Spirulina Platensis Mencegah Terjadinya Xerostomia Akibat Radioterapi Kepala Leher

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Hello Sehat

Radioterapi kepala dan leher tidak hanya mematikan sel tumor, akan tetapi juga memiliki risiko yang tidak diinginkan terhadap jaringan normal di sekitarnya. Efek samping tersebut antara lain gangguan fungsi sekresi saliva atau xerostomia yang memiliki dampak negatif besar pada kualitas hidup seseorang. 

Xerostomia dapat dialami oleh 80% pasien yang menjalani radioterapi kepala dan leher. Xerostomia menimbulkan perubahan volume, konsistensi, dan pH saliva sehingga menimbulkan berbagai keluhan pada rongga mulut antara lain mulut kering, nyeri dan kesulitan saat mengunyah maupun menelan, perubahan kualitas suara, hilangnya cita rasa, saliva menjadi lebih pekat dan asam. Kondisi tersebut mengakibatkan penurunan kesehatan rongga mulut, meningkatkan risiko karies gigi, erosi enamel, mukositis, dan periodontitis karena berkurangnya air liur yang memiliki sifat antimikroba.

Ketidakstabilan gigi palsu terjadi karena berkurangnya sekresi saliva yang dapat membantu retensi, stabilitas dan kenyamanan gigi palsu. Tidur terganggu karena kekeringan mulut yang menyebabkan pasien sering terbangun dengan lidah melekat pada palatum durum juga kebutuhan untuk sering mengeluarkan saliva yang kental. Xerostomia dapat menyebabkan perubahan rasa, mengurangi nafsu makan sehingga menyebabkan penurunan berat badan, kekurangan gizi yang pada akhirnya dapat mengganggu kesehatan penderita secara umum.

Upaya mengatasi efek samping yang ditimbulkan oleh radikal bebas salah satunya adalah dengan menggunakan agen antioksidan. Antioksidan alami semakin banyak digunakan baik untuk preventif maupun pengobatan suatu penyakit, karena cukup aman bagi kesehatan manusia. Spirulina platensis adalah mikroalga yang dapat dimanfaatkan sebagai suplemen maupun bahan pengobatan alami. Alga biru hijau (Spirulina platensis) sebagai salah satu biota laut yang mengandung vitamin contohnya: vitamin B, vitamin E, vitamin K; phenolic acids, g-linolenic acid, tocopherols, asam folat, pigmen misalnya: b-carotenes, chlorophyll dan phycocyanin, juga mineral terutama zat besi. 

Penelitian ini menggunakan tikus wistar sebagai hewan coba. Sebanyak 36 ekor tikus wistar jantan dipilih secara acak dan dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok tikus normal (A), kelompok yang diberi radiasi 10 Gy (B), kelompok yang diradiasi 10 Gy dan diberi Spirulina platensis dengan merk paten tertentu (C), kelompok yang diradiasi dan diberi Spirulina platensis 300 mg/kgBB (D), kelompok yang diradiasi dan diberi Spirulina platensis 600 mg/kgBB (E), dan kelompok yang diradiasi dan diberi Spirulina platensis 900 mg/kgBB (F).

Hasil penelitian ini menunjukkan Spirulina platensis 600 mg/kgBB telah mampu meningkatkan ekspresi AQP5 secara signifikan dan meningkatkan  sekresi saliva. Kemampuan antioksidan pada Spirulina platensis dengan kandungan Phenolic acid-nya dapat berperan sebagai antioksidan karena mempunyai kemampuan mendonorkan atom hidrogen. Spirulina platensis memiliki pigmen biru-hijau yaitu phycocyanin yang merupakan antioksidan kuat yang mudah larut dalam air, telah terbukti dapat mengatasi radikal superoksida dan hidrogen peroksida akibat radioterapi. 

Penulis: Dr. Sarianoferni, drg., MKes

Link jurnal terkait tulisan di atas: http://www.jidmr.com/journal/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).