Hadirkan AP5I, Akuakultur UNAIR Banyuwangi Bahas Daya Saing Produk Perikanan di Tengah Pandemi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
SEMNAS Virtual Akuakultur PSDKU Bahas Akselerasi Daya Saing Sektor Perikanan Diera pandemi Covid-19. (Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS –Daya saing produk adalah salah satu isu penting untuk dibahas mengingat dampak nyata adanya pandemi Covid-19 yang mengancam semua sektor tak terkecuali perikanan. Menanggapi hal tersebut, Program Studi Akuakultur PSDKU UNAIR di Banyuwangi mengadakan Seminar Nasional (SEMNAS) dan Call of Paper pada Rabu (07/10). Menghadirkan ketua umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo, SEMNAS Virtual tersebut bahas Akselerasi Daya Saing Sektor Perikanan Diera pandemi Covid-19.

Budhi Wibowo pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa dalam ekspetasinya, Indonesia yang memiliki laut begitu luas harusnya bisa terdepan dalam produksi perikanan dunia. Namun faktanya kita masih berada dibawah negara yang memiliki luas laut terbatas seperti Taiwan dan Jepang. Menurutnya, beberapa regulasi pemerintah pusat yang terlalu menghambat sektor budidaya dan perikanan tangkap membuat industri perikanan Indonesia berjalan lambat karena kekurangan bahan baku perikanan.

“Beberapa peraturan dari pusat yang menghambat sektor akuakultur dan perikanan tangkap membuat utilitas bahan baku perikanan kita hanya sekitar 60% sehingga industri pengolahan perikanan terhambat bahan baku,” ungkapnya.

Oleh karena itu, sambungnya, daya saing industri perikanan Indonesia kalah di pasar internasional karena bahan baku yang jauh lebih mahal jika dibandingkan negara-negara pesaing seperti India dan Vietnam. Melanjutkan pembicaraanya, Budi menjelaskan produk industri perikanan sektor retail khususnya, memiliki prospek yang bagus meski ditengah pandemi. Saat food service seperti hotel dan restaurant anjlok hingga 80% produk perikanan retail justru tumbuh hingga 30%. Hal tersebut terjadi karena permintaan makanan siap saji dan siap masak meningkat dimasa pandemi.

“Karena pandemi, permintaan pasar terhadap produk ready to eat & ready to cook meningkat sehingga sektor retail terjadi peningkatan dibanding food service yang terjun bebas,” jelasnya.

Oleh karena itu, sambungnya, untuk ke depan anggota AP5I saya dorong untuk mentransformasi yang awalnya menjual raw material menjadi produk olahan karena selain lebih ekonomis, kualitas juga bisa terjaga dan tahan lama.

Mengakhiri pembicaraanya, Budhi mengungkapkan bahwa masih ada banyak tantangan untuk meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia. Salah satunya adalah infrastruktur sektor distribusi logistik yang menurutnya masih sangat kurang dan terlalu terfragmentasi sehingga persebaran produk retail seperti ikan beku dan makanan olahan UMKM menjadi terbatas. Oleh karena itu ia mengajak semua pihak termasuk mahasiswa untuk bersama memecahkan masalah ini sehingga industri pengolahan perikanan Indonesia bisa maju dan mampu bersaing dipasar internasional.

“Salah satu masalah saat ini adalah distribusi logistik yang masih lambat dan terfragmentasi, sehingga olahan retail yang potensial sebaranya hanya sebatas dalam kota,” ungkapnya. “Jadi mari, kita bersama-sama bersinergi untuk memecahkan masalah ini sehingga produk perikanan kita bisa bersaing dipasar global,” pungkasnya.

Penulis: Ivan Syahrial Abidin

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).