Perbandingan Evaluasi IgG Anti Dengue, IgM Anti Dengue Dua Rapid Test pada Infeksi Virus Dengue

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumbeer: New Scientist

Infeksi Virus Dengue (IVD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus Dengue (DENV) dan ditransmisikan nyamuk Aedes aegypti. Infeksi virus Dengue masih merupakan tantangan dalam dunia kesehatan di Indonesia, oleh karena Indonesia merupakan negara tropis yang hiperendemis IVD. Manifestasi klinis bervariasi, mulai Demam Dengue (DD), hingga kondisi yang lebih serius, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Syok Sindrom (DSS).

Infeksi Virus Dengue dibedakan menjadi infeksi primer dan sekunder berdasarkan respons antibodi yang dihasilkan. Infeksi primer ditandai konsentrasi IgM anti Dengue yang rendah dan muncul pertama kali secara perlahan, IgG anti Dengue diproduksi 2 minggu sesudah infeksi. Infeksi sekunder ditandai konsentrasi IgG anti Dengue meningkat cepat 2 hari sesudah onset demam, sementara IgM anti Dengue butuh waktu lebih lama atau malah tidak terdeteksi.

Diagnosis IVD ditegakkan berdasarkan kombinasi manifestasi klinis dan pemeriksaan laboratorium seperti hematologi, serologi, virologi. Beberapa metode memiliki keterbatasan untuk deteksi dini IVD karena memerlukan fasilitas laboratorium lengkap, biaya tinggi, waktu pengerjaan lama. Diagnosis yang cepat dan akurat sangat diperlukan untuk surveilans epidemiologik, strategi penatalaksanaan, pengembangan vaksin.

Pemeriksaan serologi dengan metode imunokromatografi (rapid test) dinilai lebih cepat dan praktis. Namun, tiap parameter serologi dengan berbagai metode termasuk imunokromatografi (rapid test) memiliki nilai diagnostik yang bervariasi terkait waktu muncul dan respons antibodi yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai diagnostik IgG anti Dengue, IgM anti Dengue dua rapid test pada IVD menggunakan baku emas (reverse transcriptase – polymerase chain reaction) RT-PCR Dengue atau dan NS1 Ag Dengue serta IgG/IgM anti Dengue ELISA.

Penelitian bersifat observational cross sectional. Sampel serum diperoleh dari 80 pasien demam hari ke-3 – hari ke-7 yang dicurigai IVD di Ruang Penyakit Tropik dan Infeksi, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya mulai bulan Februari-Agustus 2016. Subyek penelitian dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok IVD (n= 50), non IVD (n= 30) berdasarkan kriteria WHO 2011 dan hasil RT-PCR Dengue atau dan NS1 Ag Dengue (metode ELISA).

Kelompok IVD adalah pasien demam yang terbukti IVD (confirmed dengue-RT-PCR atau dan NS1 AG Dengue positif). Kelompok non IVD adalah pasien demam yang tidak terbukti IVD (RT-PCR atau dan NS1 Ag Dengue negatif), namun terbukti disebabkan penyakit lain. Pemeriksaan NS1 Ag Dengue (Panbio Dengue Early (NS1) ELISA, Panbio Diagnostics), IgG anti Dengue, IgM anti Dengue (Panbio Dengue Duo IgM and IgG capture ELISA, Panbio Diagnostics) dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit Khusus Infeksi, Universitas Airlangga, Surabaya pada bulan Agustus 2016.

Ekstraksi RNA menggunakan alat otomatis MagNA Pure LC 2.0, reagen MagNA Pure LC Total Nucleic Acid Isolation Kit (Roche). Deteksi RNA, serotipe DENV menggunakan Simplexa Dengue real time RT-PCR (Focus Diagnostics), alat 3M Integrated Cycler, pada bulan Agustus 2016 di Laboratorium Dengue, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta. Sampel serum disimpan dalam 4-5 microtube pada suhu -80°C. Evaluasi IgG anti Dengue, IgM anti Dengue dengan 2 rapid test (STANDARD Q-SD Biosensor, Korea, dan SD BIOLINE-Standard Diagnostics, Korea)

