Diversifikasi vs Fokus, Mana yang Efektif untuk Meningkatkan Nilai Perusahaan?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Jurnal.id

Ketika perusahaan mengalami stagnasi, manajer akan berusaha mencari sumber-sumber pertumbuhan baru untuk mempertahankan pertumbuhan. Pada kondisi ini perusahaan dihadapkan pada dua pilihan, tetap fokus pada bidang inti atau mencoba masuk pada lini bisnis baru yang berbeda dengan bisnis awal perusahaan ketika berdiri.

Pada praktik bisnis nyata, banyak kisah sukses dari penerapan diversifikasi, diantaranya adalah Nokia dan Virgin, namun tidak sedikit juga yang gagal seperti kasus Lego atau Columbia Pictures yang dibeli oleh Coca Cola. Di Indonesia banyak perusahaan yang menggunakan strategi diversifikasi yang kemudian terus berkembang menjadi perusahaan konglomerasi seperti CT. Corps, Astra International, Grup Djarum dan masih banyak lagi.

Tetapi, hasil dari diversifikasi tidak selalu sesuai dengan harapan. Diversifikasi tetap merupakan strategi berisiko tinggi yang tidak dapat diprediksi, terutama untuk bisnis pemula. Namun demikian, jika strategi yang tepat diterapkan, baik diversifikasi maupun fokus dapat menyeimbangkan yang lain dan meningkatkan manfaat dari masing-masing strategi bagi organisasi. Ada baiknya untuk berpikir di luar skenario, salah satu atau melihat kombinasi keduanya.

Banyak studi empiris yang menunjukkan adanya hasil yang meragukan asumsi bahwa strategi diversifikasi selalu berdampak positif terhadap kinerja. Karena berbagai studi empiris justru menunjukkan hasil yang berbeda atau berlawanan satu dengan yang lain.

Hasil yang beraneka ragam tersebut memunculkan dugaan bahwa efektivitas strategi diversifikasi yang dijalankan perusahaan dalam meningkatkan kinerja tergantung pada faktor lain yang dimiliki perusahaan pada saat mengimplementasikan strategi diversifikasi tersebut. Salah satu faktor yang diduga kuat menjadi penentu adalah peluang pertumbuhan perusahaan (growth opportunity) yang dimiliki perusahaan pada saat menjalankan strategi diversifikasi.

Perusahaan melakukan strategi diversifikasi dengan membuka lini bisnis baru salah satunya dilatarbelakangi oleh pertumbuhan yang rendah, sehingga perusahaan berusaha mencari sumber pertumbuhan baru melalui strategi diversifikasi. Jika strategi tersebut tepat, maka revenue dan pertumbuhan akan meningkat dan kinerja keuangan maupun kinerja pasar perusahaan akan naik.

Penelitian terbaru yang dilakukan pada perusahaan manufaktur yang listing pada bursa efek Indonesia antara tahun 2014 sampai dengan 2018 menambah pemahaman kita tentang strategi diversifikasi di Indonesia. Penelitian tersebut melihat keterkaitan antara strategi diversifikasi, nilai perusahaan, dan potensi pertumbuhan yang dimiliki perusahaan. Hasil studi menunjukkan bahwa strategi diversifikasi dan nilai perusahaan memliki pengaruh yang tidak linear yaitu berbentuk seperti kurva U. Hal ini berarti pada fase awal implementasi diversifikasi perusahaan, biaya dan risiko yang timbul lebih besar daripada manfaat yang dihasilkan dari strategi ini. Ketika perusahaan baru memasuki tahap awal diversifikasi maka kompleksits organisasi mulai muncul. Perusahaan yang awalnya telah menguasai dan memahami sepenuhnya seluk beluk basis awal bisnisnya, dengan masuknya pada lini bisnis baru, maka diperlukan waktu untuk belajar dan menyesuaikan diri dengan seluk beluk industri baru tersebut, sehingga biaya lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Namun seiring berjalannya waktu, ketika perusahaan telah memimiliki berbagai jenis lini bisnis, manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarga oleh perusahaan. Inilah yang menjelaskan kenapa pada fase awal diversifikasi berpengaruh negatif dan berubah menjadi positif setelah melewati level tertentu.

Lebih jauh lagi, jika melihat bagaimana peluang pertumbuhan perusahaan berperan dalam memediasi pengaruh strategi diversifikasi terhadap nilai perusahaan, penelitian ini mengkonfirmasinya. Ditemukan bahwa peluang pertumbuhan memediasi secara penuh pengaruh

Temuan penelitian ini memberikan beberapa implikasi menarik bagi perusahaan dan investor. Yaitu dengan adanya bukti empiris bahwa terdapat hubungan yang berbentuk U antara diversifikasi dan peluang pertumbuhan serta hubungan antara diversifikasi dan nilai perusahaan. Maka, perusahaan yang sedang mempertimbangkan untuk menerapkan strategi diversifikasi harus mencari tingkat diversifikasi yang optimal untuk mendapatkan premi diversifikasi. Selain itu, karena peran peluang pertumbuhan yang signifikan dalam menentukan efektivitas strategi ini, manajer harus mengamati peluang terbaik yang tersedia untuk perusahaan sebelum melakukan strategi diversifikasi. Bagi calon investor, mereka perlu mencermati peluang pertumbuhan yang tersedia sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi di perusahaan yang terdiversifikasi.

Penulis: Rahmat Heru

Informasi lengkap dari artikel ini dapat diakses melalui link berikut: https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/JABES-08-2019-0075/full/html

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).