Kadar Basal Soluble ST2 dan Ekokardiografi Speckle Tracking Global Longitudinal Strain (GLS) untuk Mendeteksi Remodeling Ventrikel pada Pasien Paska Infark Miokard

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Proses remodeling ventrikel kiri (LV) sering terjadi setelah infark miokard akut. Deteksi dan pengobatan dini akan meningkatkan prognosis pada pasien. Kadar Basal Soluble ST2 dan pemeriksaan Ekokardiografi  Speckle Tracking Global Longitudinal Strain (GLS) juga berfungsi untuk mendeteksi secara dini perubahan sebelum terjadinya remodeling LV.

Beberapa studi sebelumnya menyatakan bahwa peningkatan kadar basal soluble ST2 berhubungan dengan perubahan pada End Diastolik Volume ventrikel kiri (LVEDV) yang terjadi setelah 24 minggu dengan pengukuran menggunakan Cardiac Magnetic Resonance (CMR). Hal ini membuktikan bahwa peningkatan basal soluble ST2 berhubungan dengan terjadinyan remodeling ventrikel kiri. Pada studi ini juga memperlihatkan bahwa kadar basal soluble ST2 berhubungan dengan rendahnya basal LVEF setelah terjadi Infark Miokard Akut.

Insidensi dari disfungsi sistolik ventrikel kiri (LVSD) setelah terjadi Infark Miokard Akut (IMA) jarang dilaporkan, tetapi kondisi ini muncul pada 25-60% pada pasien dengan IMA, dan pada 50% nya akan mengalami gagal jantung. Terdapat hubungan antara LVSD dan gagal jantung paska IMA jangka pendek ataupun jangka panjang.

Pemeriksaan ekokardiografi dengan metode Speckle Tracking GLS adalah metode non invasif baru yang berguna untuk menilai secara kuantitatif dan objektif fungsi global dan regional miokard, baik secara fungsi sistolik maupun diastolik. Studi pada pasien dengan IMA menunjukkan bahwa GLS berhubungan dengan puncak kadar cardiac Troponin T (cTt) dan luasnya infark. GLS juga merupakan prediktor terjadinya proses remodeling LV setelah reperfusi.

Biomarker Soluble ST2 (SST2) pada Guideline ACC/AHA digunakan untuk monitoring pada pasien gagal jantung. Meningkatnya kadar basal SST2 > 35 g/L merupakan prediktor independent untuk kematian, gagal jantung dan sudden death pada 30 hari pertama dan menunjukkan prognosis pada pasien Sindroma Koroner Akut (SKA). Penelitian SST2 pada pasien dengan ST elevasi mioakard Infark (STEMI) menunjukkan meningkatnya kadar inisial SST2 yang mengindikasikan resiko kematian dan gagal jantung pada pasien yang telah di trombolisis ataupun yang telah menjalani intervensi koroner perkutan (PCI).

Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar basal SST2 dengan rendahnya GLS pada kejadian remodeling LV pada pasien paska IMA.

Penulis : Muhammad Aminuddin, Fani Suslina H

Detail tulisan ini dapat dilihat di:

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/441/1/012172/pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).