Menilik Strategi Mitigasi Malaysia Tangani Dampak Pandemi Lewat Sektor Akuakultur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Mhd. Ikhwanuddin Abdullah menyampaikan materi pada webinar yang diadakan oleh Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga pada Rabu (23/9/2020). (Foto: Icha)

UNAIR NEWS – Pandemi Covid-19 memberi dampak yang besar bagi semua sektor kehidupan. Akibat pandemi banyak negara yang membatasi pergerakannya. Semua elemen masyarakat dilarang untuk mengadakan pertemuan yang menimbulkan kerumunan. Bahkan, tak sedikit negara yang menutup akses akibat pandemi.

Akibat pandemi pula banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan. Hal tersebut mengakibatkan ketahanan pangan suatu negara terganggu. Hampir seluruh negara di dunia saat ini sedang berperang untuk bertahan di era pandemi, salah satunya adalah Malaysia. Berdasarkan statistik, ada sekitar 10.358 kasus konfirmasi positif Covid-19 di sana dengan jumlah kesembuhan sebanyak 9.563.

Berbagai strategi dilakukan oleh Pemerintah Malaysia agar bisa bertahan di musim pandemi ini. Salah satu strategi yang dilakukan adalah meningkatkan kinerja sektor akuakultur. “Kami sangat bergantung pada sektor produksi makanan laut,” ujar Prof. Dr. Mhd. Ikhwanuddin Abdullah pada webinar yang diadakan oleh Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga pada Rabu (23/9/2020).

Laki-laki yang merupakan profesor Akuakultur University Malaysia Trengganu tersebut mengungkapkan, adanya pandemi Covid-19 berdampak dalam sektor akuakutur di Malaysia. Ada dua komponen penting. Pertama, penurunan permintaan domestik dan global. Kedua, terputusnya pasokan makanan laut.

Usaha Kecil Menengah (UKM) dari berbagai sektor, salah satunya adalah akuakultur merupakan 99% dari total perusahaan di Malaysia. Oleh sebab itu, sektor akuakultur digolongkan dalam sektor manufaktur barang-barang penting.

Pemerintah Malaysia serta perusahaan yang ada bekerja sama agar bisa bertahan atas krisis yang terjadi. Pemerintah Malaysia memberi izin perusahaan atau UKM yang bersangkutan untuk tetap beroperasi demi memastikan ketahanan pangan serta pertumbuhan ekonomi. Mereka juga berhak untuk menerima insentif yang ditawarkan oleh Pemerintah Malaysia serta lembaga lain untuk meredam krisis yang ada.

Pada webinar yang bertajuk Update Management in Covid-19 Pandemic tersebut, Ikhwanuddin memaparkan berbagai cara dalam sektor akuakultur yang dilakukan oleh Pemerintah Malaysia dan bisa diterapkan oleh negara lain termasuk Indonesia. Pertama, membangun sebanyak-banyaknya rantai pasokan dan membaginya menjadi berbagai macam untuk mengurangi kerusakan pada rantai makanan laut.

Kedua, perusahaan atau UKM bisa memasarkan produk secara online dan mengirimkannya dalam jarak yang sudah ditentukan. Ketiga, pemerintah harus lebih baik lagi dalam mengidentifikasi individu melalui asosiasi nelayan lokal yang ada. Upaya identifikasi tersebut akan memastikan mata pencaharian pekerja serta memastikan pasokan ikan yang berkelanjutan.

Keempat, pemerintah memberikan pinjaman tanpa bunga setidaknya selama satu tahun kepada perusahaan atau UKM di sektor akuakultur.

Di akhir sesi, Ikhwanuddin turut menyampaikan harapannya kepada peserta webinar yang hadir. “Saya pikir keadaan serupa juga dihadapi oleh sektor akuakultur di negara lain. Semoga apa yang saya sampaikan bisa diterapkan dan bermanfaat bagi yang lain,” tutupnya. (*)

Penulis : Icha Nur Imami Puspita

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).