Peran Hypoxia inducible factor 1α pada Penyembuhan Luka Cabut Gigi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Gelarsramdhani.com

MW efficacy in DSP

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, gigitan hewan dan pencabutan gigi. Beberapa efek yang timbul ketika luka terjadi adalah hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri dan kematian sel.

Penyembuhan pada luka pencabutan gigi sangat diperlukan oleh dokter gigi, karena proses pemulihan luka yang terlambat setelah pencabutan gigi, akan memiliki komplikasi pada jaringan lunak dan keras pada area pasca pencabutan gigi. Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini adalah penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam beberapa fase yaitu fase hemostasis,  inflamasi, proliferasi, dan remodelling jaringan. Pada luka yang disebabkan oleh pencabutan gigi, akan terjadi proses perbaikan yang meliputi jaringan lunak dan jaringan keras rongga mulut. Jaringan lunak terdiri dari gingiva dan periodontal ligamen, serta jaringan keras merupakan tulang alveolar.

Fase proliferasi pada luka pencabutan gigi ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi di daerah luka. Gumpalan darah (blood clot) yang terbentuk pada tahapan sebelumnya akan digantikan oleh jaringan granulasi. Bagian coronal dari soket alveolar ditutupi oleh jaringan ikat fibrous, yang berhubungan dengan sel epitel. Pembentukan pembuluh darah baru atau angiogenesis distimulasi oleh VEGF-A dan mensintesis pembentukan sel endotel pada daerah luka. Angiogenesis merupakan proses awal yang dibutuhkan oleh osteogenesis. Pembentukan tulang baru selalu berhubungan dengan tersedianya pembuluh darah. Pada fase remodelling yang merupakan fase akhir dari penyembuhan luka, pada fase ini jaringan granulasi menjadi mature yang ditandai dengan peningkatan kekuatan mekanik pada jaringan yang terbentuk, pengurangan jumlah kapiler pada luka, glycosaminoglycans dan proteoglycan menurun, penurunan jumlah fibroblas, peningkatan jumlah sabut kolagen yang meningkatkan tensile strength pada jaringan. Pada tulang alveolar woven bone  diganti dengan lamellar bone.

HIF merupakan protein dari faktor transkripsi yang menyebabkan ekspresi gen dan respon selular pada keadaan hypoxia. HIF merupakan heterodimeric protein yang  dapat berupa bentukan monomeric HIF-1α dan HIF-1β. Monomer tersebut mampu berinteraksi dengan protein intrasel lain untuk membentuk transkripsi protein di dalam sel, kompleks faktor yang terbentuk juga berinteraksi di dalam inti sel dengan deoxyribonucleic acid berperan sebagai faktor transkripsi untuk mengatur ekspresi gen. Pada proses angiogenesis HIF berperan langsung dalam ekspresi VEGF dan erythropoiesis. HIF sampai saat ini mempunyai 3 anggota, HIF-1, HIF-2 dan HIF-3. Ketiganya memiliki subunit β yang sama, namun unit α yang berbeda. HIF berperan penting dalam pengaturan gen pada keadaaan terganggunya kadar oksigen. Saat ini lebih dari 100 gen target HIF telah di identifikasi. Beberapa diantaranya adalah vascular endothelial growth factor (VEGF), erythropoietin (EPO), hemeoxygenase-1 (HO-1), inducible nitric oxide synthase (iNOS), glucose transporter protein 1 (Glut-1), insulin-like growth factor 2 (IGF-2), endothelin 1, dan transferrin. Umumnya target gen pada HIF berhubungan dengan faktor angiogenesis, proliferasi dan survival factors, glucose transporters dan glycolytic enzymes. HIF-1α merupakan protein yang dikeluarkan oleh sel endothel, progenitors osteoblast (osteoblast lining cell), sel mesenkim, fibroblas dan makrofag. HIF-1α dan VEGF-A merupakan dua faktor yang sangat berperan dalam  regulasi angiogenesis dan pembentukan perbaikan tulang. Interaksi HIF-1α dan VEGF-A menstimuli pembentukan awal angiogenesis-osteogenesis yang membentuk pertumbuhan dan regenerasi tulang. Protein yang berperan penting pada ketersediaan oksigen di jaringan lunak dan jaringan keras seperti tulang alveolar adalah HIF-1α. Pada keadaan jaringan  dengan kadar oksigen normal, HIF-1α secara konstan disintesa, namun akan cepat terdegradasi (Wang, 1995). VEGF merupakan faktor utama pada HRE selain protein HIF-1α. Ekspresi HIF-1α dan VEGF-A merupakan pengatur penting pada efek angiogenic-osteogenic pada perbaikan tulang. Osteogenesis dan angiogenesis merupakan 2 faktor yang saling berhubungan erat satu dengan yang lain. Mereka berperan dalam proses perbaikan tulang, pertumbuhan dan perkembangan tulang.

Penulis: Christian Khoswanto

Informasi detail dari artikel ini dapat diakses pada laman berikut: http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2020/09/62-D20_1168_Christian_Khoswanto_Indonesia.pdf

(Hypoxia Inducible Factor 1α as Key Factor in Wound Healing Post Tooth Extraction: an Overview)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).