Prevalensi dan Distribusi Genotipe Virus Hepatitis B di Kalangan Pekerja Migran

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh prosehat.com

Indonesia merupakan negara endemis penyakit hepatitis B. Penularan penyakit hepatitis B ini dapat terjadi melalui kontak darah. Risiko tinggi penularan ini terjadi pada kelompok rentan antara lain masyarakat yang tinggal pada daerah endemis dengan penyakit hepatitis B, penderita HIV, petugas medis, penggunan narkoba, tattoo dan kegiatan lain yang terkait dengan kontak darah. Penyakit hepatitis B ini di Indonesia mayoritas disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B. Dalam perkembangannya, virus hepatitis B ternyata memiliki keunikan dalam hal distribusi tipe atau genotipe virus di dunia yaitu berdasarkan lokasi geografis. Di Indonesia, virus hepatitis B memiliki genotipe dominan B3, walaupun juga ditemukan genotipe lain seperti B5, B7, B8, B9 dan beberapa tipe C. Dengan kekhasan dari genotipe virus maka dengan mudah dapat mengidentifikasi kemungkinan adanya kasus impor (imported case) dari infeksi virus hepatitis B yang berasal dari negara lain.

Penyakit hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular dan berpotensi terjadi penyebaran lintas negara di era mobilisasi masyarakat yang cukup tinggi. Sehingga kondisi ini menyebabkan kemungkinan adanya potensi penularan virus hepatitis B yang berasal dari pekerja migran atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Tim peneliti Unair antara lain Prof. Maria Inge Lusida, dr., M.Kes., Sp., MK(K)., Ph.D, Dr. Juniastuti, dr., M.Kes, Laura Navika yamani, S.Si., M.Si., Ph.D dan anggota tim lainnya telah melakukan penelitian yang berjudul Prevalensi dan distribusi genotipe virus hepatitis B di kalangan pekerja migran/TKI di Pulau Lombok, Indonesia. Masyarakat di Lombok sebagian besar memilih pekerjaan sebagai TKI dan Lombok menjadi salah satu daerah di Indonesia yang menyumbangkan angka TKI tertinggi. Pada studi tersebut melaporkan bahwa dari 87 TKI yang terlibat menunjukkan 17.24% TKI yang akan berangkat ke negara tujuan memiliki hasil pemeriksaan positif HBsAg dan sebanyak 12.10% TKI yang sudah pulang ke Indonesia terdeteksi positif HBsAg, ini merupakan angka prevalensi yang cukup tinggi.

Virus yang teridentifikasi pada TKI tersebut memiliki genotipe B3 yang merupakan genotipe asal/dominan di Indonesia. Hal ini berarti bahwa kemungkinan TKI tersebut terpapar atau terinfeksi oleh virus hepatitis B ketika berada di Indonesia sesuai dengan hasil genotipe yang diperoleh. Untuk menekan laju penyebaran dari penyakit hepatitis B atau penyakit menular lainnya, maka otoritas negara harus melakukan pengketatan di pintu entry dan exit antar negara. Ini dapat dilakukan dengan pengecekan kondisi kesehatan atau bahkan kewajiban menyertakan dokumen bebas terhadap penyakit menular tertentu terutama disesuaikan dengan kondisi endemis suatu negara. Sehingga kasus impor (imported cases) dari penyakit menular dapat dicegah masuk ke suatu negara dan penyebaran tidak menjadi meluas.

Penulis: Laura Navika Yamani, S.Si., M.Si., Ph.D

Link jurnal terkait tulisan di atas: https://www.apjtm.org/temp/AsianPacJTropMed1318-8739148_022539.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).