Perlunya Pencegahan Heat Stress dan Dehidrasi pada Pekerja di Bagian Mesin Casting Kontijensi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi heat stress pada pekerja. (Sumber: Media K3 Indonesia)

Salah satu bahaya di bagian CCM (Continuous Casting Machine) adalah tekanan panas atau heat stress. Tekanan panas (Heat Stress) adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia. Beban tambahan berupa panas lingkungan, dapat menyebabkan beban fisiologis, misalnya kerja jantung menjadi bertambah dan menyebabkan pekerja banyak berkeringat dan menyebabkan dehidrasi. Iklim kerja yang tidak nyaman dan perbedaan suhu di tempat kerja dapat dipengaruhi oleh faktor mesin dan lingkungan kerja.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan korelasi antara Heat Stress dan dehidrasi di bagian CCM (Continuous Casting Machine) PT X. Penelitian ini merupakan studi observasional dan studi cross sectional jika didasarkan pada waktu pemeriksaannya. Alat untuk mengukur heat stress dalam penelitian ini adalah Heat Stress Apparatus Quest Temp 36, sedangkan pengukuran dehidrasi kerja adalah dengan mengamati warna urin responden dengan membandingkan dengan tabel warna urin. Penelitian ini memiliki sampel 30 pekerja yang terpapar iklim kerja panas di bagian CCM (Continuous Casting Machine) PT X. Teknik analisis data digunakan adalah teknik analisis univariat dan bivariat.

Heat Stress pada alur proses produksi di PT X ini terutama disebabkan oleh cairan logam panas yang diproses sebelum dipadatkan menjadi billet. Selama tubuh pekerja aktif, tubuh secara alami akan menyesuaikan suhu yang diterima melalui proses kehilangan panas. Sedangkan dehidrasi adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kurangnya cairan, terutama garam Na. Efek paparan panas suhu dan disertai dengan keringat yang berlebihan akan mengakibatkan hilangnya garam natrium. Setelah beberapa minggu mengalami kondisi ini, akan menyebabkan kejang otot. Jika seseorang kehilangan cairan <1,5%, gejalanya masih tidak muncul, tetapi kelelahan akan muncul lebih awal dengan berupa mulut kering.

Suhu yang nyaman untuk orang Indonesia di tempat kerja adalah antara 24-26˚C. Ketika pekerja terpapar untuk suhu panas, dapat mengurangi kecekatan dalam bekerja, memperpanjang reaksi waktu dan memperlambat waktu pengambilan keputusan, mengganggu keakuratan kerja otak, mengganggu sensorik motoric koordinasi saraf, dan memancing emosi. Risiko tinggi lingkungan kerja, terutama iklim kerja yang panas, dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan para pekerja, sehingga perlu melakukan penyesuaian waktu kerja dan perlindungan untuk mengatasi bahaya di tempat kerja yang mungkin terjadi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran stres panas ≤TLV (Nilai Batas Ambang Batas), pekerja terbanyak mengalami dehidrasi ringan dan sedang adalah 4 pekerja dengan persentase 13,3%. Pengukuran stres panas >TLV, pekerja terbanyak mengalami dehidrasi kerja sedang adalah 12 pekerja dengan persentase 40%. Iklim kerja tertinggi pada area penelitian adalah 42,3˚C dan dari 30 responden yang dipelajari, ada 28 responden yang mengalami dehidrasi, mulai dari ringan hingga parah. Dengan menggunakan perhitungan statistik uji chi-square untuk melihat korelasi, dimana nilai p adalah 0,045 ( p <α), berarti ada korelasi antara iklim kerja dan dehidrasi kerja.

Penelitian ini sejalan dengan teori dari Suma’mur (2009), tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja yang melebihi TLV iklim kerja dapat mengalami efek dari heat stress. Efek heat stress terjadi sebagai akibat dari proses tubuh untuk menjaga panas dalam tubuh tidak berhasil. Efek dari heat stress dapat dalam bentuk keluhan subjektif karena tekanan panas seperti mengeluh panas, berkeringat, selalu haus, merasa tidak nyaman dan kehilangan nafsu makan yang disebabkan oleh hilangnya cairan dari tubuh dengan penguapan keringat.

Paparan lingkungan kerja fisik seperti tekanan panas dapat menyebabkan masalah kesehatan, salah satunya Dehidrasi. Konsumsi air minum perlu dipertimbangkan karena kekurangan cairan dapat menyebabkan dehidrasi Juga. Dehidrasi berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Selain itu, dehidrasi juga dapat mempengaruhi berat badan seseorang karena keringat dan urin yang keluar selama kegiatan cukup banyak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran heat stress dibagian CCM (Continuous Casting Machine) PT X sudah lulus NAB dengan beban kerja sedang dan pengaturan jam kerja 25-50%, yaitu WBGT (Wet Bulb Globe Themperature Index) melebihi 30oC. Pengukuran dehidrasi kerja pekerja di CCM (Continuous Casting Machine) bagian PT X memiliki dehidrasi paling sedang dengan 16 pekerja. Ada hubungan antara stres panas dan pekerjaan dehidrasi di bagian CCM (Continuous Casting Machine) di PT X.

Saran yang dapat diberikan kepada perusahaan adalah bahwa menyediakan beberapa tempat bagi pekerja untuk minuman mereka dekat dengan area kerja mereka agar mudah dijangkau. Menambahkan garam elektrolit ke minuman pekerja juga sangat direkomendasikan, dan menambahkan blower kipas di tempat kerja.

Penulis: Mulyono

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini:

https://www.scopus.com/inward/record.uri/eid-2-s2,085087413705&partnerID-40&md5-63da4fc5f9367fce59dee88685ce9fcc

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).