UNAIR NEWS – Sivitas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) tentu sudah tidak asing lagi dengan sosok Prof. Dr. Bagong Suyanto, Drs., M.Si. Guru besar yang lahir di Kertosono, 6 September 1966 itu baru saja dilantik oleh Rektor UNAIR sebagai Dekan FISIP Periode 2020-2025.
Dalam rangka mengembangkan FISIP UNAIR ke depan, Prof Bagong menuturkan akan fokus mewujudkan kohesi sosial di FISIP UNAIR. Utamanya dalam mencetak reputasi berdasarkan nilai-nilai moral dan keagamaan.
“Saya akan membangun FISIP dan mengembangkan UNAIR yang makin reputatif dengan meletakkan dasar kolaborasi sosial di antara semua potensi yang kita miliki,” tandas Prof Bagong.
Menurut mantan konsultan UNICEF itu, kohesi sosial harus diterapkan tidak hanya pada kehidupan akademik, tetapi juga pada kehidupan sehari-hari di kampus. “Ini saya garis bawahi karena berkaitan erat dengan bagaimana kita saling bekerjasama dan bersolidaritas untuk mengembangkan FISIP UNAIR bersama-sama,” tutur dia.
Untuk mencapai hal itu, setidaknya sejumlah program strategis siap dijalankan di bawah komando Prof Bagong. Di antaranya adalah menciptakan mahasiswa dan lulusan yang memiliki kualifikasi plus.
Prof Bagong mengatakan, mahasiswa adalah prioritas utama dalam perguruan tinggi. Sebagai subjek utama pembelajaran, lanjutnya, kualitas lulusan di dunia kerja adalah tolak ukur sejauh mana upaya yang telah dilakukan.
Untuk menciptakan iklim pembelajaran yang berkualitas, Prof Bagong akan memberikan pendampingan dan fasilitas kepada mahasiswa. Sebanyak 10 mahasiswa terbaik dari masing-masing program studi akan dijaring untuk dilatih mengikuti kompetisi karya ilmiah. Tidak lain, tujuannya adalah untuk menambah nilai lebih pada lulusan.
“Dari yang saya amati, mahasiswa bukan enggan mengikuti lomba-lomba penulisan. Tetapi mereka terlalu disibukkan oleh kuliah meskipun mereka memiliki kompetensi yang cukup untuk mengikuti sebuah lomba,” ungkapnya.
Selanjutnya, sebagai pondasi pokok dari kompetensi dosen, Prof Bagong mencanangkan program ‘Satu Mata Kuliah Satu Buku Ajar’. Hal ini selain dapat digunakan dalam proses pembelajaran, juga sebagai persiapan bagi dosen untuk mencapai gelar guru besar.
Di samping itu, sambungnya, dia juga akan mendorong pengembangan program kolaborasi penulisan artikel jurnal internasional di antara sesama dosen. Mengingat, tidak sedikit sumber daya kompeten yang dimiliki FISIP UNAIR.
“Saya kira kolaborasi antara dosen dan tendik juga perlu dibangun. Ini juga berkaitan dengan peningkatan sitasi dan lain sebagainya,” ujarnya.
Selain itu, dia juga berencana menerapkan sistem otomasi pada prosedur kenaikan pangkat untuk dosen pengajar dan tendik.Menurut Prof Bagong, digitalisasi dapat memangkas waktu kenaikan pangkat secara efektif. “Sebenarnya ini masalah yang sederhana, tapi seringkali tersendat,” terang Prof Bagong. Terakhir, Prof Bagong menyoroti problem kesejahteraan dan kepastian karir tenaga pendidikan di FISIP.Dia akan mewadahi masalah yang kerap dihadapi oleh tenaga pendidikan. Menurutnya, jika permasalahan dapat dibicarakan secara terbuka, iklim kerja akan kondusif dan maksimal. “Saya berharap, tidak ada lagi anak emas pada bagian-bagian tertentu,” pungkas dia. (*)
Penulis: Erika Eight Novanty
Editor: Binti Q. Masruroh