Kondisi Tulang Rahang dapat Menurunkan Akurasi Pemasangan Implan Gigi dengan Panduan Komputer

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang kedokteran gigi, perawatan implan gigi berbasis komputer yang dipadukan dengan pencitraan radiografi tiga dimensi (3D) sangat mungkin dilakukan. Suatu alat panduan untuk pemasangan implan dapat diciptakan dengan bantuan perangkat lunak dan teknologi 3D printing sehingga dokter gigi dapat dengan mudah mentransfer posisi implan yang ideal ke dalam mulut pasien. Pemasangan implan gigi dengan panduan komputer memiliki berbagai macam keuntungan jika dibandingan dengan pemasangan implan konvensional, antara lain, dapat mempendek durasi operasi dan meningkatkan kenyamanan pasien saat proses operasi. Hal ini membuat metode ini mulai banyak dilakukan oleh dokter gigi.

Namun, adanya permasalahan akurasi menjadi hal yang harus diperhatikan. Hal ini dapat disebabkan metode ini memerlukan proses yang cukup panjang mulai perencanaan, proses pembuatan alat panduan, sampai proses operasi pemasangan implan. Kesalahan sangat mungkin terjadi pada salah satu proses tersebut. Sehingga dapat menyebabkan adanya pergeseran posisi pemasangan implan bila dibandingkan dengan posisi implan yang sudah direncanakan. Tingkat pergeseran posisi implan merupakan akumulasi dari setiap kesalahan pada pemasangan implan gigi berbasis komputer, baik dari kesalahan manusia maupun teknis. Karena itu, berbagai macam faktor perlu diperhatikan dan adanya kesalahan yang menyebabkan pergeseran posisi perlu diminimalkan agar tidak terjadi komplikasi medis yang merugikan pasien.

Kondisi tulang pada area pemasangan implan gigi menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan saat perencanaan perawatan. Tulang rahang memiliki bentuk dan karakteristik yang berbeda pada tiap individu. Bahkan kondisi tulang dapat berbeda berdasar lokasinya di dalam rongga mulut. Sebagai contoh, kondisi tulang pada rahang bawah memiliki kepadatan tulang yang lebih tinggi jika dibandingkan tulang pada rahang atas. Hal ini dapat memengaruhi keberhasilan perawatan implan gigi karena tulang rahang merupakan jaringan keras pendukung implan gigi yang menggantikan fungsi gigi asli di dalam rongga mulut pasien. Didukung dengan teknologi pencitraan radiografi 3D, evaluasi kondisi tulang dapat dilakukan untuk menentukan posisi, jumlah, dan tipe implan yang akan dipakai.

Pemilihan implan sangat bergantung pada bagaimana kondisi tulang pada pasien dan juga faktor lainnya. Perencanaan posisi implan yang ideal pada setiap pasien perlu ditentukan sebelum operasi dijalankan dengan memperhatikan banyak faktor, sehingga hasil perawatan menjadi lebih optimal.

Penelitian yang dilakukan pada 47 buah implan gigi yang dipasang di rahang bawah mengevaluasi bagaimana kondisi tulang dapat mempengaruhi tingkat akurasi pemasangan implan gigi dengan panduan komputer. Dengan menggunakan suatu perangkat lunak, peneliti mengukur kepadatan, ketebalan dan kekerasan tulang alveolar, serta mengevaluasi bagaimana kondisi tulang tersebut dapat berpengaruh pada tingkat akurasi pemasangan implan.

Dari hasil evaluasi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kepadatan dan ketebalan tulang yang rendah dapat menurunkan tingkat akurasi pemasangan implan gigi dengan panduan komputer. Hal ini tidak terlepas dari rentannya pergeseran implan saat proses pengeboran ke dalam tulang dengan kepadatan yang rendah.  Selain itu, ketebalan tulang rahang yang tidak ideal dapat memperparah pergeseran posisi implan gigi di dalam rongga mulut. Karena itu, kondisi tulang perlu dicermati pada saat merencanakan perawatan karena kualitas dan kuantitas tulang yang berbeda pada tiap individu.

Meskipun metode pemasangan implan gigi berbasis komputer memiliki berbagai macam keuntungan dibanding metode konvensional, tapi dokter gigi tetap harus melakukan perencanaan dengan matang agar mendapatkan hasil perawatan yang optimal. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi komplikasi yang dapat merugikan pasien. Peningkatan pemahaman tentang faktor resiko yang dapat menurunkan tingkat akurasi pemasangan implan gigi juga perlu dilakukan karena operasi implan gigi bebasis komputer memerlukan proses yang panjang dan rentan terhadap kesalahan. Selain itu, evaluasi kondisi tulang perlu dilakukan dengan teliti pada saat proses perencanaan perawatan sehingga dapat mendukung proses berjalannya operasi pemasangan implan gigi. Kondisi tulang yang variatif pada pasien perlu menjadi bahan pertimbangan karena perawatannya pun akan menyesuaikan kondisi pasien tersebut.

Penulis: Ramadhan Hardani Putra

Informasi detail dapat diakses pada tautan berikut :

https://journalimplantdent.springeropen.com/articles/10.1186/s40729-020-00249-z

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).