Gingivial Leadline Penambang Batubara Berhubungan dengan Umur, Masa Kerja, dan Kebiasaan Merokok

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kompas.com

Kondisi kesehatan yang prima sangat dibutuhkan. Tubuh yang sehat sangat berkorelasi dengan produktifitas kerja penambang Batubara. Penambang batubara sangat rentan dengan kondisi lingkungan kerjanya. Setiap hari penambang batubara menghirup debu batubara dalam kapasitas paru yang maksimal, karena kebutuhan O2 yang tinggi dalam melakukan kinerja sehari-hari. Debu batubara mengandung kurang dari 1% timbal (Pb). Debu ini bisa masuk ke tubuh melalui pernafasan, mulut dan kulit. Timbal yang terkandung dalam debu batubara dapat bereaksi dengan Sulfur dan membentuk timbal gingivial. Kebiasaan merokok juga diduga sebagai faktor pemberat serapan Pb oleh alveoli di dalam paru-paru. Penyerapan Pb yang terlalu tinggi akan menyebabkan tanda-tanda yang terlihat di dalam mulut. Serapan Pb yang berlebihan akan membuat tanda seperti garis hitam yang tergambar mengikuti kontur gusi.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional, artinya pengambilan sampel dilakukan dalam waktu tertentu dan tidak dilakukan intervensi pada sampelnya. Tujuan penelitian ini yang pertama adalah untuk menemukan tanda-tanda kelebihan penyeraban Pb yang beracun dan mengganggu kesehatan para penambang batubara. Tujuan yang kedua adalah mengetahui apakah ada hubungan antara garis hitam pada gusi berhubungan dengan umur, masa kerja dan kebiasaan merokok penambang batubara. Subjek penelitian adalah penambang batubara di Kecamatan Sambung Makmur Kabupaten Banjar yang berjumlah 100 orang. Jumlah sampel dihitung dengan rumus Slovin dan didapatkan 80 orang sebagai sampel dan ditentukan dengan teknik simple random sampling. Sampel yang diperoleh kemudian ditentukan nilai skor gingivial leadline seperti yang dilakukan oleh Sudibyo. Derajat garis timah gingivial dinilai berdasarkan skor sebagai berikut: 0 = tidak ada garis timah gingivial; 1 = lead line gingivial ditemukan pada 1-2 permukaan labial gigi anterior gingiva marginal; 2 = garis timah gingivial ditemukan pada 3-4 permukaan labial gigi anterior gingiva marginal; 3 = garis timah gingivial pada >4 permukaan labial gigi anterior gingiva marginal. Selain itu, umur, masa kerja, dan kebiasaan merokok menjadi variabel yang diukur dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji chi-square dengan a=5%.

Analisis Chi-Square digunakan oleh karena data penelitian seluruh variable berbentuk skala ordinal dan nominal dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang bermakna antara variable lead line dengan Umur, variabel Lead line dengan masa kerja dan variable Lead line dengan kebiasaan merokok. Pada beberapa penambang batubara yang belum terlalu lama bekerja, belum tampak garis hitam yang tergambar di gusi, namun pada pekerja yang sudah lama bekerja sebagai penambang batubara, sangan terlihat jelas gambarannya. Penambang batubara berusia muda juga tidak menunjukkan tanda-tanda garis hitam pada gusi. Untuk penambang batubara yang mempunyai kebiasaan merokok, tampak sangat nyata gambaran garis hitamnya, jika dibandingkan dengan penambang yang tidak merokok. Kelemahan dari penelitian ini adalah bahwa dalam analisis data belum dapat menunjukkan apakah kebiasaan merokok adalah merupakan variabel penyebab atau hanya variabel pengganggu.

Kesimpulannya adalah kejadian gingivial leadline penambang batubara berhubungan dengan umur, masa kerja, dan kebiasaan merokok. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perlu silakukan disain penelitian dan analisis data yang dapat membedakan variabel penyebab atau variabel pengganggu.

Penulis: Widodo, Sahdhina Rismawati, Eko Suhartono, R. Darmawan Setijanto
Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada: https://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/10764

(Coal Dust Exposure and Gingivial Lead Line in Coal Miners)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).