Manfaat daun Gandarusa sebagai Anti HIV

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Gandarusa. (Sumber: Intisari Online)

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi dan mengakibatkan penurunan sistem kekebalan manusia yang mengarah ke kondisi yang disebut Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Penularan HIV menyebabkan tingginya jumlah infeksi HIV dan angka kematian di dunia. Antiretroviral (ARV) adalah terapi yang digunakan untuk merawat pasien infeksi HIV. ARV memiliki beberapa kelemahan yaitu toksisitas yang terkait dengan ketidakmampuan pasien untuk menahan efek samping dari obat-obatan, biaya tinggi terapi ARV, ketersediaan kombinasi obat yang terbatas, kurangnya efek kuratif dan resistensi virus-anti obat ARV. Salah satu alternatif strategi pencegahan infeksi HIV menggunakan tanaman obat. Beberapa tumbuhan obat memiliki sumber yang potensial untuk menemukan agen aktif baru dengan aktivitas  anti-HIV. Tanaman obat relatif tidak beracun. Sehingga tanaman obat lebih dapat ditoleransi dibandingkan obat kimia.

Daun Justicia gendarussa Burm. F yang digunakan di penelitian diperoleh dari budidaya tanaman di Trawas, Mojokerto, Jawa Timur. Bubuk daun J. gendarussa dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bubuk daun yang melepaskan alkaloid dan non-alkaloid. Bubuk daun yang melepaskan alkaloid dipreparasi dengan menambahkan asam sehingga berubah menjadi larut pada garam. Kemudian kedua bubuk diekstraksi dengan 70% ethanol selama 3 x 24 jam. Lalu hasilnya diuapkan (evaporasi) dan dikeringkan. Kandungan alkaloid pada ekstrak dapat dianalisis dengan menggunakan Thin Layer Chromatography (TLC). Metodenya adalah dengan menaruhkan sampel pada plat silica dan meneteskan dengan pelarutnya sehingga akan menunjukkan hasil ketika ditempatkan pada TLC.

Ekstrak Piper nigrum digunakan sebagai pembanding kandungan alkaloid pada ekstrak ini. Kemudian mendeteksi kandungan gendarusin A dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Yaitu dengan melihat kandungan dengan memisahkan komponennya di instrumen dan melihat dari fase gerak dan fase diamnya. Dan berikutnya menyiapkan sampel HIV p24 Antigen sebagai medium in vitro penelitian.

Analisis Alkaloid

Adanya senyawa alkaloid dalam ekstrak J. gendarussa dianalisis menggunakan metode TLC. Ditemukan bahwa 70 % ekstrak etanol yang difraksinasi tidak mengandung senyawa alkaloid tertentu, sedangkan 70% ekstrak etanol daun J. gendarussa mengandung senyawa alkaloid

Analisis Gendarusin A

HPLC menunjukkan bahwa 70% ekstrak etanol terpecah dan ekstrak etanol 70% mengandung gendarusin A sebagai komponen daun J. gendarussa. Hasil tersebut dibandingkan dengan ekstrak Piper nigrum sehingga dapat dinyatakan bahwa daun J. gendarussa mengandung gendarusin A.

Dalam preparasi pada medium in vitro HIV, diperlukan pengujian syncytia terlebih dahulu. Melalui pengujian syncytia ini menunjukkan hasil bahwa ekstrak J. gendarussa memberikan pengaruh menghambat pembentukan syncytia. Lalu berikutnya dengan menggunakan deteksi antigen HIV, menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak 70% J. gendarussa mampu menghambat ekspresi antigen p24 HIV.

Pada penelitian ini, sel HIV ditanamkan dalam konsentrasi yang berbeda-beda dan dilihat apakah HIV melakukan replikasi atau tidak. Replikasi HIV dalam kultur sel in vitro dapat diamati melalui formasi pembentukan syncytia. Replikasi HIV juga dapat dipantau melalui deteksi produk viral seperti antigen p24. Antigen p24 adalah komponen struktural yang penting dari bagian partikel retroviral. Deteksi antigen p24 dapat digunakan dalam pemantauan pengobatan dini infeksi akut (dini infeksi). Antigen p24 dapat dideteksi partikel virus di luar atau di supernatant kultur sel, sedangkan RNA terletak di dalam partikel virus. Diketahui bahwa peningkatan transkripsi virus biasanya akan mengarah ke peningkatan replikasi HIV. Proses ini diikuti dengan pelepasan partikel virus (seperti antigen p24) dari virus dewasa.

Selama proses replikasi virus, meningkatnya transkripsi virus juga menyebabkan peningkatan produksi protein permukaan virus di permukaan sel inang. Berdasarkan hasil tersebut, kami menemukan bahwa dua ekstrak dapat menghambat ekspresi antigen p24. Fakta ini dibuktikan dengan penurunan jumlah antigen p24 HIV. Penurunan antigen p24 oleh ekstrak menyebabkan penghambatan replikasi HIV. Artinya ekstraknya bisa mengurangi pertumbuhan virus baru secara in vitro. Di sisi lain, meningkatnya jumlah antigen p24 dalam kultur sel menunjukkan bahwa ekspresi antigen p24 yang lebih tinggi dalam sel kultur, semakin tinggi pula formasi syncytia di kultur sel yang terinfeksi.

Setiap ekstrak memiliki kandungan kimia yang sedikit berbeda. Sehingga kemampuan ekstrak dalam mencegah virus replikasi juga berbeda. Mencegah aktivitas replikasi virus karena adanya senyawa yang berguna di ekstrak daun J. gendarussa . Tanpa adanya alkaloid, ekstrak ini memiliki anti-Aktivitas HIV lebih besar daripada ekstrak yang mengandung alkaloid. Flavonoid yang merupakan komponen utama dalam daun J. gendarussa adalah gendarusin A, mampu menghambat enzim reverse transcriptase. Hasilnya ditunjukkan oleh formasi syncytia (sel giant) uji dan uji antigen HIV p24. J. gendarussa dapat digunakan sebagai  bahan produk fitofarmaka anti-HIV.

Penulis: Prihartini Widiyanti

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini:

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32874461/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).