Pahami Bahaya dan Dampak Gangguan Kepribadian Narsistik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Gangguan kepribadian pasti berdampak buruk terhadap kehidupan sehari-hari. Tak terkecuali gangguan kepribadian narsisitik. Gangguan kepribadian itu bisa mengakibatkan penderitanya mengalami gangguan relasi yang baik dengan orang lain. Ia juga akan mudah depresi karena kebutuhannya akan harga diri tidak terpenuhi.

Oleh karenanya, gangguan kepribadian tersebut membutuhkan penanganan yang tepat. Dosen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) dr. Azimatul Karimah, Sp.KJ(K) menjelaskan jika tidak diberi penanganan yang tepat, gangguan kepribadian itu akan merugikan diri sendiri dan orang terdekat.

“Semua gangguan kepribadian tersebut akan memberikan dampak buruk, tidak hanya untuk diri sendiri, tapi orang terdekat. Karena biasanya orang dengan gangguan kepribadian itu akan punya konflik dengan orang lain, bila dibiarkan tentu saja akan mengganggu,” jelasnya.

Kodrat manusia yang merupakan makhluk sosial menyebabkan seseorang tidak bisa membiarkan konflik dengan orang lain berlarut-larut karena akan mengganggu aspek kehidupan lainnya. “Kita tidak bisa hidup sendirian, kita selalu membutuhkan orang lain. Jika setiap kita berinteraksi dengan orang lain ada konflik, tentu saja akan mengganggu aspek kehidupan yang terikat dengan orang lain seperti pendidikan, pekerjaan, pernikahan, dan kehidupan berkeluarga,” terangnya.

dr. Azimatul Karimah, Sp.KJ(K)

Psikoterapi menjadi terapi utama yang diberikan terhadap penderita gangguan kepribadian narsistik. Terapi yang dilakukan juga jangka panjang karena banyak struktur yang harus dibenahi.

“Terapinya itu psikoterapi karena kita perlu membenahi struktur pemikiran dan respon emosi serta perilaku terhadap pemikiran yang terpola sejak kecil. Biasanya terapi ini jangka panjang,” papar dr. Azimatul.

Terapi itu bertujuan membantu penderita agar dapat menjalin relasi yang sehat dengan orang lain. Ia juga diharapkan punya target yang realistis atas kehidupannya. “Targetnya membantu penderita agar dapat menjalin relasi yang sehat dengan orang lain. Jadi, tidak banyak luka batin, konflik, dan pertengkaran. Harapannya dia punya target yang realistis terhadap dirinya sendiri, kehidupannya, serta orang lain,” ucapnya.

Gangguan kepribadian tersebut ternyata tidak berdiri sendiri. Menurut dr. Azimatul, biasanya penderita gangguan kepribadian narsistik juga memiliki gangguan kepribadian lain seperti depresi, gangguan mood, bipolar, bahkan antisosial. “Gangguan kepribadian narsisitik ini jarang yang single diagnosis, kebanyakan disertai gangguan kepribadian lain. Jadi sebetulnya untuk mendiagnosis gangguan kepribadian ini sering kali overlap dengan yang lain sehingga tidak bisa ditegakkan dalam satu kali pertemuan,” tutupnya. (*)

Penulis: Icha Nur Imami Puspita

Editor: Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).