Mengenali Prediktor Adiksi terhadap Tembakau di Area Pedesaan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Blorakab.go.id

Merokok merupakan sebuah masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang sering kali dijumpai di daerah pedesaan. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengetahuan, kondisi sosioekonomi, informasi yang diperoleh dari media massa, dan tingkat stres, merupakan prediktor adiksi terhadap tembakau. Namun, sebagian besar penelitian ini dilakukan di daerah perkotaan. Melalui studi ini, penulis ingin mengetahui apa saja prediktor adiksi terhadap tembakau di area pedesaan.

Sebuah studi cross sectional dilakukan pada Februari 2020 di Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Responden merupakan warga laki-laki berusia 15 tahun atau lebih yang setuju untuk mengikuti penelitian ini. Responden akan diminta untuk mengisi 3 tiga kuesioner, yang terdiri atas 1) Kuesioner Determinan Adiksi Tembakau, 2) Perceived Stress Scale–10, dan 3) WHO ASSIST v3.0 (tembakau). Jawaban yang diperoleh akan dikonversikan menjadi skor untuk dianalisis lebih lanjut. Seluruh kuesioner telah divalidasi dan disajikan menggunakan bahasa Indonesia.

Sebanyak 75 responden berpartisipasi dalam penelitian ini. Data demografis menunjukkan rerata usia responden 44.04±13.10 tahun. Mayoritas responden bekerja sebagai wirausaha, memiliki pendidikan terakhir SMA atau lebih tinggi, menikah, dan tinggal bersama 4-6 orang dalam satu rumah. Berdasarkan skor dari kuesioner WHO ASSIST v3.0, kami mendapatkan responden dengan risiko rendah, sedang, dan tinggi terhadap adiksi tembakau berturut-turut sebanyak 45 responden, 23 responden, dan 7 responden.

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa risiko adiksi tembakau pada responden tidak berhubungan secara signifikan terhadap usia responden (p=0.241), pekerjaan responden (p=0.553), pendidikan terakhir responden (p=0.940), status perkawinan responden (p=0.593), dan jumlah orang dalam satu rumah responden (p=0.873).

Studi ini juga membandingkan nilai yang diperoleh responden pada kuesioner determinan adiksi tembakau dan PSS-10 terhadap risiko adiksi tembakau. Didapatkan bahwa nilai yang diperoleh responden dengan risiko rendah adiksi tembakau lebih tinggi secara signifikan daripada responden dengan risiko sedang dan risiko tinggi adiksi tembakau. Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan risiko rendah adiksi tembakau memiliki kewaspadaan yang lebih baik terhadap bahaya tembakau, kemampuan kontrol sosial yang lebih baik terhadap penggunaan tembakau, dan kewaspadaan yang lebih baik terhadap pemberitaan media massa akan bahaya penggunaan tembakau.

Berbeda dengan temuan dari penelitian terdahulu, kami mendapatkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan tingkat stress pada responden dengan risiko rendah adiksi tembakau dibandingkan responden dengan risiko sedang dan risiko tinggi adiksi tembakau. Hal ini mungkin terjadi karena tingkat stres pedesaan yang relatif lebih rendah daripada perkotaan. Disamping faktor sosioekonomi dan lingkungan, warga pedesaan cenderung mendukung satu sama lain melalui budaya gotong royong. Kami mengasumsikan dengan tingkat stres yang lebih rendah, kecil kemungkinan seseorang mengalami perilaku merokok yang berhubungan dengan stres (stress-related smoking behavior).

Studi ini memiliki beberapa limitasi, antara lain: (1) Waktu penelitian yang singkat sehingga membatasi jumlah sampel dan teknik sampling dan (2) Tempat penelitian di satu desa yang mungkin tidak merepresentasikan keseluruhan area pedesaan di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih banyak di beberapa tempat yang berbeda.

Sebagai simpulan, studi ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat stres tinggi dengan risiko adiksi tembakau pada daerah pedesaan. Namun, semakin tinggi kewaspadaan terhadap bahaya kesehatan dari tembakau, kemampuan kontrol sosial, dan kewaspadaan terhadap pemberitaan media massa akan bahaya tembakau berhubungan signifikan dengan risiko adiksi tembakau yang semakin rendah. Hal ini dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah agar lebih memperhatikan faktor-faktor diatas daripada mengatasi tingkat stres pada populasi.

Penulis: Jovian Philip Swatan, Sulistiawati, dan Azimatul Karimah
Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada: https://doi.org/10.1155/2020/7654360

Swatan JP, Sulistiawati S, Karimah A. (2020). Determinants of Tobacco Smoking Addiction in Rural Indonesian Communities. Journal of Environmental and Public Health, vol. 2020. doi: https://doi.org/10.1155/2020/7654360

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).