Berawal dari Diskusi Bersama Sahabat, Alumnus FKG UNAIR Ciptakan Aplikasi Telemedicine

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Kemunculan pandemi Covid-19 telah mengakibatkan perubahan pada sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Contoh perubahan tersebut adalah pembatasan praktik rutin dokter kecuali untuk tindakan yang emergensi.

Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, pembatasan praktik dokter dilakukan untuk mencegah penyebaran virus, terutama di area rumah sakit. Sebagai alternatifnya, pihak rumah sakit tetap dapat menyediakan pelayanan kesehatan jarak jauh atau telemedicine.

Uniknya, selain rumah sakit, ada pihak-pihak lain, seperti perusahaan teknologi yang saat ini telah mewadahi praktik telemedicine melalui aplikasi online, salah satunya Alfath Tech.

Belum lama ini, Alfath Tech, perusahaan teknologi yang dirintis oleh alumnus Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga, Akhmad Farkhan Azmi bersama rekannya, Raga Bhirhatihin Alfath, dan tiga orang lainnya, yakni Silva Ahmad, Abdush Shomad, serta Syahrul Kholis, meluncurkan aplikasi telemedicine. Aplikasi itu diberi nama Ruang Praktek.

Farkhan, sapaan akrabnya, mengungkapkan, pembuatan aplikasi Ruang Praktek bertujuan untuk menjawab beberapa persoalan yang terjadi ketika pembatasan praktik diterapkan.

“Saya membuat aplikasi Ruang Praktek karena terinspirasi dari diskusi bersama almarhum dokter Miftah Fawzy Sarengat. Dia sahabat saya,” ujar Farkhan saat mengawali ceritanya.

Lelaki asal Malang ini melanjutkan, pasca adanya pandemi, dia dan Miftah melihat bahwa tenaga kesehatan lebih rentan untuk terinfeksi virus corona dibanding masyarakat umum.

“Penyebabnya banyak, mulai minimnya alat pelindung diri (APD) hingga beban fasyankes yang berlebihan. Selain itu, terdapat penurunan jumlah pasien di fasyankes dikarenakan masyarakat pasien takut untuk berkunjung. Padahal, pasien atau masyarakat yang sakit juga memerlukan pertolongan dan nasihat medis dari sumber yang kredibel,” terangnya.

Namun, sejak kehadiran aplikasi telemedicine yang kian marak, ditambah dengan regulasi dari kementerian kesehatan mengenai pembatasan aktivitas di fasyankes, tidak sedikit masyarakat yang kemudian memanfaatkan pelayanan kesehatan berbasis bentuk virtual.

“Akhirnya, dibuatlah Ruang Praktek ini. Tujuannya untuk menjadi perpanjangan tangan dari sebuah pelayanan kesehatan atau praktik dokter melalui media virtual,” tambahnya.

Lantas, bagaimana wujud dari Ruang Praktek? Menurut Farkhan, konsep Ruang Praktek sangat berbeda dengan aplikasi telemedicine lain yang rata-rata berbentuk marketplace.

“Konsepnya, menghadirkan kembali fasyankes atau dokter dihadapan pasien,” tuturnya.

Meski hadir dalam bentuk layanan virtual, pasien tetap bisa menjadwalkan janji temu sesuai syarat dan ketentuan yang berlaku. Tidak hanya itu, dari sisi jasa pelayanan, seluruh jasa tersebut akan langsung difokuskan kepada fasyankes atau dokter yang bersangkutan.

“Selanjutnya, dari sisi rekam medis, Ruang Praktek juga memenuhi kaidah-kaidah yang tercantum di Peraturan Konsil-Konsil Kedokteran Indonesia 74 tahun 2002,” sambungnya.

Walaupun baru dirilis empat bulan lalu, Ruang Praktek telah menawarkan fitur menarik, yakni telekonsultasi, rekam medis dan general consent, telescreening, hingga saran medis.

“Aplikasinya ada dua. Pertama, aplikasi dokter, sasarannya untuk dokter serta dokter gigi yang berpraktik mandiri atau memiliki klinik. Kedua, aplikasi pasien yang ditujukan bagi masyarakat umum. Total, keduanya sudah diunduh lebih dari lima puluh orang,” urainya.

Selama proses pembuatannya, Farkhan mengaku jika dirinya dan tim sempat mengalami berbagai kendala, salah satunya adalah Undang-Undang (UU) kesehatan di Indonesia yang kurang memfasilitasi telemedicine atau telekonsultasi untuk masyarakat. “Tapi, dengan diterbitkannya Permenkes mengenai telemedicine, peluang menjadi terbuka,” imbuhnya.

“Kendala lainnya, mendapatkan user experience yang sesuai dengan perkonsil dan cocok untuk pengguna. Selain itu, membuat aplikasi telemedicine adalah bidang yang baru bagi tim developer karena banyak fitur yang mereka pertama kali bikin. Kalau target ke depan, menggiatkan edukasi pasar lewat komunitas-komunitas kecil terlebih dahulu,” bebernya.

Farkhan melanjutkan, keberhasilan dirinya dan tim dalam membuat aplikasi telemedicine tidak lepas dari masukan yang diberikan oleh para sejawat dokter. “Ada banyak masukan dari mereka yang kemudian kami wujudkan melalui fitur-fitur di aplikasi. Satu yang masih kami upayakan, yakni media pembayaran supaya terintegrasi dengan e-wallet,” sebutnya.

Para sejawat dokter yang telah menggunakan Ruang Praktek pun terbantu karena dapat kembali terhubung dengan pasien dan melakukan telekonsultasi sesuai regulasi yang ada.

“Kami harap kehadiran Ruang Praktek dapat membantu menjaga tenaga medis Indonesia agar pandemi segera berakhir. Mengutip perkataan dirjen World Health Organization (WHO), Tedros Adhanom, when healthworkers are at risk, we are all risk!” tandasnya. (*)

Penulis: Nabila Amelia

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).