Klaster Keluarga dengan Infeksi Coronavirus Disease (COVID-19) dengan Manifestasi Klinis yang Berbeda

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: Alomedika

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) pertama ditemukan di Wuhan, China dan telah diumumkan sebagai pandemi global oleh WHO pada tanggal 11 Maret 2020. Gejala klinis umum yang disebabkan oleh infeksi COVID-19 ini berupa demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri tenggorokan, pilek, nyeri dada, sesak napas, mialgia, malaise, artralgia, kelelahan, produksi sputum, anoreksia, diare, mual dan muntah. Baru-baru ini, anosmia (hilangnya indera penciuman) dan ageusia (hilangnya indera perasa) telah dilaporkan sebagai salah satu gejala COVID-19. Gejala klinis baru ini menyebabkan diagnosis COVID-19 menjadi lebih sulit.

Studi ini melaporkan temuan epidemiologi, klinis, radiologis, laboratorium, dan manifestasi klinis yang berbeda dari suatu klaster keluarga kasus COVID-19 di Indonesia. Infeksi SARS-CoV-2 pada klaster dalam penelitian ini pertama dilaporkan pada pasien 2 (anak perempuan dari pasien 1 dan pasien 3) yang mengalami gejala batuk kering dan pilek sejak 4 April 2020. Pasien 1 (ayah) kemudian mengalami hal yang sama pada 6 April 2020, sedangkan pasien 3 tidak menunjukkan gejala. Pasien 4 (anak laki-laki dari pasien 1 dan pasien 3) mengalami gejala aguesia dan anosmia hanya selama 1 hari kemudian sembuh pada 11 April 2020. Pasien 1, 2, dan 3 diketahui tinggal bersama dalam satu rumah, sedangkan pasien 4 tinggal di rumah yang berbeda namun sering datang ke rumah orang tuanya, terutama saat pasien 1 sedang sakit. Pasien 2 dan 3 diketahui tidak melakukan aktivitas di luar rumah selama pandemi. Pasien 1 adalah pekerja yang rutin mengikuti kegiatan keagamaan di masjid bahkan di saat pandemi. Hal ini merupakan faktor risiko infeksi COVID-19, sehingga pasien 1 dianggap sebagai index case.

Pasien 1 diketahui tidak memiliki gejala pada awalnya, namun kemudian mengalami gejala. Hasil rontgen pasien 1, 2, dan 3 menunjukkan kelainan, sedangkan rontgen pasien 4 menunjukkan kondisi normal. Real-Time Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dari semua pasien menujukkan positif COVID-19. Temuan ini menunjukkan bahwa COVID-19 dapat ditularkan selama masa inkubasi. Kasus klaster dalam keluarga ini menunjukkan potensi penularan COVID-19 pada orang yang awalnya tidak memiliki gejala tetapi pada perjalanan penyakitnya menunjukkan gejala karena periode inkubasi yang bervariasi antara 5-14 hari.

Individu yang terinfeksi SARS-CoV-2 terdiri dari 80% pasien tanpa gejala atau dengan gejala ringan, 15% gejala sedang sampai berat, dan 5% pasien kritis. Individu dengan usia lanjut dan penyakit bawaan, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit pernapasan kronis memiliki risiko lebih besar untuk terinfeksi COVID-19. COVID-19 dapat menginfeksi semua kelompok usia dengan atau tanpa gejala. Tidak ada perbedaan gejala klinis yang khusus antara COVID-19 dan infeksi virus pernapasan lainnya, sehingga diagnosis sebaiknya tidak hanya berdasarkan manifestasi klinis. Uji radiologi dan laboratorium harus digunakan dalam diagnosis COVID-19, selain RT-PCR yang merupakan gold standar.

Penulis: Soedarsono

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://www.actamedindones.org/index.php/ijim/article/view/1452/pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).