Bagaimana Sebenarnya Anak dengan Disleksia Mengingat Apa yang Sudah Dia Baca?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi anak dengan disleksia. (Sumber: EduCenter)

Setiap kata dapat menghasilkan arti baru yang tak terhitung jumlahnya jika digabungkan dengan kata-kata lain dalam kalimat (Dardjowidjojo 2003). Kegiatan membaca mungkin merupakan tugas yang mudah bagi pembaca ahli, namun dapat jauh lebih bersusah payah dan sulit bagi pemula karena kemampuan yang sangat kompleks, yang melibatkan banyak proses konstituen berbeda yang beroperasi secara paralel, diperlukan (De Groot, 2013). Selain itu, membaca dilakukan untuk mencapai suatu tujuan (Snow, 2002). Ia menyatakan bahwa kegiatan membaca meliputi: 1) satu atau lebih tujuan seperti menyelesaikan tugas kelas, 2) beberapa operasi untuk memproses teks yang ada, 3) konsekuensi dari melakukan kegiatan tersebut.

Dengan kata lain, pembaca tidak hanya diharapkan mampu membaca dengan akurat, tetapi juga mampu meraih sesuatu di akhir proses membaca. Dalam kehidupan akademis pembaca penderita disleksia, di mana sebagian besar kegiatan melibatkan membaca teks baik di buku, makalah, atau materi online, beberapa tujuan membaca terdiri dari memperoleh pengetahuan baru serta menyelesaikan tugas kelas dan ujian. Oleh karena itu, mereka perlu mampu memahami teks yang mereka temui dalam proses belajar mereka.

Di Surabaya, sekitar 19,8% siswa SD menderita disleksia (Nawangsari dan Suprapti, 2008). Kebanyakan masyarakat mungkin telah menyadari bagaimana gangguan membaca ini mempengaruhi masa akademik anak-anak. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya sekolah inklusi yang peduli dengan terapi bagi siswa penderita disleksia. Namun demikian, terdapat cukup banyak penelitian, khususnya di Indonesia, yang membahas gangguan dalam sudut pandang kebahasaan meskipun hal tersebut mempengaruhi kemampuan membaca yang melibatkan aspek kebahasaan (Jap, Borleffs, & Maassen, 2017).

Pembelajaran pemahaman bacaan pada anak-anak penderita disleksia diharapkan dapat memberikan kesadaran sejak dini kepada orang-orang di sekitar mereka, khususnya orang tua dan guru, untuk memperhatikan kecenderungan performa anak-anak tersebut, sehingga dapat memberikan bantuan dan pemahaman dalam pembelajaran mereka sejak awal masa akademis mereka.

Salah satu aspek pemahaman bacaan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah memori kerja (Nouwens, Groen, & Verhoeven, 2016). Banyak dari penelitian tersebut menemukan bahwa kekurangan memori kerja berkorelasi dengan kemampuan mereka dalam memahami teks (Carvalho, Kida, Capellini, & Avila 2014). Memori kerja, yang sudah terbatas selama proses pemahaman bacaan pada pembaca ahli dan kapasitasnya bahkan lebih terbatas untuk pemahaman yang buruk (Snowling & Hulme, 2005). Namun, Daneman dan Carpenter (1980) berpendapat bahwa bukan kapasitas memori kerja yang mempengaruhi pemahaman bacaan, melainkan keterampilan yang mereka gunakan untuk menggunakan kapasitas memori kerja mereka.

Penelitian ini menggunakan konsep yang mirip dengan penelitian Daneman and Carpenter. Namun, alih-alih menguji rentang bacaan dengan beberapa kalimat, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dari setiap kalimat berapa detail yang bisa diolah partisipan dalam sebuah kalimat. Metode ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana pembaca penderita disleksia memahami kalimat secara keseluruhan dengan mengetahui bagaimana mereka mempersepsikan setiap detail yang dinyatakan dalam kalimat tersebut.

Pada studi ini ditemukan bahwa partisipan penelitian ini lebih mampu memahami detail informasi dalam kalimat-kalimat yang jumlah detail informasinya paling sedikit. Selain itu, seiring dengan bertambahnya jumlah detail, jumlah detail informasi yang diingat dengan benar cenderung menurun di setiap jenis kalimat. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kemampuan yang dimiliki oleh partisipan untuk mengolahnya. Dengan demikian, sebagaimana pola membaca anak yang masih belum lancar membacanya, partisipan cenderung puas jika berhasil memahami informasi yang tersurat dan masuk akal sesuai pemahamannya. Konsekuensinya, partisipan mengabaikan konstruksi ide yang lebih rumit dari aspek yang lebih tinggi dalam pemahaman seperti informasi tersirat.

Temuan lain menunjukkan bahwa Partisipan cenderung fokus pada Agent, Patient dan Predikat dibandingkan dengan kata keterangan atau kata sifat. Dengan demikian, persentase detail informasi yang diingat dengan benar lebih tinggi pada Subjek, Predikat, dan Objek dibandingkan dengan kata sifat dan kata keterangan. Selain itu, partisipan cenderung membaca kata keterangan dengan benar jika kata tersebut ditempatkan di bagian akhir kalimat. Oleh karena itu, peserta disarankan untuk dilatih bagaimana memahami kata keterangan dan kata sifat, dimanapun itu ditempatkan dalam kalimat, untuk meminimalkan kekurangan ini. Selain itu, partisipan juga cenderung mengingat Objek dengan benar dibandingkan dengan tiga detail informasi lainnya. Kecenderungan ini tersebar di setiap jenis kalimat.

Temuan ini mengungkapkan lebih banyak wawasan tentang bagaimana anak dengan disleksia memahami teks. Temuan ini juga diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada orang tua dan guru dalam membantu peserta, khususnya untuk memahami teks selama kegiatan membaca untuk mencapai nilai yang lebih baik dalam kehidupan akademiknya. Penelitian ini menunjukkan bagaimana kecenderungan anak-anak dengan disleksia mengolah  informasi yang ada di dalam teks yang mereka baca.

Meski demikian, penelitian ini hanya berfokus pada jumlah rincian dan bagaimana penyebaran rincian tersebut dapat mempengaruhi jumlah informasi yang dapat diolah oleh Peserta. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah jumlah suku kata atau bentuk kata (kata monomorphemic atau polymorphemic) yang digunakan sebagai instrumen mempengaruhi kemampuan mayoritas pembaca disleksia dalam mengolah informasi dalam teks, diperlukan penelitian lebih lanjut.

Penulis: Angkita Kirana

Artikel lengkapnya dapat diakses melalui link berikut ini:

https://www.psychosocial.com/article/PR261378/30909/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).