Kejadian MRSA pada Susu Sapi Perah dan Produk Susu

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Sains.kompas.com

Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah strain bakteri patogen pada manusia dan hewan yang dapat menyebabkan infeksi ringan hingga parah dan bahkan dapat menyebabkan kasus kematian di seluruh dunia. Epidemiologi kejadian infeksi ini juga sangat beragam, mengingat kemungkinan terjadinya pertukaran strain MRSA antara manusia dan hewan atau sebaliknya. Baru-baru ini, deteksi MRSA pada bahan makanan yang berasal dari hewan telah banyak dilaporkan dan telah meningkatkan kekhawatiran publik tentang penularan MRSA dari bahan makanan yang berasal dari hewan ke manusia. Berbagai jenis bahan makanan asal hewan telah dipelajari untuk menentukan sumber penularan MRSA, seperti daging sapi, ayam, babi, susu sapi perah, susu domba, dan produk susu. Diketahui secara luas bahwa Staphylococcus aureus, terutama Staphylococcus aureus yang resisten methicillin (MRSA) merupakan penyebab utama kasus mastitis pada sapi perah, bahkan MRSA juga dapat dideteksi pada sapi sehat.

Selama proses pemerahan pada sapi perah, khususnya pada sapi perah dengan mastitis subklinis, strain MRSA ini dapat muncul dari puting susu sapi perah hingga mencemari susu tanpa adanya perubahan organoleptik pada susu, sehingga memungkinkan strain MRSA ini dengan mudah menyebar ke proses pengolahan susu. Ada banyak laporan infeksi MRSA yang berasal dari susu, produk susu, dan penularan MRSA antara peternak yang bekerja di kandang perah dan orang yang bekerja di industri susu.

Penularan MRSA dapat bersifat zoonosis, melibatkan kontak langsung dari hewan ke manusia atau sebaliknya, pemrosesan produk susu, dan kontak dengan kontaminan lingkungan. Kasus penyakit penularan MRSA telah menjadi masalah serius bagi peternakan sapi perah dan industri susu.

Manajemen peternakan yang buruk dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat meningkatkan kejadian MRSA dalam susu sapi. Penelitian sebelumnya telah melaporkan kasus infeksi MRSA yang berhubungan dengan rumah sakit (Rumah sakit memperoleh Methicillin-resistant Staphylococcus aureus/HA-MRSA) dan Infeksi Staphylococcus aureus (CA-MRSA) yang resistan terhadap Methicillin dari komunitas. Studi terbaru telah menemukan kelompok MRSA lain, yaitu MRSA yang terkait dengan ternak (LA-MRSA). Kolonisasi LA-MRSA pada sapi perah telah terbukti menjadi faktor risiko bagi dokter hewan, peternak, karyawan industri pengolahan susu, dan mereka yang berhubungan dekat dengan sapi perah.

Infeksi LA-MRSA pada manusia, yang berasal dari susu dan produk susu, dapat mencakup infeksi kulit dan jaringan lunak mulai dari yang ringan hingga yang parah. Ekspresi Staphylococcus aureus yang resisten terhadap methicillin dapat mempersulit pengobatan antibiotik. Prevalensi LA-MRSA perlu dilakukan sejak awal sebelum penularan makanan dari hewan ke manusia pada akhirnya dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia. Studi tentang penyebaran MRSA yang bersumber dari bahan makanan hewani seperti susu dan produk susu dapat membatasi ancaman kasus infeksi MRSA terhadap kesehatan manusia.

Kajian ini menjelaskan tentang Methicillin-resistant Staphylococcus aureus secara umum, MRSA dalam bahan makanan asal hewan, MRSA dalam susu, MRSA dalam produk susu, epidemiologi MRSA dalam susu dan produk susu, transmisi penularan MRSA dari susu dan produk susu, faktor risiko. penularan MRSA yang berasal dari susu dan produk susu, akibatnya bagi kesehatan masyarakat, pengobatan kasus keracunan MRSA yang berasal dari susu dan produk susu, serta pencegahan keracunan MRSA dari susu dan produk susu.

Meningkatnya kasus keracunan susu dan produk susu akibat strain MRSA memerlukan kewaspadaan yang tepat. Tindakan pencegahan ini harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi di seluruh pemrosesan makanan, rantai produksi dan persiapan. Mematuhi praktik kebersihan yang baik selama pemerahan, pemrosesan, dan penanganan susu dapat secara signifikan meminimalkan kontaminasi susu dan produk susu. Peningkatan kewaspadaan dalam menjaga kebersihan harus dilakukan oleh setiap orang dalam penyiapan dan pengolahan susu sapi perah agar kualitas keamanan susu dan produk susu dapat terjaga. Susu juga harus dipanaskan dengan benar untuk membuatnya aman dikonsumsi.

Hasil analisis kebutuhan pertumbuhan baru-baru ini mengungkapkan bahwa Staphylococcus aureus dan MRSA dapat tumbuh pada aktivitas air 0,867 dan pada suhu serendah 8°C. Oleh karena itu, perlu adanya penyuluhan kepada para pekerja industri, peternak dan masyarakat umum mengenai bahaya kontaminasi MRSA pada susu dan produk susu. Banyak juga kasus keracunan susu oleh Staphylococcus aureus dan MRSA karena susu dibiarkan pada suhu ruangan terlalu lama, misalnya pada saat piknik atau jamuan makan besar, sehingga dengan agenda memberikan Staphylococcus aureus dan MRSA untuk mengembangkan dan memproduksi Staphylococcal enterotoxin (SE ).

Risiko kesehatan manusia terkait dengan konsumsi susu yang tidak dipasteurisasi dan produk susu. Akan tetapi, enterotoksin stafilokokus yang dihasilkan dari MRSA sangat tahan terhadap pemanasan dan pasteurisasi, memanaskan susu selama satu jam dapat mengurangi jumlah racun, tetapi hanya dengan autoklaf pada 15 psi selama 20 menit dapat sepenuhnya menghancurkan toksin. Susu yang sudah disterilkan masih membutuhkan pendinginan pada suhu 0-4°C agar nantinya susu tersebut dapat diolah lebih lanjut. Karena MRSA diketahui tumbuh dengan baik pada media garam, ada risiko yang lebih tinggi untuk kontaminasi MRSA pada keju asin rumahan.

Susu dan produk susu merupakan kendaraan potensial penularan MRSA bila dikonsumsi oleh manusia. Hubungan antara sifat multidrug-resistance dari MRSA dan sifat enterotoksigenik menghadirkan risiko kesehatan masyarakat yang serius, karena enterotoksin dapat ditemukan dalam susu dan produk susu yang terkontaminasi MRSA. Pemantauan higiene dalam pengolahan dan penanganan susu perlu dilakukan secara terus menerus agar diperoleh kualitas susu dan produk susu yang higienis dan aman untuk dikonsumsi. Untuk itu, penerapan good manufacturing practices dan hazard analysis critical control point (HACCP) sangat penting untuk menjamin kualitas dan keamanan susu dan produk susu.

Penulis: Dr. Mustofa Helmi Effendi, drh., DTAPH

Informasi detail dari kajian ini dapat dilihat pada tulisan kami di: http://www.sysrevpharm.org//fulltext/196-1598622077.pdf?1598750936

Khairullah, AR, Sudjarwo, SA, Effendi, MH, Harijani, N, Tyasningsih, W, Rahmahani, J, Permatasari, DA, Ramandinianto, SC, Widodo, A, Riwu, KHP. A Review of Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) on Milk and Milk Products: Public Health Importance. Sys Rev Pharm 2020;11(8): 59-69

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).