Tea Tree Oil sebagai Kandidat Terapi Kandidiasis Oral pada Pasien HIV/AIDS

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Klikdokter.com

Kandidiasis Oral (KO) adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jamur golongan Candida sp. pada rongga mulut. KO ini merupakan suatu kelainan yang banyak dijumpai pada pasien dengan HIV/AIDS. Beberapa kasus yang berlangsung cepat (akut), sedang (subakut), dan berkepanjangan (kronis). Sebagian besar pasien dengan HIV/AIDS mengalami KO bila kondisinya benar-benar menurun yang ditandai dengan jumlah hitung sel CD4 <200/mm3 dan viral load yang tinggi. Candia albicans merupakan jenis jamur yang paling banyak ditemukan pada kelompok orang tersebut. Hal itu terbukti dengan penemuan jenis jamur terbanyak di Surabaya dan Malang. Terdapat pula jenis jamur lain sebagai penyebab KO, yaitu Candida glabrata, Candida krusei, Candida parapsilosis, dan Candida tropicalis.

Obat yang paling banyak digunakan untuk mengatasi KO adalah dengan menggunakan obat tetes bernama nistatin, seperti halnya yang paling banyak ditemukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya hingga saat ini. Meskipun obat tersebut masih efektif dan menunjukkan angka resistensi yang rendah terhadap jamur penyebab KO, suatu penelitian di Iran menunjukkan adanya beberapa subjek penelitian (sejumlah 4%) mengalami resistensi terhadap nistatin. Sehingga menjadi penting bagi kita untuk mulai menemukan obat anti jamur lain untuk KO.

Beberapa obat-obatan yang berasal dari tanaman terbukti memiliki khasiat sebagai terapi KO. Salah satu bahan tersebut adalah Tea Tree Oil (TTO). Kemampuan suatu bahan dalam menghambat pertumbuhan jamur dapat dinyatakan dalam daya hambat minimum dan daya bunuh minimum. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan nilai daya hambat minimum sebesar 4,84-25,33% dengan daya bunuh minimum sebesar 25,33-32,00%. Hal tersebut menunjukkan bahwa TTO dapat menghambat pertumbuhan jamur pada konsentrasi terendah sebesar 4,84%. Dengan berdasar pada nilai tersebut, maka konsentrasi TTO yang diujikan pada penelitian ini sebesar 5% dengan bentuk sediaan berupa emulgel.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada bulan Desember 2019-Februari 2020. Pengambilan apusan rongga mulut pasien yang menjalani rawat inap dilakukan di Unit Perawatan Intermediet Penyakit Infeksi (UPIPI) untuk kemudian dibiakkan dan dipelajari di Departemen Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Kemampuan TTO sebagai kandidat terapi KO diamati dari ada tidaknya zona hambat yang terbentuk pada biakan jamur. TTO dibandingkan dengan nistatin guna mengetahui efektivitasnya dibandingkan dengan obat standar. Uji kepekaan kedua jenis obat dilakukan dengan menggunakan metode uji difusi cakram. Data yang diperoleh adalah berupa diameter daya hambat (dalam satuan mm) untuk kemudian dianalisis sebagai hasil penelitian.

Sejumlah 30 orang bersedia mengikuti penelitian ini dan kemudian didapatkan sejumlah 33 sediaan spesies jamur. Sebagian besar sediaan merupakan jenis Candida albicans. Jenis jamur lain yang ditemukan adalah Candida glabrata dan Candida tropicalis. Terdapat 2 orang subjek penelitian yang memiliki lebih dari satu jenis jamur penyebab KO.

Seluruh jenis jamur menunjukkan daya hambat terhadap nistatin sebesar rerata 23,24 mm. Daya hambat tersebut dimasukkan ke dalam kriteria daya hambat menurut Clinical and Laboratory Standards Institutes (CLSI) untuk nistatin. Obat tersebut masih bersifat sensitif untuk jamur penyebab KO dalam penelitian ini.

Rerata diameter daya hambat untuk TTO 5% adalah sebesar 17,55 mm. Belum ada kriteria daya hambat menurut CLSI untuk TTO, sehingga tidak dapat ditarik kesimpulan nilai sensitif tidaknya obat tersebut. Daya hambat yang dapat dibandingkan antara TTO dan nistatin adalah berupa diameter daya hambat yang terukur.

Nilai daya hambat dari TTO 5% ini ternyata lebih rendah bila dibandingkan dengan daya hambat nistatin. Perbandingan diameter zona hambat nistatin dan TTO secara berturut-turut sebesar 23,24 mm dan 17,55 mm. Uji statistika menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara kedua komponen obat tersebut. Dengan demikian, TTO memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan jamur dan dapat dijadikan sebagai kandidat terapi namun belum dapat mengungguli kemampuan nistatin.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa nistatin dan TTO menunjukkan efek antijamur terhadap spesies penyebab KO pada pasien HIV/AIDS. Kepekaan antijamur nistatin secara nyata lebih tinggi dibandingkan TTO pada seluruh spesies jamur Candida dalam penelitian ini. Peneliti menduga bahwa mungkin dibutuhkan konsentrasi TTO yang lebih tinggi (TTO 10%) untuk diteliti lebih lanjut bila dibandingkan dengan TTO 5%. Hal tersebut bertujuan agar dapat diketahui konsentrasi mana yang lebih adekuat sebagai terapi antijamur KO pada pasien HIV/AIDS.

Penulis: dr. Iskandar Zulkarnain, SpKK(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/19353 (In Vitro Antifungal Susceptibility Testing ff Tea Tree Oil (Tto) 5% Compared with Nystatin Against Candida Sp. As Important Agent of Oral Candidiasis in Hiv/Aids Patients)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).