Bagaimana Meningkatkan Kreativitas Karyawan pada Bisnis Startup?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi kreativitas karyawan start-up. (Sumber: EKRUT)

Kreativitas Karyawan seringkali menjadi masalah tersendiri bagi setiap perusahaan, dan seringkali perkembangan Kreativitas Karyawan dalam suatu perusahaan tidak difasilitasi dengan baik oleh manajemen atau pimpinan perusahaan. Kreativitas Karyawan merupakan gambaran tentang karakter seorang pekerja yang kreatif dalam menjalankan pekerjaannya atau singkatnya merupakan pekerja yang melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda. Meski begitu, karakter harus dibangun dari kebiasaan yang dilakukan. Jika dilihat lebih mendalam, definisi kreativitas adalah proses menciptakan sesuatu yang baru baik terlihat maupun tidak yang dapat memberikan manfaat lebih bagi organisasi (Cummings & Oldham, 1996; Shalley et al., 2004; Amabile, 1988; Ford & Gioia, 2000; Madjar et al., 2002).

Gaya kepemimpinan sangat penting dalam menentukan bagaimana pengikut dapat tampil secara kreatif sehingga pencapaian tujuan suatu organisasi dapat tercapai. Gaya kepemimpinan sangat bervariasi dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan organisasi, misalnya kepemimpinan transaksional yang menekankan pada proses pencapaian tujuan dan pengelolaan sumber daya manusia yang memerlukan transaksi antara manajemen dan anggota perusahaan, kepemimpinan otoriter yang menekankan kepatuhan terhadap perintah dari atasan atau terpusat. pada pemimpin, kepemimpinan sinergis yang menciptakan sinergi dalam proses pencapaian tujuan dan pengelolaan sumber daya manusia, serta berbagai gaya kepemimpinan lainnya yang dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan proses penyelesaian tujuan suatu perusahaan.

Setiap gaya kepemimpinan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, berdasarkan kekuatan dan kelemahannya, dan penelitian ini akan difokuskan pada gaya kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan Transformasional adalah gaya kepemimpinan yang mengembangkan proses manajemen yang tidak hanya fokus pada kinerja atau hubungan karena tugas-tugas dalam perusahaan, tetapi membuat perusahaan mampu membangun hubungan dengan karyawan di dalam perusahaan, serta membantu karyawan dalam mengembangkan diri melalui proses tersebut mendorong dan berkembang secara emosional didapat dari teladan dan inspirasi para pemimpinnya.

Proses untuk mendukung pengembangan Kreativitas Karyawan mendapat dukungan yang sangat kuat dari Transformational Leadership. Namun hal tersebut tidak lepas dari pengaruh sesama karyawan dalam suatu perusahaan yang dapat saling berinteraksi dalam menciptakan ide yang lebih baik dalam proses pencapaian tujuan suatu perusahaan. Oleh karena itu, dalam memaksimalkan peran setiap karyawan untuk menghasilkan ide dan saran yang lebih baik untuk mengabaikan kreativitas karyawan, perlu adanya suatu perbedaan yang dapat mendorong para pekerja di perusahaan untuk terus menerus menyampaikan ide, ide dan masukan yang dapat membantu Karyawan. Proses pengembangan kreativitas (Bass, 1985; Bass & Riggio, 2010; Northhouse, 2010; Podsakoff et al., 1990). Pemimpin Transformasional membuat karyawan menghasilkan kreativitas baru dengan berbagai pendekatan yang sesuai dengan keinginan karyawan, dan didukung oleh perusahaan (Kark & ​​Van Dijk, 2007; Shin & Zhou, 2003).

Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara hubungan antara Kepemimpinan Transformasional dan Kreativitas Karyawan (Gumusluoglu & Ilsev, 2009; Jyoti & Dev, 2015). Namun hasil sebaliknya menunjukkan bahwa hubungan antara Kepemimpinan Transformasional dan Kreativitas Karyawan tidak signifikan (Bae, Song, Park & ​​Kim, 2013). Kesenjangan penelitian yang ada mengakibatkan pengujian kembali hubungan antara Kepemimpinan Transformasional dan Kreativitas Karyawan. Meski begitu, penelitian ini akan melibatkan konsep Task Conflict Behavior dan Knowledge Sharing sebagai hal baru dalam penelitian.

Konflik seringkali dipandang sebagai sesuatu yang akan merusak, namun jika ditelusuri lebih dalam, konflik seringkali justru membawa dampak positif yang membuat perbaikan dapat dilakukan dengan lebih baik. Konflik dapat terjadi di mana saja dan tanpa kecuali di tempat kerja atau tempat kerja. Konflik di tempat kerja perlu dipahami bukan sebagai konflik karena urusan pribadi, tetapi dalam konteks ini adalah masalah pekerjaan dalam upaya mencapai tujuan dan kinerja yang lebih baik. Konflik dalam pekerjaan ini sering terjadi karena adanya perilaku yang menimbulkan perbedaan yang timbul pada setiap anggota perusahaan dalam proses pencapaian tujuan suatu perusahaan. Konflik tersebut lebih dikenal dengan Task Conflict Behavior (Jehn, 1995). Task Conflict Behavior mempengaruhi perkembangan Kreativitas Karyawan suatu perusahaan, dan Task Conflict Behavior mendukung terjadinya pemikiran yang variatif dan variatif sehingga teori dan ide yang ada dapat dibagikan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan (Paletz & Schunn, 2010).

