Ketentuan untuk Pelayanan Kesehatan Seksual Selama Masa Pandemi Covid-19: Pernyataan dari Asia Pacific Society of Sexual Medicine

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Tirto.id

Pandemi COVID-19 menyebabkan krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya di dunia terutama di bidang medis. Beberapa aturan pemerintah dari berbagai negara seperti social distancing, lockdown di beberapa pelayanan sosial serta perubahan protokol pelayanan kesehatan untuk mengurangi penyebaran infeksi COVID-19. Pelayanan kesehatan seksual merupakan bidang spesialisasi yang fokus terhadap kesehatan seksual dan area yang berhubungan dengan kondisi seksual seseorang. Karena dipandang sebagai pengobatan elektif, pelayanan kesehatan seksual mengalami penurunan pelayanan yang signifikan di masa pandemi COVID-19 ini.

Protokol pelayanan kesehatan telah dirubah dengan mengutamakan kasus gawat darurat dan kasus yang membutuhkan pelayanan perawatan intensif. Beberapa Pelayanan kesehatan elektif banyak yang dibatalkan dan mengalami penundaan. Kasus kesehatan seksual yang dipandang sebagai kasus elektif mengalami penurunan kualitas dan kuantitas dalam pelayanannya, padahal kasus kesehatan seksual dapat memberikan dampak negatif terhadap kualitas hidup seseorang, status mental serta ekonomi. Dengan adanya pembatasan aktifitas sosial, terdapat peningkatan batasan untuk mencapai akses pelayanan kesehatan serta penurunan penghasilan yang dapat memperburuk kondisi masalah seksual seseorang. Petugas kesehatan serta pelaku industri yang bergerak di kesehatan harus dapat beradaptasi serta melakukan telaah protokol pelayanan di masa krisis yang diakibatkan pandemi COVID-19.

Pasien yang memiliki banyak komorbiditas serta orang tua lebih mungkin terkena penyakit akibat infeksi COVID-19 dan menghadapi resiko kematian yang tinggi. Saat ini, virus corona dapat menyebar terutama melalui droplets dari saluran pernafasan seseorang meskipun virus juga dapat terdeteksi di dalam feses, urin, air mani serta cairan vagina . Pasien seharusnya didorong untuk mencari bantuan sedini mungkin untuk menghindari infeksi yang tidak terdiagnosis, meminimalkan perkembangan penyakit, serta menghindari penundaan pengobatan lebih lanjut. Komunikasi aktif antar pasien dengan tenaga kesehatan tetap penting untuk melihat adanya perubahan pada kunjungan rawat jalan, operasi, dan pengobatan. Tenaga kesehatan harus bisa menenangkan pasien mengenai kondisi yang dialami. Selama situasi yang berkembang pesat ini, pelaksanaan pelayanan kesehatan mungkin berbeda-beda antar institusi, kota, dan negara. Namun, petugas kesehatan tetap penting untuk dapat memodifikasi dan menyesuaikan perubahan ini sesuai kebutuhan dengan meminimalisasikan paparan dan penyebaran penyakit COVID-19.

Berbagai pedoman kesehatan sangat merekomendasikan untuk menunda sebagian besar layanan kesehatan seksual. Strategi alternatif dapat diterapkan sebagai penanganan sementara, dan mereka yang membutuhkan tindakan operasi segera dapat dilakukan dengan memenuhi syarat protokol kesehatan yang berlaku pada instansi setempat. Penting bahwa dokter harus tetap meninjau setiap kasus kesehatan seksual pada pasien dan bagi pasien untuk tetap menghubungi dokter. Rencana pengobatan harus disesuaikan terhadap masing masing kondisi pasien, dan perencanaan pelayanan kesehatan harus melibatkan diskusi bersama dan pengambilan keputusan antara dokter dan pasien (serta keluarga / pengasuh) berdasarkan bukti klinis yang kuat.

Rekomendasi dari Asia Pacific Society of Sexual Medicine

  1. Penggunaan layanan telemedicine yang sah secara hukum di masing masing negara. Telepon atau video dapat digunakan apabila memungkinkan untuk konsultasi antara dokter dan pasien.
  2. Penggunaan webinar pendidikan online dan media sosial lainnya untuk dapat memberikan informasi kepada pasien.
  3. Mengkaji ulang kasus yang membutuhkan tindakan bedah untuk memprioritaskan kasus andrologi yang lebih mendesak dan mengklasifikasikan prosedur tertentu menjadi resiko rendah atau risiko tinggi berdasarkan kapabilitas unit perawatan intensif.
  4. Mengadopsi pendekatan pragmatis dan mengoptimalkan terapi medis untuk menghindari kebutuhan pembedahan.
  5. Diskusi rutin dengan rekan kerja mengenai berapa lama pengobatan dapat ditunda dan mendiskusikan kembali pilihan dan waktu pengobatan yang tepat.
  6. Mematuhi aturan protokol kesehatan serta memastikan kesediaan alat pelindung diri saat menangani pasien yang memiliki potensi terinfeksi virus COVID-19.

The Asia Pacific Society of Sexual Medicine mendukung upaya berkelanjutan mengenai tindakan pencegahan yang dilakukan oleh berbagai institusi dan kebijakan pemerintah untuk m dan meencegah dan memberantas penyebaran infeksi COVID-19. Petugas kesehatan didorong untuk dapat memodifikasi dan beradaptasi terhadap berbagai strategi terus berkembang.

Penulis: Lukman Hakim

Informasi lengkap tulisan ini dapat diakses pada laman: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S205011612030091X

(Provision of Sexual Medicine Services During the Coronavirus Disease-2019 Pandemic: An Asia Pacific Society of Sexual Medicine Position Statement)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).