hsCRP Dipengaruhi Oleh Lingkar Pinggang Remaja Obesitas

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi lingkar pinggang remaja obesitas. (Sumber: Detik Health)

Obesitas disebabkan oleh inflamasi kronik derajat rendah di dalam jaringan adiposa akibat produksi sitokin pro-inflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, TNF-α, resistin dan leptin. Hal ini menyebabkan stress oksidasi dan mempengaruhi fungsi sel sehingga menyebabkan kondisi sindrim metabolik, yaitu sejumlah faktor resiko kardiometabolik termasuk obesitas.

Sejumlah studi berkenaan antropometri banyak dilakukan dalam menggambarkan obesitas dan pengaruhnya terhadap marker metabolik sindrom dan marker pro-inflamasi, diantaranya indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang serta rasio lingar pinggang dan panggul atau disingkat WHR (waist to hip ratio). Namun demikian berbagai kontroversi muncul berkenaan kredibilitas studi antropometri terhadap marker resiko sindrom metabolik (HDL-c, trigliserida, tekanan darah, gula darah puasa), terutama komponen WHR.

Beberapa studi menunjukkan hubungan negatif antara kadar HDL-c, trigliserida, dan tekanan darah dengan pengukuran antropometri, diantaranya IMT, lingkar perut dan WHR. Beberapa juga menemukan kaitannya dengan gender, usia dan ras. Hal ini menunjukkan obesitas sentral sangat mempengaruhi marker sindrom metabolik, yang disebabkan oleh hipertrofi jaringan adiposa di perut “merusak” fungsi insulin yang menyebabkan kondisi resistensi insulin sebagai pemicu terjadinya diabetes tipe 2.

Peningkatan lingkar perut juga menyebabkan pelepasan adipokin pro-inflamasi yang memperparah kondisi resistensi insulin ini. Salah satunya hsCRP yang sangat berpotensi “merusak” pembuluh darah atau atherosclerosis dan menjadi penyebab penyakit jantung di kemudian hari akibat perivascular fibrosis dan kerusakan endothelium, serta mempengaruhi aktivasi reseptor insulin. hsCRP disintesis di dalam hepatosit sebagai respon tubuh terhadap peningkatan kadar IL-6 yang bersirkulasi dalam darah dan respon fase akut.

Peningkatan kadar hsCRP meningkatkan arteri carotid. Resiko ini meningkat seiring pertambahan lemak tubuh jika melebihi 20%, baik pada laki-laki maupun perempuan, karena meningkatkan produksi sitokin di dalam adiposa, yang ditandai peningkatan kadar TNF-α dan hsCRP. Kadar hsCRP lebih dari 3 mg/L dikatakan mengalami peningkatan dan harus mendapatkan medikasi statin. Namun meski kadar hsCRP >2 mg/L jika kadar LDL-c lebih dari 130 mg/dl, statin perlu diberikan untuk pencegahan penyakit kardiovaskuler.

Pada obesitas kadarnya meningkat, terutama yang disertai sindrom metabolik karena berkorelasi positif dengan resistensi insulin. Kadar hsCRP yang terkategorikan tinggi (elevated hsCRP, jika kadar > 3 mg/L) meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler 3-kali lipat. AHA/CDC (American Heart Association/Centres for Disease Control) mengklasifikasikan marker inflamasi penyakit jantung perdasarkan kadar hsCRP menjadi 3 kelompok, yaitu <1 mg/L dikatakan rendah, 1-3 mg/L menegah dan > 3 mg/L dikategorikan sebagai kelompok beresiko tinggi mengalami penyakit jantung.

Keterlibatan hsCRP terhadap perkembangan atherosklerosisi dimulai ketika molekul hsCRP meningkat akibat peningkatan jumlah monosit di dalam plak atheromatosus menginduksi disfungsi endotel akibat pelepasan nitric oxide. Selain itu peningkatan hsCRP juga meningkatkan ekspresi vascular endothelial plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) dan molekul adhesi lainnya sehingga menghalangi pengambilan LDL oleh makrofag

TNF-α juga mengalami peningkatan pada remaja obesitas dan dipengaruhi oleh IMT, meskipun belum terbukti di studi yang telah dilakukan, karena kerjanya melalui transmembrane, sehingga kadarnya di dalam sirkulasi darah tidak dapat dideteksi atau meningkat sedikit. Peningkatan sitokin inflamasi seperti TNF-α menyebabkan pelepasan IL-6 sebagai “pembawa pesan” atau messenger yang selanjutnya berikatan dengan reseptornya di dalam hepatosit. Karena ikatan in, sel hepatosit merespon dengan memproduksi, mensekresi dan melepaskan CRP, sehingga kadar hsCRP berkorelasi dengan kadar TNF-α.

Dari pemaparan di atas pengukuran lingkar pinggang lebih dari 71.7 cm untuk perempuan dan lebih dari 76.8 pada remaja obesitas perlu diwaspadai, karena kemungkinan terjadi peningkatan kadar hsCRP lebih dari 3 mg/L, meskipun kadar TNF-α tidak terbukti berhubungan dengan pengukuran lingkar pinggang maupun pengukuran antropometri lainnya.

Penulis: Roedi Irawan

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link jurnal berikut ini:

http://chimie-biologie.ubm.ro/carpathian_journal/Vol_11(5)_2019.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).