Hubungan Agresivitas Papiloma Saluran Pernapasan Berulang dengan Human Papillomavirus Tipe 6 dan 11

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Citra mikroskop Human Papillomavirus HPV yang sering diasosiasikan sebagai penyebab kasus kanker leher rahim, (Sumber: dw.com)

Papiloma saluran pernapasan berulang atau disingkat PSPB (recurrent respiratory papillomatosis/RRP) terbagi menjadi PSPB onset anak atau tipe juvenil (juvenile onset RRP/JORRP) dan PSPB onset dewasa atau tipe dewasa (adult onset RRP/AORRP).

Papiloma saluran pernapasan berulang merupakan penyakit yang disebabkan oleh HPV khususnya tipe 6 dan 11. Manifestasi infeksi virus ini berupa lesi eksofitik di jalan napas dan memiliki sifat pertumbuhan yang berulang. Penderita PSPB ini dapat mengalami remisi setelah menjalani beberapa kali BLM, namun pada kondisi lain dapat terus tumbuh dan menyebar sepanjang jalan napas sehingga menjadi lebih sulit disembuhkan. Papiloma saluran pernapasan berulang merupakan neoplasma jinak namun berpotensi menimbulkan komplikasi karena tumbuh pada jalan napas.

Penelitian di RSUD Dr. Soetomo dalam rentang tahun 1987 hingga 1997 mendapatkan 57 penderita dengan 82% adalah penderita tipe anak. Sejumlah 73,21% dari penderita anak memerlukan trakeotomi karena komplikasi sumbatan jalan napas atas (33,33% perlu trakeotomi cito), bahkan masih terdapat 26,19% penderita belum dilakukan dekanulasi. Implantasi papiloma ke distal didapatkan 64,29% penderita.

Penelitian di tempat yang sama pada rentang tahun 2006 hingga 2010 menunjukkan bahwa 76% merupakan tipe anak dari 51 penderita keseluruhan. Terdapat 76,47% penderita dengan implantasi papiloma di distal, bahkan 21,57% telah meluas ke trakea dan bronkus. Trakeotomi dilakukan pada 60,78% dan terdapat 10% penderita dilakukan trakeotomi lebih dari satu kali. Riwayat bedah laring mikroskopis (BLM) tiga kali atau lebih didapatkan pada 14,58% penderita.

Diagnosis PSPB berdasarkan gejala klinis, hasil pemeriksaan endoskopi dan histopatologi. Korda vokalis merupakan lokasi awal dan paling sering ditumbuhi papiloma sehingga suara parau merupakan gejala utama yang muncul. Onset gejala dari berbagai laporan penelitian berkisar 1 tahun. Endoskopi merupakan metode pemeriksaan utama untuk menegakkan diagnosis definitif dan harus dikerjakan secepatnya.

Terapi utama PSPB adalah pembedahan debulking. Tujuan terapi adalah membuang papiloma, menjaga patensi jalan napas dan meningkatkan kualitas suara melalui pembedahan berulang. Pembedahan dilakukan secara endoskopi menggunakan instrumen endolaring. Alternatif terapi mulai dipikirkan berdasarkan perjalanan penyakit. Terapi sedang dalam penelitian meliputi interferon-α, indole-3-carbinol, retinoit, bevacizumab, dan cidofovir.

Human papillomavirus dianggap sebagai faktor etiologi pada PSPB dengan ditemukannya antigen atau genom HPV pada jaringan papiloma.Mounts et al (1982) memeriksa capsid antigen di dalam nukleus epitel permukaan menggunakan teknik imunoperoksidase serta genom HPV pada jaringan tumor papiloma menggunakan teknik analisis hibridisasi. Antigen virus papiloma ditemukan pada empat dari 20 spesimen PSPB, sedangkan genom HPV ditemukan pada seluruh spesimen. Transmisi HPV diduga multifaktorial, namun pada anak faktor risiko paling umum adalah transmisi vertikal ketika persalinan dari ibu yang terinfeksi HPV. Didapatkan peningkatan risiko menderita PSPB juvenil hingga 200 kali pada ibu yang menderita kondiloma akuminata genitalia. Transmisi pada PSPB tipe dewasa terjadi melalui aktivitas seksual secara oral dengan beberbagai partner.

Human papillomavirus tipe 6 dan 11 merupakan etiologi terpenting dari papiloma saluran pernapasan berulang. Human papillomavirus mengekspresikan gen E6 dan E7 ketika berada di dalam sel. Protein E6 dan E7 memiliki peran dalam onkogenesis. Protein E6 memiliki peran dalam mengikat dan menonaktifkan protein 53, sedangkan protein E7 akan mengikat pRb. Kedua tipe HPV tersebut memiliki perbedaan pada afinitas dalam mengikat p53 dan pRb. Human papillomavirus tipe 11 memiliki afinitas jauh lebih kuat dibanding HPV-6 dalam mengikat p53 dan pRb. Degradasi p53 dan pRb yang disebabkan oleh HPV-11 jauh lebih besar dibandingkan dengan HPV-6.

Human papillomavirus tipe 11 menyebabkan pertumbuhan sel lebih cepat daripada HPV-6. Hal tersebut menyebabkan perjalanan penyakit lebih agresif jika disebabkan oleh HPV-11 dibanding dengan HPV-6.

Terdapat 15 penderita PSPB tipe anak yang menjalani pemeriksaan HPV dengan metode polymerase chain reaction. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini yaitu laki-laki sebesar 10 penderita (66,67%), sedangkan perempuan sebesar 5 penderita (33,33%). Umur paling muda saat onset gejala adalah 0,5 tahun dan umur paling tua adalah 8 tahun, didapatkan mean sebesar 3,37 ± 2,35 tahun dan median sebesar 3 tahun. Sesak merupakan gejala paling banyak yang membawa penderita datang periksa untuk pertama kali dengan jumlah 8 penderita (53,33%), sedangkan suara parau didapatkan dengan jumlah 7 penderita (46,67%).

Jumlah operasi terbanyak dalam setahun paling banyak sebesar 6 kali dan paling sedikit adalah 1 kali. Didapatkan mean 2,8 ± 1,27 kali dan median 3 kali. Papiloma laring distal didapatkan sejumlah 10 penderita (66,67%), sedangkan 5 penderita (33,33%) memiliki riwayat papiloma di distal laring. Riwayat trakeotomi didapatkan sebesar 11 penderita (73,33%), sedangkan sejumlah 4 penderita (26,67%) tidak memiliki riwayat trakeotomi. Papiloma agresif didapatkan sebesar 12 penderita (80%), sedangkan sebesar 3 penderita (20%) tergolong PSPB tidak agresif. Human papillomavirus tipe 6 didapatkan pada 6 penderita (40%) dan 9 penderita (60%) didapati terinfeksi HPV-11.

Penulis: Rizka Fathoni Perdana

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link jurnal berikut ini:

https://ijop.net/index.php/mlu/article/view/402

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).