Herpes Zoster Pada Usia Lanjut

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh webmd.com

Herpes zoster merupakan penyakit infeksi virus yang sering menyerang kelompok usia lanjut dan menyebabkan gangguan penurunan kualitas hidup akibat nyeri yang dapat berlangsung hingga setelah luka pada kulit sembuh. Usaha pengenalan gejala klinis, pencegahan, pemberian terapi serta dampak akibat gejala sisa nyeri yang berkepanjangan perlu mendapatkan perhatian khusus.

Pengaruh herpes zoster pada fisik pasien dapat berupa keterbatasan gerak, susah tidur, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan. Herpes zoster juga dapat memberikan pengaruh pada aspek psikologis, berupa depresi, ketakutan, gelisah, tekanan emosional, susah berkonsentrasi, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi aktifitas dasar kehidupan sehari-hari seperti berpakaian, mandi, mobilitas, menjadi kurang percaya diri, perubahan peran sosial dan penurunan aktifitas sosial.

Herpes zoster terjadi akibat virus varicella zoster virus (VVZ) yang kembali aktif pada sistem saraf. Pengaktifan kembali varicella zoster virus (VVZ) dipengaruhi oleh usia yang lanjut, riwayat penyakit dahulu yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, dan waktu dimulainya pemberian terapi segera setelah didiagnosis sebagai herpes zoster.

Organisasi kesehatan dunia, World Health Organisation (WHO), dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menentukan bahwa pasien usia lanjut adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas, dengan multi penyakit dan/atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin.

Kelompok Studi Herpes Indonesia (KSHI) pada tahun 2011–2013 mendapatkan data bahwa jumlah pasien herpes zoster di 13 rumah sakit pendidikan di Indonesia adalah 2232 orang, dengan puncak kasus herpes zoster terjadi pada usia 45­64 tahun sebanyak 851 kasus (37,95 % dari seluruh jumlah kasus herpes zoster) dan total kasus nyeri pasca herpetik sebanyak 593 kasus (26,5 % dari seluruh jumlah kasus herpes zoster). Puncak kasus nyeri pasca herpetik terjadi pada usia 45­64 tahun sebanyak 250 kasus (42 % dari seluruh jumlah kasus herpes zoster). Pada kelompok usia lanjut, akan terjadi perubahan sistem kekebalan tubuh yang akan dapat menyebabkan penurunan kemampuan melawan virus, sehingga pada kelompok usia lanjut mengalami peningkatan risiko terjadi herpes zoster. Keluhan tersering dan keluhan yang paling mengganggu akibat herpes zoster adalah nyeri. Hal ini terutama terjadi pada kelompok usia lanjut, dan akan sangat mengganggu aktifitas sehari-hari dari pasien. Apabila hal ini berlangsung terus-menerus akan menyebabkan penurunan kualitas hidup individu, sehingga tidak hanya akan mempengaruhi status kesehatan individu tersebut, tetapi juga akan mempengaruhi kehidupan sosialnya.

Keluhan nyeri pada herpes zoster dapat dikeluhkan pada saat gejala awal sebelum timbulnya plentingan berair pada kulit pasien, atau pun pada tahapan erupsi (munculnya plentingan berair pada kulit sesuai area perjalanan saraf). Selain itu, nyeri juga dapat dikeluhkan setelah plentingan berair pada kulit sembuh; hal ini dikenal sebagai nyeri pasca herpetik.

Penegakan diagnosis herpes zoster dilakukan berdasarkan gambaran klinis dan dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang, baik melalui pemeriksaan dari sediaan kulit atau pemeriksaan darah. Pemberian obat antivirus dapat diberikan sedini mungkin agar tatalaksana herpes zoster dapat berjalan efektif. Beberapa obat anti radang dan penghilang nyeri dapat diberikan untuk keluhan nyeri pada herpes zoster, maupun pada kondisi nyeri akibat nyeri pasca herpetik.

Pemberian vaksinasi pada kelompok usia lanjut dapat dipertimbngkan, karena pada beberapa literatur menujukkan bahwa vaksinasi dapat menurunkan risiko terjadinya herpes zoster, meringankan beban penyakit, serta menurunkan terjadinya komplikasi nyeri pasca herpetik.

Meskipun saat ini berbagai kemajuan telah banyak dilakukan dalam penanganan herpes zoster dan nyeri pasca herpetik, namun nyeri pasca herpetik masih merupakan keadaan yang sulit untuk dicegah dan diterapi pada kelompok usia lanjut. Sehingga pengenalan gejala klinis herpes zoster pada kelompok usia lanjut yang lebih awal sangat diperlukan, sehingga lebih mudah menegakkan diagnosis herpes zoster sejak dini dan tatalaksana yang dilakukan akan berjalan secara efektif. Tatalaksana herpes zoster dan pencegahan nyeri pasca herpetik ini diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas hidup kelompok usia lanjut.

Penulis: Dr. Damayanti, dr., Sp.KK(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: http://medicopublication.com/index.php/ijmft/index

(Herpes Zoster Pada Geriatri)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).