Selulitis Orbita pada Tuberkulosis Paru: Laporan Kasus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Tuberculosis Paru. (Sumber: uncak.com)

Di Indonesia prevalensi tuberkulosis cukup tinggi dan paling sering menyerang paru-paru tetapi bisa juga bisa mengenai ekstra paru yang bermanifestasi pada berbagai organ dan jaringan sekitarnya. Selulitis orbita yang disebabkan oleh bakteri penghasil β-laktamase pada pasien imunokompeten dengan tuberkulosis paru (TB) secara epidemiologis terdengar jarang atau tidak pernah terdengar. Selulitis orbita berpotensi memiliki prognosis yang buruk. Jika tidak diobati atau ditunda terapi, hal itu berpotensi mengancam jiwa dan penglihatan. Menurut laporan, sebanyak 11% selulitis orbital menyebabkan kehilangan penglihatan dan komplikasi intracranial.

Laporan kasus ini menggambarkan selulitis orbitayang disebabkan oleh bakteri penghasil β-laktamase  spektrum luas pada pasien dengan tuberkulosis paru. Seorang pria 47 tahun dirujuk ke ruang gawat darurat dengan mata dan wajah kanan bengkak dan nyeri selama 8 hari. Saat pertama kali datang, kondisi pasien mengantuk, pucat, dan demam. Ketajaman visual mata kanan hanyalah persepsi cahaya dengan pergerakan mata terbatas ke segala arah. CT scan menunjukkan adanya pembengkakan pada jaringan orbita dan abses pada subperiosteal dinding orbital lateral atas. Pada hari ke-5, kultur pus dipastikan sebagai bakteri penghasil β-laktamase spektrum luas (ESBL) dan uji pewarnaan Ziehl-Neelson menunjukkan bakteri batang tahan asam dengan inflamasi paru yang merupakan tanda patognomonik dari tuberkulosis. Pasien menunjukkan perbaikan klinis yang signifikan pada hari ke 11 dan pasien dipulangkan pada hari ke 15 dalam kondisi umum yang stabil dengan ketajaman penglihatan yang lebih baik pada mata kanan (mampu menangkap gerakan tangan).

Berdasarkan hasil kultur, regimen antibiotik dimodifikasi melalui konsultasi dengan bagian paru dan pasien dijadwalkan untuk menerima kombinasi dosis tetap untuk tuberkulosis. Kami menangani pasien dengan ampisilin sulbaktam intravena, metronidazol intravena, dengan irigasi dan drainase abses sekali sehari.

Secara umum, laporan kasus ini merupakan kasus pertama selulitis orbita akibat bakteri penghasil β-laktamase pada pasien imunokompeten dengan tuberkulosis paru yang pernah dilaporkan. Kasus ini juga memberikan informasi tambahan mengenai perjalanan penyakit dan managemen penanganan tentang kasus selulitis orbita pada pasien dengan tuberculosis paru. Selain itu, dengan adanya kasus ini memberikan kita informasi  pentingnya diagnosis dan pengobatan dini yang dapat mengurangi komorbiditas ini dan memberikan hasil yang lebih baik untuk pasien yang terkena.

Penulis:Ni Made Inten Lestari, Susy Fatmariyanti, Hendrian D. Soebagjo, Neneng Dwi Kurniati, Delfitri Lutfi

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di

https://journals.athmsi.org/index.php/AJID/article/view/5613/3235

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).