Perbedaan Parameter Hemoglobin, Leukosit, Trombosit, Hematokrit Sebelum dan Sesudah Ultrafiltrasi Hemodialisis pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Hemoglobin. (Sumber: Health Kompas)

Penyakit Ginjal kronik (PGK) didefinisikan sebagai kelainan struktur atau fungsi ginjal, terjadi selama tiga bulan, yang berimplikasi pada kesehatan. Penyakit Ginjal Kronik saat ini sudah menjadi epidemik global dan prevalensinya sangat meningkat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Prevalensi PGK mencapai 17 persen di Amerika Serikat, sedangkan di Indonesia mencapai 12,5 persen pada populasi dewasa. Sebagian besar pasien PGK meninggal akibat komplikasi kardiovaskular, sebagian lainnya mencapai tahap terminal (PGK derajat 5) yang memerlukan pengobatan pengganti ginjal berupa hemodialisis (HD), peritoneal dialisis (PD) dan cangkok ginjal.

Saat ini diperkirakan terdapat 100.000 pasien yang memerlukan pengobatan pengganti ginjal di Indonesia, sebagian besar diantaranya menjalani hemodialisis. Ultrafiltrasi (UF) adalah  aliran konveksi  (air dan zat terlarut) yang terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik maupun tekanan osmotik, tujuannya menghilangkan kelebihan air dalam darah.

Komplikasi PGK salah satunya anemia. Data USRDS 2010 di Amerika angka kejadian anemia pada PGK stadium 1-4 adalah sebesar 51,8 persen, kadar hemoglobin rata-rata pada PGK tahap akhir 9,9 g/dl. Belum ada data epidemiologi anemia pada PGK yang bersifat nasional. Penelitian pemeriksaan darah sebelum dan sesudah HD telah dilakukan sebelumnya  oleh Mohammed 2008, Abdullah Khader Alghythan 2012, Pandian 2016, dan Yasir Al Hakim 2016.

Dari hasil penelitian terdapat perbedaan hasil darah sebelum dan sesudah HD, tetapi penelitian ini tidak membahas pengaruh UF terhadap pemeriksaan darah. Penelitian ini diakukan karena belum ada penelitian di Indonesia membandingkan darah lengkap sebelum dan sesudah hemodialisis. Selain itu untuk melihat apakah terdapat pengaruh proses UF hemodialisis terhadap kadar hemoglobin, leukosit, trombosit dan hematokrit.

Pasien PGK yang ikut serta didapatkan 53 sampel penelitian berdasarkan konsekutif, sampling yang diambil bln agustus sampai September 2017. Didapatkan 51 pasien PGK yang memenuhi kriteria syarat diteliti yaitu yang telah menjalani HD 2-3x/ minggu selama minimal 2 bulan dan telah menjalani HD  4 jam, sedangkan yang tidak memenuhi syarat dikarenakan dilakukan tranfusi saat hemodialisis, ada perdarahan, adanya bekuan pada sampel darah serta klot pada membran dialisis. Berdasarkan hasil pengujian untuk 4 variabel penelitian berdasarkan hasil UF yang didapatkan bahwa nilai Hb, Leukosit, trombosit dan hematrokit tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna setelah dilakukan UF HD untuk nilai UF < 2 liter.

Sementara  nilai UF ≥ 2 liter disimpulkan 3 variabel yaitu Hb, trombosit dan hematrokit menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna setelah dilakukan UF (nilai p = 0,000 ; 0,008 ; 0,000). Sedangkan nilai variabel leukosit yang cenderung menurun setelah dilakukan UF HD disimpulkan tidak terjadi perbedaan nilai setelah dilakukan UF HD pada kelompok hasil UF ≥ 2 liter.

Perbedaan nilai Hb, hematokrit dan trombosit setelah dilakukan UF ≥ 2liter. Peningkatan nilai ini disebabkan karena hemokosentrasi setelah hemodialisis. HD menginduksi perubahan profil hemorheologi, Hct meningkat secara bermakna pada akhir HD, yang menyebabkan peningkatan viskositas darah secara bermakna. Dimana viskositas darah meningkat setelah HD, yang dapat mempengaruhi aliran pada pembuluh darah besar.

Sebelum HD pasien CKD biasanya hipervolemik dimana nilai hitung eritrosit, Hb, dan Hct rendah tetapi setelah di ultrafiltrasi merangsang terjadinya hemokonsentrasi maksimal.

Pada penelitian ini terjadi peningkatan bermakna dari trombosit hal ini berbeda dari hasil penelitian sebelumnya dimana terjadi penurunan trombosit setelah HD,kemungkinan trombosit meningkat pada penelitian ini dikarenakan ultrafitrasi  menyebabkan viskositas darah dan viskositas plasma predialisis tinggi, dan meningkat secara signifikan pada akhir HD. Peningkatan fibrinogen plasma dapat menyebabkan perubahan viskositas plasma seperti yang dijelaskan oleh korelasi signifikan antara perubahan viskositas plasma dan fibrinogen .Hasil penelitian ini sesuai dengan Mohammed et al.2008 dimana tidak ditemukan korelasi antara jumlah platelet dengan jangka waktu pasien di dialisis. Parameter protrombin dan tromboplastin parsial meingkat setelah dialisis.

Penelitian ini didapatkan rerata leukosit yang menurun setelah HD secara statistik tidak bermakna, kemungkinan karena terdapat perpindahan leukosit dari circulating pool ke marginating pool selama proses HD. Hasil ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Jesu pandian 2016 dimana terjadi penurunan neutrophil dan monosit setelah HD. Kontak langsung antara darah dengan membran dialisis memprovokasi perubahan jumlah sel darah, penurunan sel darah putih dan jumlah limfosit, stimulasi degranulasi neutrophil. Selain itu interaksi granulosit dengan membran dialisis menghasilkan ROS dan mengaktifkan reaksi aerobik penyebab OS.

Penulis : Yetti Hernaningsih

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

https://indonesianjournalofclinicalpathology.org/index.php/patologi/article/view/1565

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).