Khasiat Okra sebagai Anti Peradangan pada Tikus Wistar Diabetes Mellitus Setelah Pencabutan Gigi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Merdeka.com

Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kondisi ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah yang kronis karena adanya gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. DM dapat terjadi karena berbagai sebab, yaitu karena kerusakan jangka panjang pada jaringan tubuh, termasuk pembuluh darah yang dalam jangka panjang pada bagian ini dapat menyebabkan proses penyembuhan luka yang lebih lama dibandingkan yang non DM. Penyembuhan luka merupakan rangkaian proses yang kompleks dan dinamis yang bertujuan untuk menggantikan struktur sel dan jaringan yang rusak. Penyembuhan yang efektif terjadi jika regenerasi dan integritas jaringan fungsional. Penyembuhan yang efektif terjadi jika regenerasi dan integritas jaringan fungsional dicapai melalui aktivasi dan infiltrasi sel inflamasi seperti sel darah putih dan makrofak yang menghasilkan sitokin proinflamasi termasuk: tumor necrosis factor-alpha

(TNF-α ) dan interlukin-1 (IL-1).  S

el darah putih adalah sel peradangan yang dilepaskan setelah terjadi cedera yang memicu respons imun dengan memproduksi enzim proteolitik untuk mencerna dan menghancurkan bakteri,  selain memiliki peran dalam mencegah infeksi tetapi keberadaan sel darah putih yang terus menerus  pada luka akan mengakibatkan gangguan penyembuhan dan mengakibatkan  perkembangan luka yang lama. Ekstrak buah okra menghambat enzim alfa-glukosidase yang menghambat penyerapan glukosa di usus dan menurunkan kadar glukosa darah. Bahan aktif yang terkandung dalam ekstrak okra adalah saponin, tanin, flavonoid dan alkaloid. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sathish dan kawan kawan, flavonoid terbukti menghasilkan efek antiinflamasi dengan menghambat enzim siklooksigenase dan lipookigenase dalam metabolisme asam arakidonat.serta dapat mengakibatkan penurunan radikal bebas dan merangsang proliferasi sel fibroblas sehingga mempercepat penyembuhan luka. Berdasarkan fakta tersebut, peneliti memutuskan untuk menganalisis efek peradangan ekstrak buah okra terhadap penyembuhan luka pencabutan gigi tikus diabetes melitus.

Sampel sebanyak 27 ekor tikus Wistar jantan berumur 2-3 bulan berat 100-150 gram diberi pelet standar ad libitium dan aquades selama satu minggu. Subjek ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: kelompok kontrol negatif (K-), kelompok kontrol positif (K +) dan kelompok perlakuan (P).  Streptozotocin (STZ) (Bioworld, Batam, Indonesia) diberikan pada tikus dengan dosis 50 mg / kg BB pada tikus dengan cara melarutkan bubuk STZ dalam larutan buffer sitrat 0,05 M pH 4,3-4,5 yang telah dibuat dengan konsentrasi STZ 22,5 mg. / ml dalam sitrat. STZ diinduksi dengan cara satu injeksi intraperitoneal. Pada hari keempat setelah induksi STZ, dilakukan penghitungan kadar glukosa darah tikus Wistar dengan cara mengambil darah dari vena lateral dan mengukurnya dengan glukometer (Accu-Chek, Basel, Swiss).

Tikus Wistar dianggap diabetes bilankadar glukosa darahnya mencapai ≥ 200 mg / dl. Semua kelompok kemudian diberikan anestesin cara injeksi peritoneal 0,1 ml ketamin per subjek. Setelah 1-1,5 jam, gigi seri kiri bawah masing-masing subjek diekstraksi, dan soket gigi diirigasi menggunakan larutan garam. Setelah ekstraksi (K-) dan (K +) tidak diberi ekstrak buah okra, sedangkan kelompok P diberi 250 mg/ kg dosis ekstrak secara oral menggunakan gastric tube sebanyak 1 ml sekali sehari sampai semua subyek dikorbankan. Sel darah putih pada soket gigi seri kiri rahang bawah bekas pencabutan gigi pada hari ke 1, 4, dan 7 (K-), (K+) dan (P) menunjukkan adanya penurunan jumlah sel ndarah putih pada kelompok perlakuan (P) dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (K+) dan kelompok kontrol negative (K-). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hari 1, 4 dan 7 pada kelompok kontrol negatif (p = 0,105). Kelompok kontrol positif menunjukkan perbedaan yang bermakna (p = 0,042), sedangkan perbedaan yang signifikan (p = 0,038) terdapat pada kelompok perlakuan.

Ekstrak buah okra dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan pengendalian glukosa darah yang berpotensi sebagai pengobatan anti diabetes. Kandungan isoquersetin dan quersetin-3-O-glukopiranosil-glukosida dalam ekstrak buah okra dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan bertindak sebagai inhibitor α-glukosidase. Jika aksi enzim α-glukosidase terhambat, kadar glukosa darah dapat dikembalikan ke batas normal sehingga mempercepat proses penyembuhan luka. Perbedaan antara kelompok K + dan P, akibat pemberian ekstrak buah okra, fungsinya Sebagai agen anti inflamasi dengan adanya flavonoid, flavonoid tersebut dapat menghambat inflamasi dengan cara menghambat enzim siklooksigenase dan enzim lipookigenase dalam metabolisme asam arakidonat. Setelah jalur siklooksigenase dihambat, prostaglandin dan leukotrin di jalur lipooksigenase, juga akan terhambat. Dengan adanya peradangan, pelebaran vena dan arteri ini menghasilkan peningkatan aliran darah dan peningkatan permeabilitas vaskular yang akan mengangkut sel darah ke area infeksi atau trauma. Sel darah putih kemudian menempel pada dinding endotel pembuluh darah menggunakan molekul adhesi dan bermigrasi ke jaringan yang meradang. Dari riset itu disimpulkan bahwa ekstrak buah okra memiliki aktivitas anti inflamasi sehingga merupakan agen yang efektif dalam proses penyembuhan luka pencabutan gigi tikus diabetes melitus.

Penulis: Dr. Muhammad luthfi, drg., M.Kes 

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: 

http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2020/06/18-D20_1030_Muhammad_Luthfi_Indonesia.pdf

Muhammad Luthfi, Tuti Kusumaningsih, Agung Sosiawan, Hasna Sabrina

Anti-Inflammatory Effect of Okra (Abelmoschus esculentus) Fruit Extract during Wound Healing Process after Tooth Extraction of Diabetic Wistar Rat. J Int Dent Med Res 2020; 13(2): 497-502 

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).