Pangan Fungsional dan Manfaatnya untuk Kesehatan Olahan Lele dan Probiotik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Kemajuan dunia kesehatan memberi manfaat panjangnya usia harapan hidup. Pada tahun 2010 jumlah lansia di dunia berusia diatas 60 tahun adalah 7,6 persen, 5 tahun kemudian meningkat menjadi 8,2 persen. Hal tersebut juga terjadi di Indonesia, sebanyak 11,8 persen masyarakat Indonesia adalah populasi lansia. Tentu saja hal ini merupakan kabar gembira. Manusia mampu meningkatkan kualitas hidupnya, salah satunya usia yang semakin lama. Namun hal ini tentu juga akan memberikan kosekuensi di sisi lain. Seperti yang kita ketahui lansia adalah kelompok usia yang rentan terhadap berbagai jenis penyakit degeneratif. Sebagian besar lansia mengalami perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT), penumpukan lemak dibagian visceral (perut), persentase otot dan kepadatan tulang berkurang dan hal lain yang terjadi seiring pertambahan usia. Dari berbagai penelitian diketahui bahwa lansia beresiko menderita penyakit Diabetes Melitus (DM), Hipertensi, Hiperlipidemia dll. Penyakit ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia.

Apa yang harus dilakukan?

Hal utama yang perlu diperhatikan lansia adalah menjaga kebugaran. Aktifitas fisik dapat memperlancar peredaran darah, penghilang stres dan mempertahan kekuatan otot. Selain itu tentu saja lansia perlu memperhatikan kebersihan. Menjaga kebersihan makanan penting karena adanya resiko berbagai jenis bakteri, virus maupun mikroorganisme pathogen lain yang ada di makanan. Untuk menjaga kesehatannya, lansia bisa melakukan kegiatan berupa jalan, lari-lari kecil, bersepeda dll. Tentu saja disesuaikan dengan kondisi tubuhnya.

Tentu saja semua hal diatas tidak cukup

Penting untuk memikirkan juga asupan apa yang dikonsumi oleh lansia. Karena asupan yang tidak baik justru akan memperburuk kualitas Kesehatan. Seperti lansia perlu membatasi konsumsi lemak, gula, garam, jeroan, makanan dengan olahan digoreng dan lain-lain. Lansia perlu memperhatikan profil lipid di darahnya berupa kolesterol, LDL, HDL dan trigliserida. Bila hal ini tidak terkontrol, akan menyebabkan penyakit yang bisa merebak kemana-mana.

Mahmud Aditya Rifqi S.Gz, M.Si, seorang Dosen Departemen Gizi FKM Unair berupaya membuat terobosan untuk permalahan ini. Dari berbagai penelitian diketahui bahwa tepung lele dan probiotik memiliki manfaat terhadap profil lipid di dalam tubuh. Minyak ikan lele mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam lemak tak jenuh ganda berkontribusi pada menjaga profil lipid. Di sisi lain probiotik Enterococcus faecium IS-27526 adalah probiotik asli baru yang berasal dari dadih.  

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pakan fungsional berbasis probiotik dan lele (Clarias gariepinus) terhadap lipid profil monyet Cynomolgus betina umur / CM (Macaca fascicularis) yang diberi pakan aterogenik. Pakan aterogenik sendiri adalah makanan simulasi yang dibuat untuk meningkatkan/ memperburuk profil lipid subjek.

Sebanyak sembilan ekor monyet secara acak dibagi menjadi 3 kelompok, dalam studi intervensi selama 90 hari, yaitu: A1 = diet aterogenik sebagai kontrol positif, A2 = probiotik, A3 = probiotik + minyak ikan lele setelah masa adaptasi 45 hari. Rata-rata berat badan monyet berada dalam kisaran 3 sampai 4 kg. Bahan utama pakan aterogenik adalah tepung ikan lele, telur, gula, telur tepung kuning telur, dan bumbu. Profil lipid serum dinilai setiap bulan dengan metode Cholesterol Oxidase-Peroksidase Aminoantipyrine (CHOP-POD) untuk kolesterol, LDL dan HDL, sedangkan Glycerol-3-Phosphate Oxidase Peroxidase-Antiperoxidase (GPO-PAP) metode untuk Trigliserida.

Hasil dari penelitian ini ternyata diketahui bahwa diet aterogenik tidak berpengaruh signifikan terhadap nafsu makan dan berat badan hewan coba. Pakan aterogenik secara bermakna dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL hewan  setelah pemberian 90 hari. CM yang diberi pakan probiotik E. faecium IS-27526 dan minyak ikan lele menunjukkan kadar kolesterol serum yang lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan pakan aterogenik sendiri dan diet aterogik dengan probiotik E. faecium IS-27526. Probiotik E. faecium IS-27526 dapat menstabilkan kadar kolesterol dan LDL setelah pemberian 90 hari dibandingkan dengan kelompok intervensi lain. Pakan aterogenik meningkatkan kolesterol dan LDL secara signifikan pada CM. Probiotik E. faecium IS-27526 menunjukkan potensi efek menguntungkan dalam mempertahankan profil lipid dan dapat mencegah dislipidemia.

Penelitian tentang probiotik pada monyet ekor panjang lansia ini merupakan suatu penelitian pre klinis yang masih akan melewati proses panjang hingga uji klinik dilakukan. Diharapkan hasil ini memberikan harapan positif bagi lansia nantinya. Kedepan akan diujicobakan mafaat probiotik untuk lansia. Hal ini menjadi potensi dalam meperbaiki kualitas Kesehatan lansia, seiring pertambahan usia harapan hidup. Kita semua tentu punya harapan yang sama, sehat dari 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) hingga lansia. (MAR)

Penulis: Mahmud Aditya Rifqi, S.Gz, M.Si

Hasil penelitian dipublikasikan pada Malaysian Journal of Medicine and Health Sciences (eISSN 2636-9346). Mal J Med Health Sci 16(SUPP6): 188-192, Aug 2020.

Link:
https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/2020081016344525_MJMHS_0052.pdf  

Judul: Effect of Functional Feed Catfish (Clarias gariepinus) Oil and Probiotic Enterococcus faecium IS-27526 on Lipid Profile of Aged Atherogenic Female Cynomolgus Monkey (Macaca fascicularis)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).