui presentasi atau pertemuan tatap muka. (3) pengolahan pengetahuan eksplisit agar lebih mudah digunakan kembali, misalnya dokumen perencanaan, laporan, data pasar, dan sebagainya.

d. Internalisasi: pengetahuan baru adalah konversi pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan organisasi diam-diam. Individu harus mengidentifikasi pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan mereka dalam pengelolaan pengetahuan itu. Dalam prakteknya internalisasi dapat dilakukan dalam dua dimensi. Pertama, penerapan pengetahuan eksplisit dalam tindakan dan praktik langsung. Contoh melalui program pelatihan. Kedua, penguasaan pengetahuan eksplisit melalui simulasi, eksperimen, atau pembelajaran sambil bekerja.

Konsep rantai pengetahuan pertama kali diperkenalkan oleh Koulopoulos, Torms, dan Spinello pada tahun 1997 ketika meneliti untuk menyusun buku “Corporate Instinct”. Ada empat mata rantai dalam rantai pengetahuan yang terdiri dari (Frappaolo, 2017):

a. kesadaran internal

b. respon internal (respon internal)

c. respon eksternal (responsivitas eksternal)

d. kesadaran eksternal (kesadaran eksternal).

Prusak, Quintas, Lefrere, dan Jones menyatakan bahwa manajemen pengetahuan mencakup proses atau praktik menciptakan, memperoleh, menangkap, berbagi, dan menggunakan pengetahuan untuk memperkaya pembelajaran dan kinerja dalam suatu organisasi. Penemuan diwujudkan melalui percakapan, debat, ketidakpastian, dan keraguan, dan penemuan hanyalah hasil signifikan dari ide yang salah pada waktu yang tepat atau sebaliknya. Lebih jauh, kreativitas bukanlah pengalaman yang muncul begitu saja, tetapi merupakan proses aktual dan imajinasi dalam menampilkan ide (Falk & Adelman, 2003; Moffet, McAdam, & Parkinson, 2003).

Selain pengetahuan, yang tidak kalah pentingnya dalam kajian organisasi adalah perilaku manusia sebagai anggota organisasi. Jika dikaitkan dengan kemampuan manusia sebagai anggota organisasi dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh, maka akan terbentuk perilaku kreatif dalam memecahkan masalah yang dapat disebut dengan perilaku Entrepreneurial. Perilaku kewirausahaan dalam organisasi melibatkan penemuan atau pengembangan dan eksploitasi peluang yang sebelumnya tidak diketahui. Ada semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa perilaku seperti itu penting dan strategis untuk pembaruan, inovasi di perusahaan yang ada. Perilaku kewirausahaan cenderung bervariasi tergantung pada individu yang dirangsang oleh peran manajemen (Deniz, Boz, & Ertosun, 2011; Dutta & Thornhill, 2008; Janney & Dess, 2006; Li, Wang, Huang, & Bai, 2013; Marcati, Guido, & Peluso, 2008; Mustafa, Martin, & Hughes, 2016; Shane, Locke, & Collins, 2003).

Melalui hasil pengujian EFA dapat disimpulkan bahwa pengukuran Entrepreneurial Values-Based Developmental Interaction Capability (EVBDIC) dapat dilakukan dengan indikator sebagai berikut:

1. Interaksi untuk memperbarui proses kerja.

2. Interaksi untuk menggabungkan pengetahuan dan keterampilan.

3. Interaksi untuk meningkatkan kapasitas individu.

4. Generasi ide.

5. Mendukung orang lain untuk bertindak secara kewirausahaan

Dalam penelitian selanjutnya, konsep PWE dapat digunakan untuk menguji hubungan antara anteseden dan variabel konsekuensi dalam konteks yang sama seperti penelitian ini dan pengaturan yang berbeda.

Penulis : Anis Eliyana

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

http://www.sysrevpharm.org/index.php?fulltxt=138666&fulltxtj=196&fulltxtp=196-1601361553.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).