Efek Sitotoksik Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) terhadap Sel Punca Mesenkim Sumsum Tulang Tikus: Studi In Vitro

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Liputan6.com

Kulit kayu dari berbagai jenis kayu manis merupakan salah satu rempah terpenting dan populer yang digunakan di seluruh dunia, tidak hanya untuk masakan tetapi juga untuk pengobatan tradisional dan modern. Total sekitar 250 spesies telah diidentifikasi di antara genus kayu manis dan tanaman ini tersebar di seluruh dunia. Jenis kayu manis yang merupakan tumbuhan asli Indonesia adalah Cinnamomum burmannii atau biasa dikenal secara komersial dengan Cinnamon Koerintji. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengungkap lebih banyak manfaat medis dari kayu manis daripada sebagai bumbu. Kegunaan kayu manis tradisional adalah untuk astringen, desinfektan dan antispasmodik. Penelitian yang dilakukan di India menemukan bahwa inkubasi in vitro ekstrak kayu manis menyebabkan peningkatan pelepasan insulin. Minyak atsiri dari kulit kayu manis umumnya digunakan dengan dosis 0,05-0,2 g setiap hari sebagai obat antidiabetes.

Kandungan minyak atsiri kayu manis terbesar adalah cinamaldehyde, sekitar 51-76%. Jumlah cinnamaldehyde untuk konsumsi tidak lebih dari 700μg/kg, Studi menunjukkan tikus yang diberi ekstrak kayu manis dalam dosis 0.1-2.0 g/kg secara oral mengakibatkan kerusakan pada hati dan ginjal. Peneliti lain melaporkan hasil penelitiannya bahwa pada penapisan bioassay minyak atsiri dari empat jenis ekstrak tumbuhan obat menunjukkan bahwa minyak kayu manis (Cinnamomum zeylanicum) memiliki sifat sitotoksik yang sangat kuat, dengan nilai konsentrasi letal (LC50) 0,03 mg/ml.

Minyak atsiri dari kulit kayu manis yang semakin dikenal memiliki potensi medis berdasarkan penelitian sebelumnya, diperlukan uji sitotoksik untuk mengetahui keamanannya. Tes toksisitas adalah tes yang digunakan untuk menentukan tingkat aman obat atau bahan kimia lain yang dilakukan dengan hewan percobaan atau bahan biologis lainnya. Namun, efek sitotoksisitas minyak atsiri terhadap sel induk mesenkim sumsum tulang tikus belum pernah dilakukan. Sel punca atau sel induk mesenkim yang diturunkan dari sumsum tulang (BMSCs) adalah sel punca multipoten dan merupakan sumber sel penting untuk tujuan rekayasa dalam hal terapi sel dan perbaikan jaringan, sel-sel ini diyakini lebih sensitif dibandingkan sel lain. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek sitotoksisitas minyak atsiri kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmannii) terhadap sel induk mesenkim sumsum tulang tikus dan untuk mengetahui nilai konsentrasi letal 50 (LC50).

Penelitian dilakukan di Puslitbang Sel Punca, Kampus C Universitas Airlangga, Mulyorejo, Surabaya, Jawa Timur 60115. Proses penyulingan minyak atsiri dari kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) dilakukan di PT. Heptasari Unggul, Jl. Demak No.289, Surabaya, Jawa Timur 60179.

Hasil yang dilihat melalui ELISA reader dengan a panjang gelombang 595 nm pada penelitian ini berbentuk Optical Density (OD). Nilai OD adalah diperoleh melalui perubahan warna yang dihasilkan oleh aktivitas mitokondria, tempat terjadinya dehyderogenase Enzim dalam sel hidup mampu mereduksi garam MTT kuning untuk membentuk kristal formazan biru/ungu. Warna yang lebih gelap diproduksi, semakin tinggi nilai OD. Kepadatan optik nilai mewakili jumlah rBMSC hidup sehingga Semakin besar nilai optical density maka semakin besar pula nilai densitasnya jumlah sel hidup.

Persentase sel hidup tikus BMSC setelah diolah dengan minyak esensial dari Kayu manis (Cinnamomum burmannii) dengan kulit kayu yang berbeda konsentrasi. Persentase sumsum tulang tikus yang hidup mesenchymal stem cell setelah diberi minyak atsiri kulit kayu manis dengan konsentrasi 0,5% adalah sebanyak sebagai 12.886%. Pada konsentrasi 0,25%, persentase sel hidup sebanyak 18.364%. Pada konsentrasi sebesar 0,125%, persentase sel hidup adalah sebanyak 21.768%. Pada konsentrasi 0,0625%, persentase sel hidup sebanyak 26.554%. Pada konsentrasi sebesar 0,0312%, persentase sel hidup adalah sebanyak 32,551%.

Dalam penelitian ini grafik persentase sel hidup adalah menurun, bahwa dalam minyak esensial kayu manis dengan konsentrasi 0,0312%, 0,0625%, 0,125%, 0,25% dan 0,5% menunjukkan kehidupan sel induk sumsum tulang tikus suksesi 32,5%, 26,5%, 21,7%, 18,3% dan 12,8% masing-masing. Hasil ini menunjukkan kompatibilitas dengan teori sebelumnya yang menyatakan bahwa toksisitas suatu bahan secara langsung proposional dengan eksposur. Paparan material memiliki faktor penentu, yaitu konsentrasi bahan. Ini menunjukkan bahwa semua konsentrasi Minyak atsiri C. burmannii memiliki efek yang sama yaitu semakin menurun persentase umur sel dan semakin besar konsentrasi mengingat semakin kecil persentase umur sel.

Hasil ini sepertinya mirip dengan penelitian tentang toksisitas minyak esensial C. burmannii pada kultur sel fibroblast, yaitu grafik persentase kehidupan sel fibroblast meningkat bila jumlah konsentrasi minyak atsiri diberikan penurunan. Uji sitotoksisitas eksperimental minyak kayu manis pada sel WiDr, dan persentase tertinggi viabilitas sel dicapai dengan menggunakan yang terkecil konsentrasi.

Minyak atsiri dari kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmannii) pada konsentrasi 0,5% menghasilkan persentase sel punca mesenkim sumsum tulang tikus hidup terendah dan pada konsentrasi 0,0312% menghasilkan persentase sel punca mesenkim sumsum tulang tikus hidup tertinggi. . Konsentrasi minyak atsiri dari kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii) yang dapat membunuh 50% (LC50) sel induk mesenkim sumsum tulang tikus adalah 0,004%.

Penulis: Mustofa Helmi Effendi

Informasi lengkap dari artikel ini dapat diakses pada laman berikut: http://www.sysrevpharm.org/fulltext/196-1602000753.pdf

Budiastuti, Lestari, N.D., Effendi , M.H., Arimbi, and Plumeriastuti, H. Cytotoxic Effect of Essential Oil from Cinnamon (Cinnamomum burmannii) Bark on Rat Bone Marrow Mesenchymal Stem Cells: In Vitro Study. Sys Rev Pharm 2020;11(9):378-383

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).