Kadar Serotonin Urine pada Anak dengan Gangguan Tidur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi gangguan tidur pada anak. (Sumber: InaKoran)

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia untuk fungsi restorasi dan homeostatis seluruh sistem organ tubuh, yang bersifat menyegarkan dan penting dalam termoregulasi normal serta penyimpanan energi. Kebutuhan tidur anak sekitar 10-12 jam per hari, dengan pola tidur yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis, gaya hidup, dan gangguan siklus sirkadian bangun-tidur akibat pengaruh perubahan hormon melatonin saat pubertas.

Prevalensi gangguan tidur pada anak dan remaja sekitar 25-40%. Gangguan tidur tersebut meliputi kuantitas durasi tidur, kualitas tidur, sulit untuk inisiasi tidur, sering terbangun saat malam hari, dan gangguan pernafasan saat tidur. Gangguan tidur yang terjadi akan menimbulkan mengantuk berlebihan pada siang hari, perubahan mood dan tingkah laku, serta disfungsi neurokognitif, yang akan mempengaruhi performa pelajar saat di sekolah.

Gangguan tidur juga dapat mencetuskan kesulitan dalam interaksi sosial, kendali emosi, menimbulkan iritabilitas, gangguan perilaku, kecelakaan dalam berkendara pada remaja, dan nilai akademik yang buruk, sehingga harus ditindaklanjuti.

Faktor yang mempengaruhi gangguan tidur salah satunya serotonin, berdasarkan pendekatan elektrofisiologi, neurokimia, genetik, dan neurofarmakologi, saat ini dapat diterima bahwa fungsi serotonin (5-HT), melalui modulasi neuron kolinergik pada batang otak, berperan penting untuk mengatur keterjagaan, dan menghambat pergerakan mata cepat selama tidur. Hasil metabolit utama serotonin (5-hydroxyindolacetic acid dan 5-methoxyindoleacetic acid) diekskresi di urine. Peningkatan serotonin di urine mencerminkan peningkatan metabolisme serotonin diseluruh tubuh.

Penelitian kami lakukan pada anak usia 6-10 tahun yang bersekolah di SDN Surabaya untuk mengetahui kadar serotonin urine pada anak dengan gangguan tidur. Untuk menentukan apakah anak ada gangguan tidur atau tidak, dilakukan skrining dengan kuisioner tidur (Children’s Sleep Habits Questionnaire-Abbreviated-CSHQ-A), setelah itu dilakukan pengelompokan, dibagi menjadi kelompok anak dengan gangguan tidur dan kelompok tanpa gangguan tidur.

Sampel yang memenuhi kriteria penelitian, dilakukan penampungan urine selama 24 jam. Diambil sampel urine tampung tersebut dan diperiksa kadar serotonin urine dengan metode ELISA. Sebanyak 164 siswa dilakukan skrining CSHQ-A, 15% tergolong gangguan tidur. Sebanyak 30 anak (15 anak dengan gangguan tidur dan 15 anak tanpa gangguan tidur) ikut dalam penelitian ini.

Pada kelompok anak dengan gangguan tidur didapatkan kadar serotonin >10mg/24jam (tinggi) sebanyak 80%, 13% <6mg/24jam (rendah) dan 6,6% dengan kadar serotonin urine normal. Sedangkan pada kelompok anak tanpa gangguan tidur didapatkan kadar serotonin urine yang tinggi sebesar 86,6% dan kadar normal sebesar 13%.

Pada penelitian ini pengukuran kadar serotonin urine hanya dilakukan satu kali dan tidak diberikan intervensi khusus, sehingga tidak dapat dievaluasi apakah subyek sebelumnya mengalami defisiensi serotonin atau sebaliknya. Selain serotonin, gangguan tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, yaitu sosioekonomi (pendapatan orangtua, pendidikan orangtua, jumlah anggota keluarga), kultural, dan lingkungan (kondisi tempat tinggal, tetangga). Faktor sosioekonomi tersebut tampaknya lebih berperan untuk menyebabkan gangguan tidur pada penelitian ini.

Kesimpulannya, kadar serotonin urine pada anak dengan gangguan tidur dan tanpa gangguan tidur tidak berbeda, dan anak dengan keluarga sosioekonomi rendah lebih rentan terjadi gangguan tidur.

Disarikan dari artikel dengan judul: “Urine Serotonin in Sleep Deprivation Children” yang diterbitkan di Indian Journal of Public Health Research & Development, Maret 2020, Vol. 11, No. 03 halaman: 2572-7.

Penulis: Irwanto Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini: http://www.ijphrd.com

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).