Penatalaksanaan Eumisetoma

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Lemonilo.com

Eumisetoma merupakan penyakit yang terlokalisasi, kronik, dan berkembang lambat. Eumisetomamengenai jaringan subkutis dan kulit disertai dengan pembentukan abses dan granuloma. Eumisetoma banyak dijumpai di negara beriklim tropis dan subtropis seperti Afrika dan India. Beberapa jamur seperti Pseudoallescheria boydii telah diidentifikasi sebagai jamur yang paling sering menyebabkan eumisetoma di Amerika Utara. Berdasarkan lokasi  geografi, beberapa jamur dilaporkan dengan frekuensi tinggi di wilayah tertentu, misalnya Acremonium spp dan Madurella grisea sering dilaporkan di Amerika Selatan, Madurella mycetomatis memiliki distribusi yang luas hampir di seluruh dunia terutama India dan Afrika. Kasus eumisetoma di Surabaya, tepatnya di RSUD Dr. Soetomo, berjumlah 5 pasien (15,9%) dari total 32 pasien setiap tahun selama periode tahun 2000-2009.

Secara topografi, jamur terutama mengenai telapak kaki (80%), tungkai bawah (7%) dan tangan (6%). Hanya terdapat sedikit laporan pada kepala, perut maupun dada dimana mungkin berkaitan dengan kondisi imunosupresi.Lesi primer bersifat invasif terhadap area sekitar, berbentuk seperti tumor, tidak terdapat nyeri, adanya pembengkakan subkutan yang berkembang secara lambat menjadi lebih luas dan lunak hingga membentuk plegmon. Karakteristik eumisetoma biasanya akan didapatkan pembengkakan jaringan atau abses yang akan ruptur ke permukaan dan membentuk sinus–sinus.

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menemukan granul misetoma yang merupakan kunci untuk menegakkan diagnosis dan biasanya dikeluarkan dari saluran sinus yang terbuka.Pemeriksaan granul dengan mikroskopis menunjukkan granul tersebut terdiri dari actinomycete kecil atau elemen jamur, menggunakan pengecatan hematoxylin dan eosin. Deep biopsy merupakan cara yang terbaik untuk kultur karena dapat mencegah kontaminasi terhadap jaringan superfisial. Pemeriksaan histologis kulit yang terindurasi menunjukkan jaringan granulasi yang luas yang mengandung abses dan dapat mengarah ke sinus. Eumisetomaberkembang secara lambat dan jika kronis, eumisetoma akan dikenali sebagai benda asing disertai pembentukan granuloma dan giant cell.Pemeriksaan CT-scan mampu mendeteksi keterlibatan tulang sejak awal. Metode imunologik seperti enzyme-linked immunosorbent assay dapat digunakan untuk menentukan antibodi yang spesifik.

Diagnosis banding eumisetoma dapat berbeda–beda sesuai dengan gambaran patologi dari penyakit. Pada lesi awal, eumisetoma dapat menyerupai granuloma, berbagai neoplasia jinak maupun ganas, dan lesi kistik. Lesi nonfistula harus dibedakan dengan sporotrichosis, chromomycosis atau conidiobolomycosis. Diagnosis banding lainnya antara lain  leishmaniasis, cutaneus tuberculosis, dan selulitis.

Eumisetomacenderung resisten terhadap terapi pengobatan saja terutama pada pasien yang sudah mengalami stadium lanjut. Oleh sebab itu, terapi terbaik untuk eumisetomaadalah kombinasi antara terapi pengobatan dan pembedahan.Penggunaan ketoconazole untuk eumisetoma yang disebabkan oleh Madurella mycetomatis sefektif pada lebih dari 70% pasien. Dosis efektif ketoconazole adalah 400 mg/hari atau diulang setiap bulan, diberikan selama 9 hingga 12 bulan atau lebih. Terapi baru dari golongan antijamur triazole untuk eumisetoma menunjukkan hasil yang lebih efektif dan dengan interaksi obat dan efek samping yang lebih sedikit. Itraconazole merupakan inhibitor sintesis ergosterol yang tergantung sitokrom P-450 yang mempengaruhi membransel dan pertumbuhan jamur. Itraconazole diberikan dengan dosis 200-400 mg setiap hari selama 6 bulan. Eumisetoma juga menunjukkan respon yang baik saat diberikan obat baru dari golongan imidazole seperti posaconazole dan voriconazole. Posaconazole tersedia dalam bentuk suspensi 40 mg/ml. Terbinafine merupakan allylamine yang menghambat aqualene epoxidas esehingga menyebabkan defisiensi sterol pada membran sel jamur dan akumulasi toksik dari squalene.

Pembedahan awal dapat dilakukan sejak lesi belum meluas dan belum mencapai tulangkarena eumisetoma menghasilkan lesi yang berbatas tegas. Reseksi bedah sebaiknya hingga batas jaringan sehat yang cukup luas. Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan antara lain debridemen, eksisi luas dan amputasi. Angka kesembuhan yang paling tinggi dicapai saat terapi pengobatan dikombinasikan dengan terapi pembedahan, terutama untuk lesi yang dapat direseksi secara keseluruhan. Pilihan terapi awal adalah dengan menggunakan terbinafine dan itraconazole. Penghentian terapi dilakukan saat semua sinus sembuh sempurna, tidak tampak massa secara klinis dan radiologi serta tidak ditemukan jamur penyebab.

Penulis: dr. Evy Ervianti, Sp.KK(K),

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/11095

(Management Of Eumycetoma)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).