Penatalaksanaan Low Vision pada Anak Umur Lima Tahun Penderita Retinopathy of Prematurity

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Klikdokter.com

Low vision adalah gangguan penglihatan permanen dimana visual saat dilakukan koreksi pada mata yang terbaik kurang dari 20/40 dan dapat terjadi penurunan lapangan pandang serta sensitivitas kontras yang tidak dapat dikoreksi dengan refraksi, medikamentosa maupun operasi. Low vision dapat terjadi pada bayi-bayi didapatkan pada saat lahir prematur berhubungan dengan terapi oksigen yang berlebihan dan lama. Pada bayi premature didapatkan gangguan perkembangan  vasoproliferatif pembuluh darah retina  yang mengakibatkan  penurunan penglihatan yang berat dan permanen..Retinopathy of Prematurity (ROP ) menjadi penyebab kebutaan sebanyak 1,1% pada anak di Indonesia. Penanganan low vision  pada anak lebih menjanjikan dibandingkan pada orang dewasa, dikarenakan pada 6 tahun pertama kehidupan anak-anak perkembangan penglihatannya sangat diperlukan untuk mereka belajar  bertumbuh ,sedangkan pada low vision sejak awal anak belum pernah melihat dengan sempurna,namun dengan secara dini dioptimalkan penglihatannya yang masih ada yang nantinya dipakai untuk pendidikannya, kesehariannya dalam melatih kemandirian, sosialnya, perkembangan dan kualitas hidupnya yang makin baik.  Hal ini berbeda dengan low vision  yang didapat setelah dewasa dikarenakan sudah pernah mengalami perkembangan visual yang sempurna sebelum mengalami gangguan penglihatan permanen akibat penyakit sistemik ataupun degenerative yang mengenai retina. Studi kasus ini berfokus pada pencegahan tersier (pemeriksaan dan penanganan low vision) pada anak dengan kebutaan terkait ROP dengan tujuan agar dapat mengoptimalkan  visual yang tersisa  dengan memberikan pemilihan alat bantu optik dan non optic yang mendukung aktivitas sehari-hari dalam mobilisasi dan mendukung untuk kemampuan perkembangan belajar anak maupun aktivitas sosial sehari-hari seorang anak. Makin kecil umur  anak menderita low vision akan berpengaruh terhadap motoric, kognitif dan sensoris yang akan meningkatkan resiko gangguan emosi dan intelektual dan gangguan perkembangan diri dan integrasi sosial anak.

Suatu laporan kasus seorang anak laki-laki usia 5 tahun dengan kebutaan terkait ROP datang dibawa oleh ibunya ke klinik low vision setelah mendapatkan beberapa terapi dari divisi Retina ,Pediatrik Oftalmologi,dan divisi Katarak terkait ROP. Visus saat pertama kali datang adalah persepsi cahaya di mata kanan dan 1/300 di mata kiri dengan penggunaan kacamata. Pasien telah mendapatkan injeksi intravitreal antiVEGF bevacizumab sebelumnya,dan telah  dilakukan vitrektomi, serta riwayat ekstraksi katarak komplikata pada mata kiri.tanpa pemasangan lensa tanam. Pada saat datang oleh keluarga dikeluhkan kesulitan membaca angka dan huruf akibat keterbatasan penglihatannya.

Setelah dilakukan pemeriksaan khusus low vision ( assessment low vision )  menggunakan kartu Lea didapatkan visus jarak jauh mata kiri membaik secara signifikan menjadi 3/40 dengan +14.00 D. Pemeriksaan visus jarak dekat 10M pada 30cm tanpa kacamata dan 4M pada jarak 13cm dengan bantuan kacamata +3.00Dpasien merasa nyaman.  Kemudian dilakukan binokularitas  test dengan pemeriksaan sensitivitas kontras ( kartu Hiding Heidi  dengan hasil CS 80 atau 1.25 %  pada jarak 3 meter) yang berarti kontras sensitifitas baik, serta tes lapangan pandang (dengan tes konfrontasi ) mata kiri baik.

Pemberian alat bantu optik diberikan kacamata monofokal +14 Dioptri ataupun bifokal jauh +14 D dan dekat +3 D. Pemberian alat bantu non optikal juga disarankan dengan penyangga buku bacaan untuk mengurangi hambatan dalam membaca tulisan (teks) dengan cepat, pencahayaan tambahan/ lampu baca ,  spidol marker berukuran besar berwarna hitam untuk meningkatkan kontras. Bahan cetakan juga dibuat berukuran besar, sehimgga anak dilatih untuk membaca semakin cepat dan lancar.

Alat bantu optik (  pemberian kacamata monofokal ataupun bifocal  ) dan non optik diatas memerlukan adaptasi dalam penggunaannya dan terus menerus diajarkan oleh orang tua ,guru dan teman sekelas/ sebangku ( edukator khusus) melatih anak lebih cepat menyesuaikan.

Sebagai kesimpulan dari laporan kasus ini bahwa kebutaan akibat ROP dapat dicegah apabila program penapisan dilakukan dengan tepat, adekuat, dan mudah diakses, dari tingkat peripheral sampai  ke pusat rujukan low vision yang dapat bekerjasama dengan berbagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan pediatrik.   Penatalaksanaan low vision dengan melakukan assessment dan management (penatalaksanaan) yang sesuai dengan kebutuhan anak yang terus berkembang sesuai dengan pertumbuhannya diharapkan dapat memperbaiki kualitas hidup dengan mengoptimalkan sisa penglihatan yang masih ada pada anak dengan low vision  dan memberikan kemandirian di kemudian hari. Hal ini juga memberi peran penting dari orang tua, guru, edukator khusus (teman, lembaga independent di periferal).

Penulis: Christina Aritonang

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat di: https://e-journal.unair.ac.id/FMI/article/view/23418(Low Vision Management in A 5-years-old due to Retinopathy of Prematurity for Quality of Life Improvement)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).