Peran Stres Terhadap Indra Pengecap

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Halodoc

Stress dapat menimpa setiap orang dengan tingkatan yang berbeda. Stress yang timbul dapat menurunkan kualitas hidup setiap orang sehingga menjadi perhatian yang cukup serius. Salah satu mediator stress adalah kortisol. Kortisol merupakan suatu hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks kelenjar adrenal yang secara teratur disekresi oleh individu normal yang dipengaruhi oleh ritme sirkardian dimana akan mencapai puncaknya pada pagi hari dan secara teratur akan menurun kuantitasnya hingga malam hari. Hormon ini memberikan efek beragam pada tubuh salah satunya pengaturan terhadap respon inflamasi dan antiinflamasi.

Hampir semua jenis stress menyebabkan peningkatan kortisol. Rangsangan stress ini dapat mengaktifkan sistem untuk menyebabkan rangkaian efek metabolisme sel lainnya. Peningkatan kortisol yang cepat secara langsung akan mempengaruhi jumlah kortisol bebas dalam plasma, sehingga kortisol sitemik juga mengingkat. Peningkatan ini dapat memberi efek yang beragam dalam tubuh. Beberapa penelitan menunjukkan bahwa kortisol dapat menunjukkan peningkatan terhadap produk inflamasi seperti Interleukin1, Interleukin2, Interleukin4, Interleukin6 dan Interferon γ.

Sumber ilmiah telahmengkonfirmasi bahwa secara cepat, kortisol dapat mengaktivasi jalur inflamasi hingga 6 hari setelah peningkatkatan level dalam tubuh. Hal ini dapat memberikan perubahan beberapa metabolism sel dalam tubuh, termasuk dalam rongga mulut. Rongga mulut merupakan salah satu kumpulan organ yang terekspose dengan lingkungan luar yang memiliki berbagai barrier fisik yang cukup kuat. Salah satu struktur yang berperan penting dalam pengecap berada di dalam rongga mulut, tepatnya pada lidah, yaitu taste buds. Tastebudsmenunjukkan pertahanan sel yang unik.

Produk-produk inflamasi yang dikeluarkan oleh berbagai sel tubuh dapat mempengaruhi beberapa struktur dan fungsi sel. Bagaimanapun juga, produksi berlebihan dari produk inflamasi seperti TNFdapat memberikan efek destruktif pada taste buds sebagaimana juga dialami oleh jaringan dan organ lainnya. Dalam taste buds, sebagai dampak peningkatan Tumor Necrosis Factor (TNF), terjadi penurunan jumlah sitokin anti-inflamasi, seperti Interleukin 10. Sebelumnya diketahui bahwa beberapa tipe sel imun dapat memproduksi Interleukin 10 termasuk tipe sel imun bawaan antara lain makrofag, monosit, sel dendritik dan neutrofil maupun pada tipe sel imuni dapatan seperti sel B dan beberapa subtipe sel. Interleukin 10 hanya diproduksi terbatas hanya pada sel tastebuds yang mengekspresi gustducin. Pada tastebuds circumvallata, gustducin utamanya di ko-ekspresi dengan reseptor rasa pahit.

Signaling parakrin dan autokrin memainkan peran yang sangat penting dalam regulasi tastebuds. Sitokin merupakan molekul sinyal yang berperan penting sebagai komunikasi antar sel organisme multiseluler. Sebagai sitokin proinflamasi, Tumor Necrosis Factor (TNF) dapat menginduksi apoptosis melalui ikatan dengan reseptornya dan mengaktivasi jalur kematian sel. Berkebalikan dengan Tumor Necrosis Factor (TNF), Interleukin 10 memiliki fungsi menekan ekspresi dari TNF dan faktor proinflamasi lainnya dan memicu terjadinya pertumbuhan dan survival sel. Mekanisme ini dipahami melalui ikatan spesifik dengan reseptor pada sel target melalui jalur autokrin maupun parakrin.

Sel pengecap yang mengekspresi T1R3 ditemukan sebagai sel target utama dari Interleukin 10, yaitu reseptor Interleukin 10 yang ditemukan pada permukaan selnya.Pola ekspresi dari reseptor Interleukin 10  menunjukkan sebuah jalur penting untuk sel pengecap rasa pahit (tastebuds tipe IIb) yang memproduksi IL-10 untuk meregulasi produksi TNF oleh sel pengecap manis dan umami yang mengekspresikan T1R3 (tastebuds tipe IIb). Reseptor dari Tumor Necrosis Factor (TNF-R) secara umum diekspresikan pada tastebuds tanpa mengkhususkan sel tertentu. Ini memungkinkan efek yang umum dari sel yang mengekspresikan T1R3 pada semua sel tastebuds melalui sinyal Tumor Necrosis Factor (TNF). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pada taste buds, Interleukin 10 dan Tumor Necrosis Factor (TNF) memberikan aksi antagonis pada berbagai situasi dan pola ekspresi sitokin, sehingga memberi pandangan bahwa Interleukin 10 dan Tumor Necrosis Factor (TNF) juga berperan dalam aspek komunikasi antar sel dalam taste buds.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa defisiensi Interleukin 10 memicu adanya defek struktural pada jaringan pengecap selama kurun waktu 3 hingga 6 bulan. Tastebuds pada circumvallata hewan coba menjadi lebih kecil dan lebih sedikit dalam kuantitas sel reseptor kecap secara signifikan, sehingga disimpulkan bahwa Interleukin 10 memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga struktur integritas dari taste buds.

Kesimpulannya dalam fungsi pengecap, interleukin 10 dan Tumor Necrosis Factor (TNF) memiliki fungsi homeostasis dalam proses inflamasi dan bersifat antagonis dalam perannya pada sistem inflamasi. Interleukin 10 berperan menjaga stabilitas dan integritas sel taste buds sedangkan Tumor Necrosis Factor (TNF) berfungsi sebagai aktifasi sinyal kematian sel. Kadar kortisol yang tinggi pada stress akut menyebabkan induksi sinyal inflamasi sehingga dapat merangsang sitokin proinflamasi termasuk Tumor Necrosis Factor (TNF) dan menekan produksi sitokin antiinflamasi termasuk Interleukin 10. Rangsangan ini menyebabkan struktur taste buds menurun dalam segi kualitas dan kuantitas sehingga dapat menurunkan sensasi rasa.

Penulis :Muhammad Dimas Aditya Ari., drg., MKes

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat di:

https://doi.10.35124/bca.2020.20.S1.2775  Ari, Muhammad Dimas Aditya;Sunariani, Jenny. (2020). The Role of Acute Stress on The Sensation and Taste Cells Structure Integrity Through Interleukin-10 and Tumor Necrosis Factor Signaling. Biochem. Cell. Arch. 2020; 20(1): 2775-2783. https://doi.10.35124/bca.2020.20.S1.2775

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).