Pada penelitian ini dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya pada bulan Juli 2019, menggunakan bahan biologis tersimpan. Analisis statistik menggunakan SPSS versi 20.0. Confidence intervals ditentukan sebesar 95% dan nilai p<0,05 dinyatakan signifikan. Nilai Kappa (ĸ) diinterpretasi sangat baik (ĸ=0,81-1,00), baik (ĸ=0,61-0,80), cukup baik (ĸ=0,41-0,60), kurang (ĸ=0,21-0,40), dan sangat kurang (ĸ<0,20). Infeksi primer dan sekunder ditentukan dari hasil IgG anti Dengue, IgM anti Dengue metode ELISA dan atau rasio IgM/IgG. Infeksi primer apabila IgG anti Dengue negatif, IgM anti Dengue positif dan atau rasio IgM/IgG>1,2. Infeksi sekunder apabila IgG anti Dengue positif, IgM anti Dengue  positif atau negatif dan atau rasio IgM/IgG<1,2.

Identifikasi serotipe dan hasil NS1 Ag Dengue terbanyak didominasi DENV 3 (52 %). Beberapa penelitian menunjukkan pergeseran serotipe DENV di Surabaya, Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Tahun 2003 – 2007, didominasi DENV 2. Tahun 2008 – 2012 prevalensi DENV 1 meningkat. Tahun 2012 prevalensi DENV 3 meningkat sebagaimana dilaporkan oleh Fedik, dkk. Hasil NS1 Ag Dengue positif lebih banyak ditemukan pada demam hari ke-3 (infeksi primer) dan hari ke-4 (infeksi sekunder). Antigen NS1 Dengue lebih banyak dideteksi pada serotipe DENV 3 pada infeksi primer maupun sekunder sejak demam hari ke-3 hingga hari ke-7. Hal ini menunjukkan bahwa sekresi NS1 dipengaruhi respons imun humoral, waktu pengambilan sampel dan juga perbedaan serotipe. Hasil IgM anti Dengue, IgG anti Dengue positif pada serotipe DENV 3 lebih banyak terdeteksi pada demam hari ke-5 infeksi sekunder.

Gambaran antibodi pada penelitian ini didominasi infeksi sekunder yaitu IgM anti Dengue (+), IgG anti Dengue (+) sebanyak 27 pasien (54%), diikuti IgM (-), IgG (-) 13 pasien (26%). Terdapat kesesuaian hasil yang cukup baik dan signifikan antara kedua rapid test dengan IgG anti Dengue, IgM anti Dengue metode ELISA. IgG anti Dengue STANDARD Q memiliki kesesuaian yang cukup baik dan signifikan dengan baku emas RT-PCR atau dan NS1 Ag Dengue (ELISA), sedangkan IgG anti Dengue SD BIOLINE memiliki kesesuaian baik dan signifikan. Namun, IgM anti Dengue kedua rapid test memiliki kesesuaian yang kurang. Sensitivitas IgG anti Dengue kedua rapid test cenderung tinggi, namun sensitivitas IgG anti Dengue STANDARD Q terhadap RT-PCR atau dan NS1 Ag Dengue hanya 68%. Spesifisitas IgG anti Dengue kedua rapid test secara umum lebih rendah mungkin disebabkan riwayat IVD di masa lampau.Sensitivitas IgM kedua rapid test yang rendah sesuai teori bahwa IgM anti Dengue baru terdeteksi pada demam hari ke-3 hingga ke-5.

Pemeriksaan serologi IgG anti Dengue, IgM anti Dengue dengan rapid test memiliki tingkat aksesibilitas tinggi namun tingkat kepercayaan rendah. Pemeriksaan IgG anti Dengue, IgM anti Dengue tidak cukup untuk menegakkan diagnosis IVD. Kombinasi dengan pemeriksaan NS1 Ag Dengue, RT-PCR sangat diperlukan.

Penulis: May Fanny Tanzilia

Informasi detil dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di : Comparative Diagnostic Value of Anti-Dengue IgG, Anti-Dengue IgM of Two Rapid Tests in Dengue Virus Infection. International Journal of Pharmaceutical Research. Oct – Dec 2020. Vol 14. Issue 4. ISSN 0975-2366. DOI:

https://doi.org/10.31838/ijpr/2020.12.04.241

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).