Peran Suami Merawat Istri dengan Masalah Preeklamsia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh DocPlayer.Info

Banyak perempuan hamil mengalami preeklamsia yang menyebabkan mereka menghadapi berbagai masalah fisik maupun psikologis selama kehamilan. Preeklamsia sendiri adalah peningkatan tekanan darah pada masa kehamilan. Preeklamsia menimbulkan tekanan darah ibu hamil melebihi 140/90 mmHg, terjadi kebocoran protein pada urin, dan gejala penyerta lain seperti bengkak pada tungkai yang tidak hilang dengan istirahat, nyeri kepala menetap, dan terganggunya penglihatan. 

Permasalahan yang terjadi akibat preeklamsia tidak hanya berhenti pada masa kehamilan, namun juga pada saat persalinan dan nifas. Ibu dengan preeklamsia, sangat mungkin terjadi persalinan premature, persalinan lama dan perdarahan. Bayi baru lahir dari ibu preeklamsia juga bisa terjadi asfiksia, kelainan kongenital dan berat lahir rendah. Potensial permasalahan ini jika tidak diantisipasi dan tidak didukung dengan support system yang baik maka akan meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. 

Perempuan dalam masa kehamilan membutuhkan banyak dukungan sosial, terutama dari pasangan, namun beberapa studi menunjukkan bahwa keterlibatan suami dalam mempersiapkan kehamilan dan persalinan masih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari dkk pada suami menunjukkan bahwa sebagian besar mempunyai pengetahuan yang kurang tentang preeklamsia terutama tanda dan faktor resiko preeklamsia. Mayoritas suami menampilkan peran di tingkat sedang dalam merawat istri dengan preeklamsia. Suami yang berpengetahuan kurang cenderung berperan rendah dalam merawat istri dengan preeklamsia. Peran yang ditampilkan oleh suami antara lain adalah mengantarkan kunjungan antenatal, memotivasi istri mengurangi konsumsi garam dan aktivitas berat. Meskipun begitu lebih dari lima puluh persen suami tidak membantu istri mengerjakan pekerjaan rumah tangga, menghindari merokok selama di rumah, dan mencari informasi terkait preeklamsia. Hal ini menunjukkan bahwa suami perlu meningkatkan peran mereka dalam merawat istri yang mengalami preeklamsia. 

Penulis: Tiyas Kusumaningrum, S.Kep., Ns., M.Kes

Informasi detil dari tulisan ini dapat dilihat pada tulisan kami di: Jurnal Enfermeria Clinica Vol 30(S5) 2020 halaman 161—163 

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1130862120300772?via%3Dihub

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).