Pesan Penting Para Pakar di Webinar Series PKIP FKM UNAIR Hadapi Pandemi COVID-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Departemen Promosi Kesehatan dan Perubahan Perilaku (PKIP) FKM UNAIR mengadakan webinar series sebanyak tiga kali pada tahun 2020 ini. Webinar pertama kali diadakan pada bulan Juli 2020, membahas mengenai adaptasi kebiasaan norma baru di level nasional.

Pada bulan Agustus, webinar kembali diadakan dengan mengangkat isu penanggulangan COVID-19 di level kota dan kabupaten yang menghasilkan strategi penanggulangannya. Webinar terakhir diadakan pada Rabu (16/9/2020) dengan mengangkat isu perilaku sehat pada adaptasi kebiasaan baru pandemi COVID-19. 

Hario Megatsari, S.KM., M.Kes (Fisto) selaku ketua departemen PKIP FKM UNAIR menjelaskan bahwa webinar tersebut bertujuan untuk memberikan inspirasi dan alternatif solusi kepada para pemangku kebijakan. Fisto berharap, hasil webinar dapat dijadikan salah satu solusi untuk penanggulangan COVID-19.

“Semoga hasil webinar dapat diterapkan dan dijadikan salah satu solusi bagi penanggulangan pandemi COVID-19,” ucapnya.

Berikut adalah beberapa pesan beberapa pemateri yang hadir dalam webinar series dua dan tiga.

Pemerintah Sebagai Role Model Masyarakat

Oedojo Soedirham, dr., M.PH., M.A., Ph.D. (Oedojo) menyampaikan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia masih bersifat paternalistik. Sehingga dalam sosialiasi adaptasi kebiasaan baru sebagai upaya menghadapi pandemi COVID-19 dibutuhkan peran pemerintah sebagai role model untuk masyarakat.

“Pemerintah dan petugas penanggulangan COVID-19 harus konsisten untuk mematuhi protokol kesehatan agar dapat dicontoh oleh masyarakat,” ucap Oedojo.

Dosen di FKM UNAIR sekaligus ketua Kota Sehat Surabaya itu menambahkan bahwa jika pemerintah dan petugas melakukan pelanggaran protoko kesehatan di hadapan media dan masyarakat, maka dapat menyebabkan masyarakat ikut memandang remeh COVID-19. Masyarakat juga akan enggan mematuhi protokol kesehatan. 

“Jika pemerintah dan petugas sendiri yang melanggar maka masyarakat akan bertanya-tanya, pandemi COVID-19 ini serius atau tidak?” lanjutnya.

Mengatasi Masalah Kesehatan dulu Baru Ekonomi

Oedojo menjelaskan bahwa ekonomi pada dasarnya berdasarkan pergerakan manusia. Ketika manusia bergerak, maka ekonomipun berjalan. Namun saat ini, pandemi COVID-19 membuat pergerakan manusia terbatas sehingga mengakibatkan perekonomian juga bermasalah.

Untuk itu, masalah pandemi ini perlu segera diatasi lebih dulu dan pemerintah harus serius dalam menanganinya. Pelaksanaan PSBB perlu diperketat dan dilengkapi dengan sanksi yang tegas namun mendidik.

“Pembukaan PSBB di suatu kota juga seharusnya dilakukan perlahan, jangan langsung semua lokasi dibuka,” terangnya.

Lawan Stigma dengan Data dan Fakta

Dr. Rachmat Hargono, dr., M.S., M.PH. (Rahmat) menjelaskan bahwa stigma pandemi COVID-19 saat ini menjadi musuh terbesar untuk penanggulangan COVID-19. Karena stigma bahwa pasien yang didiagnosis COVID-19 akan melalui prosedur yang rumit maka akan membuat masyarakat menjadi cenderung untuk menyembunyikan diri atau anggota keluarga jika ada yang mengalami gejala penyakit tersebut.

Jika sampai ada pasien COVID-19 yang menyembunyikan diri, atau keluarga menyembunyikan pasien maka rantai penularan akan sulit bahkan tidak mungkin dapat diputus. Untuk itu, stigma harus dilawan dan diperangi dengan sebaik-baiknya berdasarkan data dan fakta agar tidak ada keraguan dari masyarakat.

“Dengan begitu, mereka tidak menjadi takut tapi tetap waspada untuk terus menjaga lingkungan agar tidak terkena COVID-19,” terangnya.

Pentingnya Solidaritas Sosial dan Kesadaran Kolektif

Dr. M. Bagus Qomaruddin, Drs., M.Sc. menjelaskan bahwa solidaritas sosial dan kesadaran kolektif masyarakat sangat diperlukan untuk menanggulangi COVID-19 dan menyukseskan adaptasi kebiasaan baru di masyarakat. Hal tersebut dapat dimulai dari keluarga.

Ketika keluarga memahami COVID-19 baik, dan berperilaku sehat serta menerapkan protokol kesehatan maka ketika emreka keluar rumah mereka dapat memberikan contoh pada masyarakat yang lain agar ikut mematuhi protokol kesehatan. Jika dari keluarga sudah tertanam nilai yang kuat, maka ketika keluar terkena godaan apapun mereka tetap bisa konsisten untuk melakukan protokol kesehatan.

“Ketika keluarga berhasil mensosialisasikan adaptasi kebiasaan baru pada anggotanya, maka ketika keluar semua anggota keluarga tersebut dapat menjadi agen perubahan untuk masyarakat dan lingkungan sekitar,” jelas dosen yang akrab disapa Bagus itu.

Penanggulangan COVID-19 dengan Pandekatan Budaya

Dr. Nur Alam Fajar, S.Sos., M.Kes selaku Ketua Pengda PPPKMI Sumatera Selatan menjelaskan bahwa penanggulangan COVID-19 di masyarakat perlu mempertimbangkan budaya di daerah setempat. Sebagai contoh adalah pada orang Palembang terdapat nilai budaya yang kuat yaitu prinsipnya ‘yang penting saya tidak diganggu dan keluarga saya aman’. Untuk itu penting dirumuskan program yang dapat diterima oleh budaya tersebut.

“Petugas harus dapat memahami budaya daerah sasaran dan mengetahui siapa saja orang di masyarakat yang bisa diajak bekerjasama untuk membuat perubahan,” ucapnya.

Dosen di Universitas Sriwijaya tersebut melanjutkan, dalam konteks advokasi tidak hanya dilakukan pada jenjang yang tinggi seperti kepada pejabat untuk membuat kebijakan. Namun juga bisa dilakukan pada tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, tokoh agama agar mereka mau terlibat untuk menanggulangi COVID-19 sesuai dengan potensi dan peran mereka di masyarakat.

Sebelumnya, webinar series ketiga yang dilaksanakan oleh Departemen PKIP tersebut juga mengundang Nicola Wiseman, BPH (Hons), Ph.D dari Griffith University Australia untuk menyampaikan materi terkait praktik penanganan pandemi COVID-19 yang dilakukan oleh Griffith University. Kemudian juga mengundang Prof.Dr.Soekidjo Notoatmodjo, S.KM., M.Comm.H untuk menyampaikan materi terkait komunikasi perubahan perilaku dalam adaptasi kebiasaan baru. (*)

Penulis : Galuh Mega Kurnia

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).