Vitamin B12, vitamin D dan recurrent aphthous stomatitis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi recurrent aphthous stomatitis. (Sumber: MSD Manuals)

Recurrent aphthous stomatitis adalah suatu kondisi kelainan pada rongga mulut dengan prevalensi yang tinggi pada suatu populasi. Berbagai penelitian telah penunjukkan bahwa recurrent aphthous stomatitis lebih banyak dialami oleh wanita jika dibandingkan dengan laki-laki.

Faktor nutrisi telah sering dikaitkan dengan timbulnya sariawan berulang atau yang dikenal dengan recurrent aphthous stomatitis. Salah satunya penyebab timbulnya recurrent aphthous stomatitis adalah kekurangan vitamin B12 dan vitamin D. Hubungan antara kekurangan Vitamin B12 dengan recurrent aphthous stomatitis tidak dapat dijelaskan secara langsung. Hal yang dapat dijelaskan adalah kekurangan vitamin B12 dapat mempengaruhi produksi sel darah merah dan mempengaruhi pertumbuhan sel lainnya misalnya sel pada mukosa rongga mulut yang mengakibatkan lapisan sel tersebut menjadi rentan jejas atau trauma.

Selain vitamin B12, bukti terbaru menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D juga terlibat dalam terjadinya recurrent aphthous stomatitis. Namun, ada hasil yang tidak konsisten mengenai peran vitamin D dalam terjadinya recurrent aphthous stomatitis. Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa pasien recurrent aphthous stomatitis memiliki kadar serum vitamin D yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pasien tanpa recurrent aphthous stomatitis. Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa pasien recurrent aphthous stomatitis cenderung memiliki kadar serum vitamin D yang sama seperti pasien tanpa recurrent aphthous stomatitis.

Penelitian yang dilakukan saat ini, menganalisis hubungan antara vitamin D dan vitamin B12 pada wanita dengan recurrent aphthous stomatitis. Penelitian ini dilakukan pada 41 subyek wanita, usia rata-rata adalah 25 tahun. Sebagian besar mengalami recurrent aphthous stomatitis dengan jumlah multiple yaitu < 10 (82.9%), dengan ukuran umumnya < 10mm (95%). Kondisi recurrent aphthous stomatitis sering dijumpai pada mukosa pipi dan mukosa bibir.

Subjek penelitian kemudian diukur kadar serum vitamin D dan vitamin B12. Hasil yang diperoleh adalah seluruh subjek penelitian memiliki kadar serum vitamin B12 yang normal, namun memiliki kadar serum vitamin D yang rendah. Analisis yang kami lakukan, menunjukkan bahwa kadar serum vitamin B12 dan vitamin D tidak memiliki hubungan dengan timbulnya kejadian recurrent aphthous stomatitis pada subjek yang diamati. Selain itu, juga didapatkan bahwa kadar serum vitamin B12 yang ditemukan tidak mempengaruhi kadar serum vitamin D.

Penjelasan pasti tentang hubungan antara vitamin B12 dan vitamin D masih belum jelas, tetapi sebuah penelitian menunjukkan bahwa kadar serumvitamin B12 berhubungan dengan kadar serum vitamin D pada wanita dengan kondisi obesitas, dimana vitamin D menjadi mediator antara status obesitas dan kadar serum vitamin B12. Vitamin D dapat memiliki efek positif pada afinitas reseptor cubilin dan amnion, yang merupakan reseptor penting untuk penyerapan vitamin B12. Sehingga semakin tinggi kadar serum vitamin D, maka kadar serum vitamin B12 juga tinggi. Namun kondisi ini tidak ditemukan pada penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian ini menyimpulkan bahwa kadar vitamin D yang rendah ini merupakan faktor yang berperan terhadap timbulnya recurrent aphthous stomatitis pada wanita dan tidak memiliki hubungan dengan kadar vitamin B12.

Penulis: Bagus Soebadi, Diah Savitri Ernawati

Tulisan lengkap kami dapat dilihat di:

H. Susanto. P.Kendarwati, S.Budiarti, Supriatno, B.Soebadi, D.S.Ernawati. Serum vitamin B12 associated with vitamin D/25(OH)D in women with recurrent aphthous stomatitis. J Oral Res 2020; 9(1):21-28. http://www.joralres.com/index.php/JOR/article/view/joralres.2020.004

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).