Pengmas Dosen FKM Sosialisasikan Bahaya Rokok Elektronik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Penyampaian materi rokok elektronik oleh Desak Made Sintha Kurnia Dewi S.KM., M.Kes. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Pengabdian Masyarakat (Pengmas) merupakan salah satu tri dharma perguruan tinggi yang harus dilakukan.  Kali ini, pengmas dilakukan oleh dosen Prodi Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Banyuwangi dan beberapa Dosen Surabaya. Kegiatan tersebut mengambil tema besar kesehatan remaja di Kabupaten Banyuwangi. Sebelum terselenggara, kegiatan diawali dengan baseline survey pada total 7 SMP dan SMA di Kecamatan Licin dan Kecamatan Banyuwangi serta 1 SMP di Kecamatan Glagah sebagai lokasi uji validitas dan reliabilitas instrumen.

Penyampaian materi dalam Pengmas edukasi rokok elektronik atau e-cigarrete, diawali dengan pemaparan hasil survei.  Hasilnya menunjukkan 20.5% remaja pernah mencoba rokok elektronik. 3 hasil tertinggi alasan remaja mencoba rokok elektronik adalah 47% ingin mencoba hal baru, 17% ajakan teman dan 14% karena ada banyak rasa. 

Terkait pengetahuan, 31% remaja beranggapan bahwa rokok elektronik membuat penggunanya bebas risiko kesehatan, 76% remaja tidak tahu kandungan cairan rokok elektronik berasal dari tembakau. Selain itu, 16,5% remaja percaya menggunakan rokok elektronik akan terlihat keren, 43% setuju rokok elektronik bisa membantu seseorang berhenti merokok, 35% setuju rokok elektronik lebih aman.

Dalam pemaparanya, Desak Made Sintha Kurnia Dewi S.KM., M.Kes menjelaskan bahwasannya rokok konvensional dan elektronik memiliki bahaya yang sama, hanya saja terdapat varian rasa yang terkesan sehat.

“Cairannya rokok elektronik terdapat nikotin yang asalnya dari tembakau, tapi kadang-kadang rokok elektronik membujuk remaja dengan rasa-rasa menarik, seolah-olah sehat, seperti rasa stroberi, pisang, dan sebagainya,” jelasnya.

Lanjut berinteraksi dengan peserta, dosen yang akrab dipanggil Sintha menayakan beberapa pernyataan. Pernyataannya yaitu rokok elektronik lebih aman dibanding rokok biasa, rokok elektronik tidak membuat kecanduan, rokok elektronik membantu orang berhenti merokok dan rokok elektronik membuat remaja keren. Hal tersebut dianggap salah oleh peserta. Sintha juga turut menyetujuinya karena kedua jenis rokok tersebut mengandung nikotin yang dapat membuat kecanduan bagi penggunanya.

Pada akhir, ia memberi tips menghindari rokok elektronik. Tipsnya yaitu jauhi teman yang menggunakannya, yakin rokok elektronik bukan sarana pergaulan, tidak malu mengakui kita bukan perokok, cari informasi bahaya rokok elektronik, dan terakhir melakukan hal dan hobi positif.

“Materi tersebut penting dimiliki remaja, agar mereka dapat berpikir, memutuskan dengan baik kesehatan dan masa depannya kelak terkait menolak atau menghindari jebakan rokok elektronik yang menargetkan remaja sebagai calon pelanggan mereka dimasa depan,” jelasnya kepada UNAIR NEWS saat ditemui pada Kamis, (22/10).

Kegiatan Pengmas tersebut tak hanya berhenti dengan pemaparan materi, akan ada keberlanjutannya. Dimana akan diberikan media edukasi kepada peserta maupun sekolah sehingga dapat di sebarluaskan. Selain itu akan dipilih peserta yang aktif untuk nantinya dapat bergabung dalam kelompok siswa peduli bahaya rokok elektronik. Terakhir akan ada materi edukasi yang dapat diakses secara online melalui link https://youtu.be/11qlxGmZyhg sehingga dapat diakses seluruh lapisan masyarakat dan dapat digunakan untuk edukasi di tempat lain. (*)

Penulis : Rista Novianti

Editor  : Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).