HBEGF Penanda Gangguan Reseptifitas Endometrium Akibat Stres Kronis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Reseptifitas endometrium adalah keadaan fisiologis di mana endometrium memperoleh fenotip adesif yang memungkinkan implantasi embrio dan terjadi pada hari ke 19 sampai 21 dari siklus menstruasi dan 7 hari setelah lonjakan Luteinizing Hormone (LH) yang dikenal sebagai jendela implantasi pada fase mid-secretory dari siklus menstruasi. Implantasi hanya bisa terjadi saat endometrium berada pada fase reseptif. Reseptifitas endometrium memiliki peran sebesar 60% terhadap kejadian kegagalan implantasi.

Sebanyak 30% infertilitas sekunder pada perempuan diakibatkan oleh kegagalan implantasi dan gangguan reseptifitas endometrium menjadi salah satunya. Gangguan reseptifitas endometrium dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti adanya gangguan pada aksis Hipotalamus–Pituitari–Gonad (HPG) akibat aktivasi aksis Hipotalamus–Pituitary–Adrenal (HPA) oleh stres. Gangguan reseptifitas endometrium dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti adanya gangguan pada aksis Hipotalamus–Pituitari–Gonad (HPG) akibat aktivasi aksis Hipotalamus–Pituitary–Adrenal (HPA) oleh stres.

Salah satu biomarker yang turut berperan dalam menentukan reseptifitas endometrium adalah HBEFG. Heparin Binding Epidermal Growth Factor (HBEFG) termasuk dalam famili Epidermal Growth Factor (EGF) diperlukan untuk desidualisasi normal sel-sel stroma endometrium untuk mencapai keadaan reseptif dalam endometrium dan untuk inisiasi implantasi. HBEFG telah diidentifikasi sebagai mediator awal interaksi embrio-uterin selama implantasi dan diekspresikan baik dalam blastokista dan di dalam endometrium selama implantasi serta berperan dalam menstimulasi perkembangan embrio pada saat hatching.

Tingginya hormon kortisol akibat stres kronis memicu gangguan homeostasis di endometrium oleh karena terhambatnya pembentukan hormon progesteron yang berakibat menurunnya kadar HBEFG.  Ketika kadar HBEFG menurun akibat adanya stres kronis maka jumlah reseptor ErbB4 dan HBEFG matur yang dilepaskan di endometrium akan menurun. ErbB4 memiliki peran yang penting dalam menstimulasi implantasi blastosit. ErbB4 pada endometrium akan berkomunikasi secara jukstakrin dengan ErbB1 yang terdapat pada blastosit. Komunikasi kedua reseptor ini merupakan kunci penting dalam mediasi implantasi. Oleh karena itu, HBEFG menjadi penting untuk biomarker dari reseptifitas endometrium bila dikombinasikan dengan biomarker lainnya.

HBEGF melakukan dua fungsi simultan selama implantasi manusia sebagai faktor perlekatan dan faktor pertumbuhan. Dilaporkan bahwa HBEGF memainkan peran penting dalam persiapan epitel luminal uterus untuk perlekatan blastokista pada awal kehamilan. HBEGF sebagai faktor pertumbuhan berfungsi mempercepat perkembangan embrio manusia ke tahap blastokista dan selanjutnya menetas dari zona pelusida. HBEGF sebagai faktor perlekatan menyebabkan peningkatan banyak protein penting yang diekspresikan dari permukaan epitel luminal uterus seperti integrin αvβ3, Leukemia Inhibitorory Factor (LIF), dan HOXA10.

HBEGF  menginduksi  proliferasi  sel  endometrium melalui  pengaktifan cascade sinyal ERK1/2  pada sel epitel dan peningkatan sintesis DNA serta cyclin D3 pada sel stroma. Menurunnya kadar HBEGF berdampak pada terganggunya proliferasi dan angiogenesis endometrium, hal ini dapat berdampak pada ketidakmampuan endometrium mencapai fase reseptifnya. Sekuensi gangguan proliferasi dan angiogenesis endometrium dapat diartikan terjadinya gangguan pada reseptifitas endometrium.

Stresor dalam kehidupan sehari–hari tidak dapat diprediksi dengan bentuk yang bermacam-macam, apabila individu tidak mampu mengatasi paparan stres, maka paparan yang terjadi secara terus menerus menimbulkan kondisi kronis. Stres kronis merupakan stres yang muncul tidak terlalu kuat namun dapat bertahan dalam waktu lama dari hitungan hari hingga bulanan. Stres kronis yang dialami berulangkali dapat mempengaruhi kesehatan dan produktivitas individu.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan randomized post-test-only control group menggunakan tikus (Rattus norvegicus) galur Wistar betina yang dibagi menjadi 2 kelompok (kontrol negatif dan perlakuan). Kelompok kontrol negatif merupakan kelompok dengan tikus tanpa perlakuan dan hanya dilakukan perawatan rutin harian. Kelompok perlakuan di berikan metode Chronic Unpredictable Mild Stress (CUMS) selama 20 hari untuk mendapatkan tikus dengan kondisi stres kronis. Kondisi stres di ukur menggunakan pemeriksaan kadar kortikosteron serum darah dengan metode ELISA. Pemeriksaan ekspresi HBEGF pada dalam sel-sel epitel luminal endometrium menggunakan metode imunohistokimia.

Salah satu kesimpulan penting yang dapat diambil berdasarkan penelitian ini adalah stres kronis dapat menurunkan ekspresi HB-EGF pada sel-sel epitel luminal endometrium Rattus novergicus. Hasil pemeriksaan ekspresi HBEGF endometrium Rattus norvegicus setelah 20 hari pemberian stresor  pada kelompok kontrol 118.76±13.20 dan kelompok perlakuan 82.06 ±5.91. Analisis statistik untuk mencari perbedaan dilanjutkan dengan uji statistik Independent t-test menunjukkan p=0.000 (p<0.05) yang artinya terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan perlakuan. Menurunnya kadar HBEGF berdampak pada terganggunya proliferasi dan angiogenesis endometrium, hal ini dapat berdampak pada ketidakmampuan endometrium mencapai fase reseptifnya. Sekuensi gangguan proliferasi dan angiogenesis endometrium dapat diartikan terjadinya gangguan pada reseptifitas endometrium. Hasil akhir penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bahwa HBEGF dapat digunakan sebagai salah satu penanda atau biomarker penting dalam penentuan reseptifitas endometrium.

Penulis: Risya Secha Primindari, Reny I’tishom, Ashon Sa’adi

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat di Indian Journal of Public Health Research & Development.

Berikut link artikel:

http://medicopublication.com/index.php/ijphrd/article/view/10013

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).