Terobosan DNA lingkungan (eDNA) Metabarkoding: Pendugaan Keanekaragamn Species Ikan Sungai Air Tawar di Korea

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh beritagar.id

Metabarcode DNA Lingkungan (eDNA) adalah pendekatan baru yang hemat biaya untuk memperkirakan keanekaragaman hayati dalam suatu ekosistem. Dalam studi ini, platform MiFish digunakan untuk menguji apakah metodologi sistem cukup dapat diandalkan untuk memperkirakan keanekaragaman hayati ikan di sungai Korea. Sebanyak 125 haplotipe unik dan 73 spesies diidentifikasi pada tingkat spesies dari 16 sampel air yang dikumpulkan dari satu survei di empat sungai Korea (Hyeongsan, Taehwa, Seomjin, dan Nakdong). Di antara empat sungai, kekayaan spesies tertinggi tercatat di Sungai Seomjin (52 spesies), diikuti oleh sungai Taehwa (42 spesies) dan Hyeongsan (40 spesies). Dalam studi ini, pertama-tama kami menggunakan analisis metabarcode eDNA dari sampel air tawar yang dikumpulkan dari empat sungai menggunakan set primer MiFish untuk meningkatkan pengetahuan tentang keanekaragaman hayati ikan sungai di Korea.

Pada studi ini mengevaluasi kondisi perarian pada kondisi menjelang musim panas dengan suhu air di lokasi sampel berkisar antara 18,6-24,20°C. Sungai Hyeongsan menunjukkan perbedaan suhu tertinggi (5,4°C) antara hulu (HS1) ke hilir (HS4), sedangkan variasi suhu terendah diamati di sungai Seomjin (0,8°C) dan Nakdong (1,5°C). Sementara, parameter lainnya yaitu salinitas terendah (0,15 PSU) diukur di stasiun 1 (hulu) Sungai Seomjin, sedangkan yang tertinggi (20,20 PSU) tercatat di stasiun 4 (hilir) Sungai Hyeongsan. Tingkat salinitas meningkat dari hulu ke hilir di semua sungai, kecuali di Sungai Nakdong, di mana bendungan buatan dibangun untuk memblokir air dari laut.

 

Kumpulan ikan di empat sungai yang termasuk dalam penelitian ini dianalisis. Di antara 73 spesies ikan yang dikonfirmasi terdeteksi dalam penelitian ini, 13 diidentifikasi di keempat sungai: Anguilla japonica, Hemibarbus labeo, Konosirus punctatus, Micropterus salmoides, Misgurnus mizolepis, Mugil cephalus, Opsariichthys uncirostris, Pseudorasbora parva, Rhinogobius bruniocypris asotus, Tridentiger obscurus, dan Zacco platypus. Terlepas dari stasiun sampel, spesies Cyprinidae tampak dominan, dengan proporsi rata-rata 47,02±6,73%, diikuti oleh Gobiidae (15,24±3,07%) dan Cobitidae (9,95±4,09%). Akan tetapi, proporsi spesies dalam famili tersebut berbeda antara stasiun hulu dan hilir. Proporsi spesies Cyprinidae lebih tinggi (45,27±9,1%) di hulu (stasiun 1 dan 2) daripada di hilir (33,78±18% di stasiun 4). Sebaliknya, proporsi Gobiidae lebih rendah (14,53±8,28%) di bagian hulu daripada di hilir (stasiun 4; 19,90±14%).

Analisis metabarcode eDNA juga menunjukkan bahwa beberapa spesies ikan eksotik tersebar luas di sungai-sungai Korea. Kami dapat mengidentifikasi setidaknya lima spesies ikan eksotis: Carassius cuvieri, Cyprinus carpio, C. megalophthalmus, Lepomis macrochirus, dan Micropterus salmoides. Spesies eksotik ini dapat mempengaruhi ikan asli dalam hal tempat berteduh dan tempat pemijahan. Mereka juga dapat mengganggu rantai makanan, memangsa ikan asli. Selain itu, spesies ini memiliki kapasitas reproduksi yang tinggi, yang menjadikannya spesies penting yang berpotensi invasif (Keller & Lake, 2007; Koster, 2002). Anehnya, hasil kami juga mengungkapkan bahwa ikan bass largemouth, M. salmoides, dan bluegill, L. macrochirus, kemungkinan besar terdapat di semua sungai sampel. Kedua spesies ini, yang berasal dari Amerika Utara, diperkenalkan secara artifisial pada tahun 1970-an di Korea sebagai stok ikan air tawar, tanpa pertimbangan lebih lanjut tentang pengaruhnya terhadap ekosistem air tawar di negara tersebut. Mereka sekarang tersebar luas di seluruh Semenanjung Korea, bersaing dengan spesies asli. Survei jangka panjang sungai-sungai ini harus dilakukan untuk menilai dengan tepat potensi dampak dari spesies pendatang ini (Jang et al., 2002; Yoon et al., 2012). Ekosistem air tawar jauh lebih rentan terhadap spesies invasif, menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan iklim global (Clavero & García-Berthou, 2005), dan analisis metabarcode eDNA akan berguna untuk memantau pola distribusi spesies invasif di sungai-sungai Korea.

Penulis: Dr. Eng. Sapto Andriyono, S.Pi., M.T

Artikel lengkap dapat ditemukan melalui tautan berikut: https://peerj.com/articles/9508/

(Assessment of fish biodiversity in four Korean rivers using environmental DNA metabarcoding)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).