Perilaku Konflik Tugas terjadi dan menyebabkan adanya pemikiran dan gagasan yang beragam, dan hal ini menyebabkan proses Berbagi Pengetahuan yang lama.

Knowledge Sharing terjadi sebagai akibat dari pertengkaran yang muncul dalam sebuah tim sehingga seseorang secara tidak langsung mulai membagikan cara berpikir dan ilmunya kepada orang lain dan akan membantu melengkapi ilmunya. Alhasil, dengan ilmu yang didapat dari orang lain maka ilmu yang lebih mendalam muncul dalam suatu hal dan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang berbeda karena ilmu yang dimilikinya, atau hanya karena sudah memiliki ilmu yang lebih banyak, maka apa yang dilakukannya akan berbeda dari orang lain. Oleh karena itu, proses Knowledge Sharing yang baik justru akan meningkatkan Kreativitas Karyawan di suatu perusahaan, sebagai akibat dari ilmu yang diperoleh. Knowledge Sharing dapat menjadikan seseorang dari pengetahuan baru tentang suatu hal (Vanden Hooff & De Ridder, 2004).

Proses Knowledge Sharing dapat menghasilkan lingkungan belajar dalam organisasi menjadi lebih produktif dan efisien karena dengan proses Knowledge Sharing yang baik maka perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya yang tinggi dalam membekali seseorang untuk memperoleh pengetahuan suatu hal. Beckman (1999) mengatakan bahwa dengan informasi atau data yang memadai maka kemampuan individu akan berkembang, baik itu kinerja, kemampuan memutuskan sesuatu, dan menjadikan individu lebih kreatif karena kreativitas membutuhkan pengetahuan atau informasi baru.

Perkembangan zaman dan teknologi, serta globalisasi, telah membuat kemajuan di segala bidang sangat tidak menentu dan berfluktuasi. Seperti halnya dunia bisnis dan ekonomi, perubahan besar telah terjadi dalam bisnis. Bisnis berkembang sangat pesat, bahkan tidak dapat dipungkiri bahwa model bisnis baru seringkali muncul tanpa disadari. Penambahan pebisnis dan wirausahawan telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi bahkan perkembangan suatu negara. Acara tersebut juga mendukung hadirnya sebuah bisnis start up, sebuah bisnis start up bisnis yang terdiri dari tiga kriteria utama dimana tiga kriteria tersebut harus dimiliki oleh sebuah bisnis sebelum dapat dikatakan sebagai sebuah bisnis start up, ketiga kategori tersebut baru, aktif, dan independen (Luger & Koo, 2005).

Data Badan Ekonomi Kreatif Indonesia yang dirilis mengenai perkembangan bisnis start up tahun 2018, mencatat beberapa daerah yang memiliki jumlah usaha start up yang cukup banyak yaitu Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi sebanyak 522 start up. (52,62%), Sumatera 115 (11,53%), Jawa Timur 113 (11,39%), Yogyakarta 54 (5,44%), Jawa Barat 44 (4,44%), Sulawesi 34 (3, 43%), Bali dan Nusa Tenggara Barat 32 (3,23%), Jawa Tengah 30 (3,02%), Kalimantan 24 (2,42%) dan wilayah lain yang tidak diketahui lokasinya sebanyak 24 (2,42%).

Pengembangan kemampuan individu yang difokuskan pada pengembangan kreativitas untuk dijadikan keunggulan bersaing juga perlu menjadi perhatian khusus serta menjadi masalah yang perlu dihadapi oleh para pelaku usaha rintisan. Pemberdayaan sumber daya manusia Indonesia masih berada pada level menengah, dimana tahun ini Human Development Index (HDI) meningkat 0,82% menjadi 71,39% (Lingga, 2019). Padahal, penilaian Global Creativity Index atau indeks kreativitas global di Indonesia tahun 2015, mencatat bahwa Indonesia berada di peringkat 115 dari 139 negara (Katadata, 2016). Permasalahan di atas menjadi dasar penelitian pengembangan start up bisnis dan peningkatan potensi pegawai, dimana fokusnya adalah pada pengembangan kreativitas pegawai tersebut.

Penelitian ini berkontribusi untuk melengkapi penelitian gap pada penelitian sebelumnya tentang Kepemimpinan Transformasional tentang Kreativitas Karyawan yang memiliki hasil yang berbeda. Kebaruan dari penelitian ini adalah menggabungkan konsep Knowledge Sharing dan Task Conflict Behavior sebagai mediasi yang diyakini mampu mengoptimalkan peran pemimpin transformasional sehingga menghasilkan kreativitas karyawan yang lebih tinggi. Populasi dalam penelitian ini adalah para pemimpin bisnis start up di Indonesia. Metode analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Model).

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Kepemimpinan Transformasional dengan Kreativitas Karyawan dan Berbagi Pengetahuan, kemudian Berbagi Pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap Kreativitas Karyawan. Sedangkan Kepemimpinan Transformasional tidak berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Konflik Tugas, dan Perilaku Konflik Tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap Kreativitas Karyawan. Hasil uji mediasi menunjukkan bahwa Knowledge Sharing berperan sebagai mediator antara Transformational Leadership dengan Kreativitas Karyawan, sedangkan Task Conflict Behavior tidak sepenting mediator.

Penulis: Anis Eliyana

Artikel selengkapnya dapat diunduh pada:

http://www.sysrevpharm.org//index.php?mno=11609

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).