HMKH PSDKU Banyuwangi Peringati World Rabies Day

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh FacenFacts

UNAIR NEWS – Hari Senin,  28 September 2020 merupakan peringatan Hari Rabies Sedunia. Berbagai upaya terus dilakukan oleh berbagai elemen untuk mengatasi penyebaran virus rabies, hingga muncul wacana dari pemerintah Indonesia untuk menargetkan pada tahun 2030 Indonesia bebas rabies.

Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (HMKH) Universitas Airlangga PSDKU di Banyuwangi mengajak masyarakat khususnya masyarakat kampus untuk menyosialisasikan pentingnya mengetahui rabies dengan perspektif kesehatan hewan dengan mengundang pemateri Ratih Novita Praja, drh., M.Si. kegiatan tersebut dilaksanakan secara online melalui platform zoom.

Diawal dokter Ratih menyampaikan bahwa rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis dan menjadi masalah global sampai saat ini. Negara-negara berkembang menjadi salah satu penyebaran virus tersebut.

Organisasi Kesehatan Hewan Dunia atau office Internasional desEpizooties (OIE) mengingatkan, rabies adalah penyakit virus yang mempengaruhi sistem saraf pusat mamalia, termasuk manusia. Virus ini terutama berada pada saliva atau air liur dan otak hewan yang terinfeksi.

“Virus rabies ditularkan melalui air liur hewan terinfeksi pada bagian luka gigitan, paling sering anjing,” ujar dokter Ratih.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa masa inkubasi virus bervariasi dari beberapa hari hingga beberapa bulan. Begitu gejala muncul, penyakit ini akan berakibat fatal bagi hewan dan manusia. Setiap tahunnya, rabies membunuh hampir 59.000 orang. Lebih dari 95 persen kejadian rabies pada manusia disebabkan karena gigitan anjing yang terinfeksi. Rabies tersebar luas di dua pertiga negara di dunia.

“Hampir setengah dari populasi dunia bertempat tinggal di daerah endemik virus rabies serta 80 persen kematian terjadi di daerah pedesaan, dimana akses sosialisasi pendidikan dan penanganan pasca gigitan terbatas atau tidak ada sama sekali,” jelasnya.

Negara-negara di Asia-Afrika, sambungnya, merupakan daerah dengan risiko tertinggi, dengan lebih dari 95  kasus fatal dunia. Daerah-daerah ini juga merupakan daerah dengan pengendalian paling sedikit. Untuk pemberantasan rabies, OIE menyodorkan setidaknya tiga opsi yang ada untuk menghindari kasus rabies pada manusi. Pertama, lakukan vaksinasi massal anjing di daerah terinfeksi yang menjadi satu-satunya cara untuk  secara permanen menganggu siklus infeksi antara hewan dan manusia. Kedua, vaksinasi pencegahan untuk manusia dan ketiga yaitu pemberyserumantirabies setelah gigitan anjing yang diduga terinfeksi virus rabies.

“Oleh karena itu, sebagai bagian dari medis veteriner, kita harus gencar mensosialisasikan akan pentingnya vaksinasi rabies pada hewan peliharaan untuk kebaikan bersama,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Suryadiningrat

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).