Uji Toksisitas Ekstrak Meniran sebagai Obat Kumur pada Kultur Sel Fibroblast

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Meniran. (Sumber: sehatq)

Di Indonesia pengobatan tradisional masih banyak digunakan. Tanaman meniran mengandung antijamur senyawa seperti flavonoid, saponin, dan tanin Tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) juga bisa digunakan sebagai fasilitator urin dan obat sariawan (stomatitis) seperti disampaiakn dalam majalah Trubus.

Ekstrak tumbuhan meniran mengandung senyawa aktif termasuk flavonoid pada 4,91%, Saponin 3,88%, dan tanin 3,05% dan Polifenol sebesar 4,71%. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan ekstrak Meniran (Phyllanthus niruri L.) dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%, dan 40% dalam setiap perlakuan dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans.

Masalah utama bagi pengguna gigi tiruan adalah denture stomatitis yang disebabkan oleh Candida albicans yang pada akeadaan patogen dapat melepaskan endotoksin yang merusak mukosa mulut. Tanaman meniran mengandung senyawa antijamur yang dapat digunakan sebagai obat kumur alternatif bagi pengguna gigi tiruan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toksisitas ekstrak tumbuhan Meniran sebagai bahan obat kumur gigi palsu terhadap kultur sel fibroblast gingiva. Berdasarkan latar belakang di atas, maka agar dapat dikembangkan menjadi bahan dasar obat kumur, perlu dilakukan uji toksisitas dari bahan ekstrak Meniran terhadap sel fibroblas secara in vitro.

Metode kultur sel adalah metode yang sering digunakan untuk menguji efek biologis pada tingkat awal bahan yang akan digunakan dalam kedokteran gigi untuk menentukan toksisitas dan efek dari suatu bahan yang akan digunakan.

Digunakan sel fibroblast untuk metode kulturnya, karena mudah dibiakkan, memiliki kemampuan untuk tumbuh  yang tinggi dan cepat melakukan regenerasi.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Pada kelompok kontrol ditempatkan sel fibroblas saja, sedangkan pada kelompok perlakuan pada sel fibroblas yang ada ditambahkan ekstrak tanaman Meniran. Semua sampel diinkubasi dalam media selama 24 jam. Sampel kemudian diberi bahan MTT  dan diinkubasi lagi selama 4 jam. Kultur sel pada plate kemudian dibaca dengan menggunakan ELISA reader.

Hasil dianalisis menggunakan Kruskal-Wallis dan HSD-Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol  dan kelompok perlakuan. Hasil pengobatan dengan pemberian ekstrak Meniran sebesar 40%, 20%, 10%, dan 5% pada masing-masing kelompok perlakuan menunjukkan prosentase sel hidup, yaitu 61,1%, 67,3%, 73,6%, 78,1%. Ekstrak tumbuhan meniran tidak beracun dan dapat mengurangi jumlah Candida albicans yang berlebihan.

Kesimpulannya ekstrak tumbuhan meniran (Phyllantus niruri) dengan konsentrasi 5% – 40% tidak beracun sebagai obat kumur untuk pengguna gigi palsu.

Penulis : Michael Josef Kridanto Kamadjaja dan Sofi Choirum Muzamil

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat di: https://www.ejobios.org/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).