Analisis Kadar PM2,5 Debu Tepung dan Personal Dust Sampler Pekerja Home Industry Kerupuk Bawang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kompasiana.com

Pencemaran udara sudah sangat lama menjadi masalah di dunia khususnya di Indonesia. Salah satu bahan pencemar yang dihasilkan adalah berasal dari kegiatan industri. Semakin berkembangnya industri maka semakin banyak produk yang dihasilkan baik yang bermanfaat maupun yang berdampak negatif pada kesehatan manusia. Partikulat hasil dari kegiatan industri dapat menyebabkan risiko kesehatan khususnya pada manusia. Partikulat jenis ini banyak diteliti karena sifatnya yang dapat menembus sampai bagian paru yang paling dalam. PM2,5 merupakan debu yang dapat terhirup dan mampu menembus ke saluran pernapasan (paru) dan ketika mengendap dapat menyebabkan efek kesehatan yang berbahaya seperti efek kardiovaskular dan efek pernapasan seperti serangan asma, batuk dan napas pendek. 

Salah satu jenis pekerjaan yang dapat menimbulkan risiko terkena penurunan fungsi paru adalah pekerja di pabrik tepung khususnya di bagian produksi. Pada pabrik tepung, pekerja akan melakukan dua tahap pengerjaan untuk menghasilkan tepung yaitu tahap persiapan dan tahap penggilingan. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses pengepakan. Ketiga tahap yang dilakukan oleh pekerja tersebut merupakan tahap proses pekerjaan yang berisiko menimbulkan debu dan dapat terhirup kedalam paru-paru.

PM2,5 memiliki komposisi terdiri dari sulfat, nitrat, organic compounds, ammonium compounds, metal dan kontaminan lainnya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Partikulat yang berasal dari home industry kerupuk bawang di Sidoarjo dapat menyebabkan gangguan kesehatan pekerjanya. Tujuan penelitian menganalisis kadar Pm2,5 debu tepung udara dan Personal Dust Sampler (PDS) pekerja di home industri kerupuk bawang sidoarjo, jawa timur, Indonesia. Metode penelitian merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain cross sectional. Pengukuran PM2,5 menggunakan alat EPAM 5000.

Pengukuran kadar PM2,5 pekerja menggunakan Personal Dust Sampler (PDS) dilakukan selama 8 jam. Besar sampel adalah total sampling yang berjumlah 15 pekerja. Hasil penelitian menunjukkan Kadar debu tepung tertinggi ada dibagian adonan, dibanding bagian penggorengan dan packing meskipun semuanya tidak melebihi Nilai Ambang Batas. Hal ini terjadi karena pada saat proses produksi pembuatan adonan dengan bahan baku tepung sedang dilakukan. Sehingga debu yang dikeluarkan dari proses produksi tersebut menjadi lebih banyak. PM2,5 di lingkungan kerja kadar tertinggi (6,411 mg/m3) di titik bagian adonan memenuhi baku mutu dibawah 10 mg/m3. Kadar PM2,5 pekerja tertinggi ada di bagian adonan (2,0356 mg/m3) masih dibawah nilai ambang batas 3 mg/m3. 

Hasil penelitian yang telah di dapatkan menunjukkan bahwa pekerja yang bekerja pada bagian adonan memiliki potensi lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang bekerja pada bagian penggorengan dan packing. Pengukuran PM2,5 di lingkungan kerja yang meliputi kadar PM2,5 di lingkungan kerja dan kadar PM2,5 personal masih memenuhi baku mutu yaitu sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri yaitu sebesar 10 mg/m3.

Begitu juga Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 5 Tahun 2018 dimana nilai ambang batasnya sebesar 3 mg/m3. Semakin tinggi kadar debu tepung PM2,5 di udara semakin tinggi pula kadar debu personal (PDS) pada responden dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,816, sehingga dapat diartikan memiliki hubungan yang sangat kuat. Penggunaan APD (masker) yang baik dan tepat terutama pada pekerja dibagian pembuatan adonan kerupuk dan penggorengan sangat dianjurkan. 

Pemilik home industry dapat lebih aktif memberikan APD yang telah disediakan dan melakukan sosialisasi kepada para pekerja bahwa telah tersedia masker untuk digunakan. Pekerja lebih memperhatikan penggunaan APD (masker) yang baik dan tepat terutama pada pekerja dibagian pembuatan adonan kerupuk dan penggorengan. Pekerja yang mengalami gangguan fungsi paru, sebaiknya melakukan perawatan lebih lanjut agar tidak bertambah parah dan mendapatkan penanganan yang tepat sehingga tidak mengurangi produktivitas saat bekerja. 

Untuk mengatasi masalah debu tersebut, dapat menggunakan mesin Dust Collector, yang berfungsi untuk menghisap udara yang bercampur dengan debu suatu ruangan dan menyaring debu tersebut sehingga debu dapat dipisahkan dengan udara, udara yang telah bersih dibuang atau dialirkan ke lingkungan sehingga tidak terjadi pencemaran dan kondisi dalam ruangan bebas dari debu. Perlu dilakukan tindakan pengendalian dan pengelolaan lingkungan ruang pengolahan oleh perusahaan seperti menambah exhauster atau penyedot debu agar kadar debu tepung gandum tidak melebihi Nilai Ambang Batas ( NAB). 

Penulis: R. Azizah

Link jurnal terkait tulisan di atas: ANALYSIS OF PARTICULATE MATTER (PM2.5) FLOUR DUST AND PERSONAL DUST SAMPLER (PDS) WORKERS IN THE CRACKERS ONION HOME INDUSTRY IN SIDOARJO, EAST JAVA, INDONESIA https://www.psychosocial.com/article/PR260509/15892/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).