Guru Besar Ilmu Sejarah Perkotaan UNAIR Ulas Kebijakan Kolonial dalam Penanganan Pandemi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Dr. Purnawan Basundoro, M.Hum., Guru Besar Ilmu Sejarah Perkotaan UNAIR saat menyampaikan orasi. (Foto: M. Alif Fauzan)

UNAIR NEWS – Prof. Dr. Purnawan Basundoro, M.Hum., resmi dikukuhkan oleh Rektor Universitas Airlangga menjadi guru besar bidang Ilmu Sejarah Perkotaan. Prof. Purnawan menjadi gubes pertama bidang Ilmu Sejarah Perkotaan dan sekaligus menjadi gubes aktif ketiga Fakultas Ilmu Budaya. Pengukuhan yang berlangsung di Aula Garuda Mukti Kampus C UNAIR pada Rabu (14/10/2020), dihadiri oleh jajaran pimpinan di lingkungan UNAIR.

Orasi ilmiah yang disampaikan oleh Prof. Purnawan berjudul “Mengelola Ruang Pada Masa Pandemi: Sebuah Perspektif Sejarah Perkotaan”. Menurutnya, sejarah memiliki peran penting dalam tata cara pengelolaan kehidupan masyarakat. Hal itu dipertegas oleh Ir. Soekarno dengan jargonnya “jangan sesekali melupakan sejarah”.

“Sejarah adalah guru kehidupan, dari sana kita dapat belajar banyak hal, mengevaluasi, mengambil nilai positifnya, dan memperbaiki yang kurang di masa mendatang,” jelas Dosen Ilmu Sejarah itu.

Prof. Purnawan menyoroti bahwa dengan berlangsungnya pandemi Covid-19 telah memengaruhi banyak hal, terlebih mobilitas massa di kota-kota besar. Hal itu, tandasnya, juga disebabkan oleh kondisi perkotaan yang menjadi sentral peradaban. Daerah-daerah seperti kabupaten, sambung Prof. Purnawan, memiliki penduduk yang dominan lebih sedikit dari perkotaan besar. Oleh karena itu, persebaran di daerah dapat lebih mudah dikendalikan.

“Hal tersebut tentu berbeda dengan kondisi perkotaan yang sangat padat penduduk,” tandasnya.

Dalam perspektif sejarah, gubes kelahiran Banjarnegara itu menegaskan bahwa pandemi ataupun wabah dapat dikendalikan dengan membuat kebijakan efektif yang tegas. Contohnya seperti membatasi ruang gerak dan keluar masuk massa dari tempat yang berpotensi membawa laju penyakit.

Meniru dari kebijakan kolonial

Paparan selanjutnya, gubes yang juga Dekan FIB itu menjelaskan bahwa pandemi di dunia tidak hanya terjadi sekali saja, namun sebelumnya juga pernah terjadi, seperti flu Spanyol dan pes. Saat itu, pemerintah Hindia-Belanda mengambil kebijakan tegas untuk menekan persebarannya.

“Surabaya dan Banjarmasin diduga kuat sebagai kota pertama yang dihinggapi flu spanyol dan menjadi tempat persebarannya. Percepatan penyebaran penyakit terjadi melalui jaringan transportasi dan pasar. Dua titik tersebut merupakan tempat berkumpulnya massa dan berpotensi menularkan penyakit antar manusia,” ungkap profesor kelahiran 27 Mei 1971 tersebut.

Perbaikan ruang publik

Pada akhir orasi pidato, mantan Direktur SDM UNAIR itu mengulas perihal pendapat Freek Colombijn. Seorang sejarawan Belanda yang mengemukakan bahwa proyek kampong verbetering kemudian dijalankan di berbagai kota besar, seperti Medan, Semarang, Bandung, Surabaya. Hunian diperbaiki secara total, seperti perumahan, akses jalan, hingga saluran pembuangan air. Hal itu dilakukan sebagai upaya menghalau tikus yang menjadi sumber penyakit pes.

Setelah 10 tahun berjalan, lanjutnya, proyek tersebut berhasil memperbaiki ribuan kampung di kota-kota besar, serta berhasil memperbaiki 1,3 juta rumah penduduk bumiputra menjadi rumah sehat. Keberhasilan inovasi M.H Thamrin tersebut patut dicontoh dan diambil nilai positifnya untuk saat ini.

Hal tersebut, lanjut Prof. Purnawan, penting dilakukan saat ini mengingat penyebaran Covid-19 terjadi bersamaan dengan mobilitas manusia. Selain itu, perlu adanya upaya mengubah sebagian besar ruang publik perkotaan dimana manusia harus dipaksa untuk saling berjarak yang cukup melalui struktur ruang.

 “Dengan struktur ruang kota yang memungkinkan antar manusia tidak bertemu dalam jarak yang terlalu dekat, maka penularan virus bisa dikendalikan dan peraturan dapat dijalankan dengan baik,” pungkasnya.(*)

Penulis: Muhammad Wildan Suyuti

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).