Efek Antibakteri Ekstrak Daun Jamblang terhadap Streptococcus Mutans yang Diisolasi dari Rongga Mulut Pasien dengan Piranti Ortodonti Cekat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi daun jamblang. (Sumber: Tokopedia)

Lesi bercak putih pada gigi dapat menjadi efek samping dari alat cekat ortodonti akibat retensi dan penumpukan plak atau kalkulus gpada permukaan gigi. Alat ortodonti cekat terdiri dari kawat lengkung, braket ortodonti yang permukaannya tidak beraturan atau kasar. Hal ini dapat menurunkan kebersihan pada rongga mulut melalui laju aliran saliva. Terdapat perubahan besar dalam flora bakteri pada plak di rongga mulut setelah pemasangan alat cekat. Bakteri asidogenik dalam plak dapat ditemukan pada konsentrasi yang lebih tinggi, terutama Streptococcus mutans dan Lactobacilli. Konsentrasi yang lebih tinggi dari bakteri tersebut menurunkan keasaman plak pada pasien ortodonti lebih banyak dibandingkan pada pasien tanpa piranti cekat, mengakibatkan perkembangan karies yang lebih cepat pada pasien dengan piranti ortodonti cekat. Lesi karies dini yang terjadi selama perawatan ortodonti sekitar 45,8% dan 68,4%.

Menjaga dan meningkatkan kebersihan mulut dan profilaksis oral topikal seperti fluoride yang terkandung dalam varnish, gel oral, kumur oral, obat kumur dapat digunakan untuk merawat lesi bercak putih pada gigi akibat piranti ortodontik cekat. Saat ini, fosfopeptida-kalsium fosfat amporf, probiotik, antiseptik, laser juga direkomendasikan untuk mengatasi lesi bercak putih pada gigi. Namun, penggunaan obat kumur yang berasal dari ramuan lokal diharapkan dapat digunakan sebagai tindakan pencegahan tambahan terhadap karies, karena dapat diperoleh dengan lebih ekonomis dan mudah di beberapa daerah terpencil.

Syzygium cumini (L.) anggota spesies Myrtaceae telah dikenal sebagai jamu tradisional di beberapa belahan dunia meskipun berasal dari India. Tumbuh secara alami di daerah dengan iklim tropis dan subtropis. Beberapa bagian tanaman ini dapat digunakan sebagai obat herbal, seperti: daun, kulit kayu, bunga, biji dan buahnya. Telah diketahui memiliki khasiat penting, seperti antiradang, antioksidan, dan bakterisida. S. cumini memiliki flavonoid dalam konsentrasi tinggi. Selain itu, daunnya mengandung 82% minyak atsiri yang terdiri dari: tanin, kaemferol, myricetin, ellagic, gallic, chlorogenic acid, quercetin dan antosianin. Berdasarkan fakta tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak daun S. cumini terhadap koloni S.mutans hasil isolasi pasien dengan piranti ortodonti cekat.

Penelitian ini menemukan bahwa ekstrak daun S. cumini memiliki efek antibakteri terhadap S. mutans. Senyawa aktif seperti quercetin, myricetin, triterpenoids, acyatedflavonol glycosides, galloyl carboxylase, tannin, dan esterase ditemukan di S. Cumini. Kandungan fenol total dalam ekstrak metanol daun S. cumini adalah 17.6mg / g, biji 16.1.mg/g dan pulp 8.7mg / g. Sedangkan kandungan flavonoid pada daun 43,24 mg / g, biji 19,1 / g dan daging buah 12,27 mg / g. Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan fenolik total daun S. cumini lebih besar daripada kandungan yang terdapat pada ekstrak daging buah dan bijinya. Di antara zat-zat tersebut, flavonoid, tanin, dan saponin telah dikenal karena sifat antibakterinya. Namun ekstrak daun S. cumini yang digunakan dalam penelitian ini mengandung Saponin 4,04%, Tanin 2,47%, Flavonoid 2,03% dan Polifenol 1,9%.

Minyak atsiri S. cumini menunjukkan aktivitas bakterisidal yang moderat terhadap bakteri rongga mulut. Dalam penelitian ini, S. mutans, sebagai bakteri kariogenik, dipelajari. Bakteri ini tergolong bakteri rongga mulut, dimana ekstrak S. Cumini dapat mengurangi jumlah koloninya secara efektif. Selain itu, eugenol yang terkandung dalam ekstrak S. cumini dianggap sebagai agen antibakteri yang ampuh. Eugenol akan merusak membran dan dinding sel bakteri yang mengakibatkan kebocoran makromolekul dan lisis sel bakteri.

Produk obat kumur atau obat kumur anti-biofilm yang umum seperti minyak esensial dan obat kumur klorheksidin mengandung alkohol. Penggunaan alkohol dalam jangka panjang mungkin memiliki risiko karsinogenik terutama kanker mulut. Saat ini, terdapat kekhawatiran untuk menghilangkan alkohol dalam obat kumur, sehingga banyak perusahaan yang memproduksi obat kumur bebas alkohol. Berdasarkan teori ini, penelitian ini dapat berkontribusi pada penggunaan ekstrak daun S. cumini dalam obat kumur bebas alkohol di masa depan. Meski memiliki khasiat yang baik, namun S. cumini memiliki beberapa efek merugikan bagi manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis efektif dan efek sampingnya sebagai obat kumur. Berdasarkan hasil penelitian ini, ekstrak daun S. cumini 25% efektif untuk mereduksi koloni S. mutans dari pasien dengan piranti ortodontik cekat.

Penulis: Thalca Hamid

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link jurnal berikut ini:

http://www.connectjournals.com/toc2.php?abstract=3186400H_3151A.pdf&&bookmark=CJ-033216&&issue_id=Supp-01%20&&yaer=2020

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).